Tuesday, January 31, 2006
4 Nasihat Liao Fan (bag.3)
BAB III
CARA MEMBUAT/MENGUMPULKAN KEBAIKAN
Bab sebelumnya membicarakan tentang cara-cara untuk merubah kesalahan kita pada kehidupan ini, sebenarnya untuk meyakinkan bahwa kehidupan yang baik tidak akan menjadi buruk. Bagaimanapun kita masih tidak sanggup mengubah kehdupan buruk menjadi baik, walaupun kita selalu berbuat baik pada kehidupan ini, kita tidak tahu kejahatan apa yang kita telah lakukan pada kehidupan yang lalu, sehingga balasan atas perbuatan kejahatan tersebut masih berlanjut pada kehidupan ini. Oleh karena itu, untuk mengubah kehidupan buruk menjadi baik, kita tidak hanya mengkoreksi kesalahan kita tetapi juga harus melaksanakan segala jenis kebaikan untuk membangun kebajikan.
Hanya cara ini kita dapat terlepas dari karma buruk kehidupan lalu. Pada saat akumulasi kebaikan kita bertumpuk, kehidupan buruk pasti akan berubah menjadi baik, dengan demikian, praktek kita untuk mengubah nasib dapat terbukti. Seperti tertulis dalam buku I Ching....
"Keluarga yang melakukan banyak kebaikan akan mengakumulasi nasib baik dan bertahan terus dari generasi ke generasi"
Mari saya memberi contoh. Suatu ketika ada satu keluarga yang bernama Yen, sebelum mereka menyetujui lamaran atas putrinya dari seorang laki-laki yang akhirnya menjadi ayah Konghucu, mereka menyelidiki perbuatan masa lalu dari keluarga laki-laki tersebut. Setelah menemukan bahwa keluarganya selalu berbuat baik dan mengumpulkan kebajikan. Keluarga Yen merasa yakin bahwa putrinya akan dinikahkan dengan keluarga yang akan menjadi sebuah keluarga yang kelak keturunannya akan makmur, tidak memperhatikan bahwa sekarang mereka bukan keuarga berada. Benar saja, putri mereka melahirkan "Konghucu".
Suatu ketika Konghucu memuji Shwun, seorang raja pada awal zaman Tiongkok atas kebesaran sifat baktinya kepada orang tuanya, Beliau berkata : "Karena kebesaran sifat bakti Shwun dan leluhurnya, maka keturunan mereka akan terkenal dan dihormati dan bertahan sampai banyak generasi".
Perkataan Konghucu ini terbukti oleh sejarah. Sekarang saya akan menunjukkan beberapa kejadian nyata bahwa kebajikan dapat diperoleh melalui perbuatan baik.
Di Propinsi Fukien, ada seorang terhormat yang bernama Rong Yang yang memegang jabatan pemerintah sebagai guru dari raja. Leluhurnya adalah tukang perahu sungai yang menyeberangkan penumpang di sungai, suatu ketika terjadi banjir raksasa karena angin topan, menghanyutkan penduduk dan harta benda, rumah, hewan dan barang-barang mereka terbawa arus.
Para tukang perahu lain menggunakan kesempatan ini meraih barang-barang yang terapung. Tetapi kakek dan kakek buyut Rong Yang hanya menolong orang yang hanyut dan tidak mengambil satupun barang-barang dari sungai. Tukang perahu lain semua menertawai dan mengatakan bahwa kakek dan kakek buyutnya sangat bodoh. Beberapa saat kemudian, ketika ayah Rong Yang lahir, keluarga Rong Yang lambat laun menjadi kaya. Suatu hari, seorang Malaikat yang menjelma sebagai seorang Bhiksu Tao mendatangi keluarga Yang dan berkata : "Leluhur Anda telah mengumpulkan banyak kebajikan, keturunan anda harus mendapat kekayaan dan reputasi, ada satu tempat khusus untuk membangun kuburan leluhur anda".
Maka mereka mengikuti nasehat Bhiksu tersebut dan tidak lama kemudian, lahirlah Rong Yang. Pada umur 20 tahun, Rong Yang sudah lulus ujian negara dan diangkat sebagai pejabat berpangkat tinggi.
"Raja bahkan menganugrahi kakek dan kakek buyut-nya jabatan honoris.Sampai sekarang keturunannya masih sangat makmur dan ternama".
Contoh lain seperti Zi Cheng dari propinsi Nimpo, Chehkian. Zi Cheng adalah seorang pejabat di pengadilan. Dia adalah seorang yang adil, ramah, rendah hati dan jujur. Suatu saat, hakim pengadilan menghukum seorang kriminal dengan memukulinya sampai darah membasahi lantai, kemarahan hakim masih belum reda dan meneruskan hukuman tersebut. Zi Cheng berlutut dan mohon agar berhenti memukuli tawanan tersebut. Hakim berkata . . . . . .
"Anda memohon keringanan hukumannya, tetapi bagaimana saya tidak marah bahwa orang ini telah melanggar hukum".
Zi Cheng berkata : "Bahkan banyak pemimpin dan penguasa pemerintah korupsi dan tidak mengikuti jalan yang sebenarnya, bagaimana seseorang dapat mengharapkan rakyat biasa untuk mentaati hukum dan peraturan? Tambahan lagi, siksaan berat dapat memaksa tergugat yang sebenarnya tidak bersalah untuk mengakui kesalahan atas kejahatan yang sebenarnya tidak dilakukannya. Untuk kasus demikian, kita harus lebih hati-hati dan mengerti. Walaupun kasus kejahatan ini dapat diungkapkan seharusnya juga jangan
senang, karena adalah suatu aib, mengapa harus marah?"
Hakim tersebut tergugah oleh perkataan Zi Cheng dan berhenti memukul.
Walaupun Zi Cheng berasal dari keluarga yang miskin. Dia tidak pernah dapat disogok. Bila para hukuman kekurangan makanan, dia selalu bawa dari rumah sendiri walaupun dia sendiri yang harus menanggung kelaparan. Kasih sayang demikian selalu dipraktekkannya walaupun dia telah mempunyai 2 orang anak. Anak yang pertama bernama Shou Chen dan yang kedua bernama Shou Zi, kedua-duanya mendapat jabatan tinggi di pemerintah, bahkan keturunannya tetap memperoleh posisi baik di masyarakat untuk jangka waktu panjang.
Ini ada cerita nyata lain yang terjadi pada masa Dinasti Ming. Suatu ketika, ada segerombolan bandit muncul di Propinsi Fukien. Raja memerintahkan Jenderal Hsieh memimpin tentara untuk mengamankan tempat tersebut. Jenderal Hsieh tidak ingin ada penduduk yang tidak berdosa menjadi korban pada saat pelaksanaan misi ini.
Karena itu, dia berusaha mendapatkan daftar nama penjahat tersebut, lalu dengan sangat teliti dan rahasia memberikan bendera putih kecil kepada penduduk untuk dipasang di pintu sebagai tanda bahwa mereka tidak terlibat dan bila tentara masuk ke kota tidak menyerang rumah yang berbendera. Dengan tindakan ini, Jenderal Hsieh dapat menyelamatkan puluhan ribu jiwa rakyat yang tidak berdosa.
Setelah itu, anak Jenderal Hsieh berhasil meraih juara dalam ujian negera tingkat tinggi dan menjadi penasehat raja. Cucunya Pei Hsieh juga meraih juara dalam ujian negara.
Cerita nyata lain adalah keluarga Lin di Fukien. Diantara leluhurnya ada seorang ibu tua yang sangat suka berdana. Setiap hari dia membuat onde beras untuk diberikan kepada fakir miskin dan selalu memberi berapapun yang diminta. Ada seorang Bhiksu Tao setiap hari dan berturut-turut selama tiga tahun setiap kali meminta 6 atau 7 buah onde. Ibu tersebut selalu memenuhi permintaannya dan tidak pernah menunjukkan ketidaksenangan. Bhiksu Tao tersebut, sebenarnya adalah jelmaan seorang Dewa untuk menguji ketulusan dan kebaikan ibu tersebut, menyadari bahwa ibu tersebut benar-benar tulus dan baik lalu berkata : "Saya telah makan onde buatan ibu selama 3 tahun dan saya tidak dapat membalas kebaikan ibu. Mungkin saya dapat membantu anda dengan cara ini " Tanah di belakang rumah ibu, adalah tempat yang sangat baik untuk membangun kuburan leluhur. Bila anda dimakamkan di sana kelak, maka jumlah keturunan anda yang bergelar di pemerintah adalah sebanyak 1 pon biji wijen".
Ketika ibu tua tersebut meninggal, keluarga Lin mengikuti nasehat Bhiksu Tao tersebut dengan menguburkannya di tempat yang ditunjuk. Generasi pertama ibu tersebut, 9 orang lulus ujian negera dan berlanjut terus sampai generasi berikutnya.
Contoh nyata lain adalah ayah dari seorang sejarahwan pemerintah yang bernama Chi Feng. Suatu hari di musim dingin, ayah Chi Feng dalam perjalanan menuju sekolah, ia menjumpai seorang yang telah membeku kedinginan tetapi masih bernafas, dia segera membuka mantelnya dan membalut badan orang tersebut lalu membawanya pulang dan menyelamatkannya. Malam itu dia bermimpi bahwa seorang Dewa berkata kepadanya :"Anda telah menolong seorang yang hampir meninggal dengan ketulusan yang dalam, ini adalah
sebuah kebajikan yang sangat besar. Saya akan mengutus Jenderal Han Chi yang terkenal dari kerajaan Sung untuk dilahirkan sebagai anak anda". Anak tersebut lahir dan diberi nama Chi.
Contoh nyata lain adalah Ta Jo Ying, seorang sekretaris pemerintah yang tinggal di Taichou. Ketika dia masih muda, dia selalu tinggal di sebuah gunung yang jauh. Malam hari, dia selalu mampu mendengar dan mengerti suara-suara hantu dan makhluk halus tetapi dia tidak pernah merasa takut. Suatu hari dia mendengar satu hantu berkata dengan gembiranya kepada hantu yang lain :
"Ha, ha, ha,..., ada seorang wanita kampung yang suaminya telah lama meninggalkan rumah dan tidak kembali. Mertuanya berpikir anak mereka telah meninggal dan memaksanya untuk menikah lagi. Besok malam, dia akan membunuh diri dan akan menggantikan saya, lalu saya dapat reinkarnasi/lahir kembali, ha, ha, ha,..."
Roh dari orang yang membunuh diri harus menunggu orang yang juga membunuh diri di tempat yang sama, agar dapat meninggalkan alam hantu tersebut dan dapat lahir kembali ke alam yang lebih baik/tinggi.
Tuan Ying mendengar ini, segera pulang menjual tanah dan rumahnya, mendapat 4 lian uang perak, dia menulis sepucuk surat atas nama suami wanita kampung tersebut dan dikirim beserta 4 lian uang perak ke rumah wanita tersebut. Mertua wanita itu mendapati bahwa surat itu bukan tulisan anaknya dan menyelidiki uang perak lalu berkata : "Surat mungkin palsu, tetapi perak ini adalah benar. Siapa yang akan mengirim begitu banyak uang? Mungkin anak kita masih hidup, kita tidak boleh memaksa menantu kita menikah lagi".
Karena itu, wanita tersebut tidak jadi membunuh diri dan pada akhirnya suaminya kembali ke rumah. Tuan Ying mendengar hantu berbicara lagi "Hah!
Sebenarnya saya dapat reinkarnasi lagi, tetapi Tuan Ying telah menghancurkan
kesempatan saya!" Hantu yang kedua berkata : "Mengapa tidak anda celakai
dia saja?" Hantu pertama menjawab : "Tidak, saya tidak boleh. Karena Yang Kuasa mengetahui kebajikannya dan telah menunjuknya menjabat posisi penting di alam kita kelak, bagaimana saya berani mencelakainya"
Setelah Tuan Ying mendengar ini, dia menjadi lebih rajin mempraktekkan kebaikan dan mengumpulkan kebajikan. Suatu saat terjadi kelaparan, dia membeli makanan untuk yang miskin dan yang memerlukan, selalu bersemangat membantu orang yang mengalami kesulitan darurat. Bila sesuatu berjalan tidak lancar, dia selalu introspeksi diri daripada berkeluh kesah menyalahi orang lain, bahkan sampai hari ini, keturunannya masih tetap makmur.
Ada seorang yang bernama Feng Chu Hsu yang tinggal di Chanso, Propinsi Chiangsu, ayahnya sangat kaya. Bila ada bencana kelaparan, ayahnya selalu menyumbang padi dan seluruh uang hasil sewa sawah kepada yang miskin. Suatu malam, dia mendengar hantu bernyanyi di luar rumahnya : "Bukan bercanda! Bukan bercanda! Seorang dari keluarga Hsu akan lulus ujian negara!"
Hal ini terjadi beberapa hari dan benar saja, tahun itu anaknya Feng Chu lulus
ujian. Sejak itu, dia lebih rajin dan tekun melakukan kebaikan dan mengumpulkan kebajikan. Dia selalu memperbaiki jembatan-jembatan yang rusak, melayani orang-orang yang sedang berpergian dan Bhiksu-bhiksu. Suatu hari dia mendengar hantu bernyanyi lagi : "Bukan bercanda! Bukan bercanda! seorang dari keluarga Hsu akan lulus level tinggi ujian negara".
Benar, Feng Chu lulus ujian negara tingkat tinggi dan menjadi Gubernur di dua
propinsi.
Contoh cerita nyata lain adalah seorang yang bernama Kung Shi Tu yang tinggal di Chia Shing, propinsi Chehkiang. Tuan Tu bekerja di pengadilan dan selalu bermalam di penjara berbicara dengan para tawanan. Bila dia menemui ada yang tidak bersalah, dia akan menulis surat keterangan untuk menjernihkan perkara terdakwa tersebut dan diserahkan kepada hakim untuk ditindak lanjuti. Hakim akan menyelidiki dan membebaskan dakwaannya.
Karena usaha Tuan Tu ini, sepuluh orang yang benar-benar tidak terlibat dalam
kasus kriminal sesuai yang didakwa kepadanya dapat dibebaskan dan mereka sangat berterima kasih kepada hakim yang bijaksana tersebut. Tuan Tu yang secara diam-diam membiarkan hakim yang menerima jasa atas perbuatannya, juga menulis surat kepada Hakim Agung yang mengatakan : "Bahkan di pengadilan kota banyak tawanan yang sebenarnya tidak bersalah, apalagi di seluruh negeri, saya menyarankan agar hakim agung setiap lima tahun sekali mengutus penyelidik untuk memeriksa kembali kasus kriminal tawanan, hukuman dapat dikurangi atau dibebaskan untuk mencegah tawanan yang
tidak bersalah tetap ditahan di penjara".
Hakim Agung menyampaikan sarannya kepada raja dan disetujui. Tuan Tu diangkat juga sebagai salah seorang penyelidik untuk mengurangi hukuman tawanan yang tidak bersalah. Suatu malam dia bermimpi seorang Malaikat mendatangi dia dan berkata : "Sebenarnya anda tidak berhak untuk mendapat seorang anak pada kehidupan ini, akan tetapi karena tindakan anda untuk mengurangi hukuman tawanan orang yang tidak bersalah adalah sesuai dengan keinginan Yang Kuasa, anda akan dianugrahi tiga anak dan mereka semua akan berpangkat tinggi".
Setelah itu, istrinya hamil dan melahirkan tiga orang anak dan semua menjadi
orang terpandang dalam masyarakat.
Contoh cerita nyata lain adalah Tuan Ping Bao yang tinggal di Chianshing. Ping
adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara dari seorang pejabat di Chichou,
Propinsi Anhui. Dia menikah dengan seorang putri dari keluarga Yuan di
Propinsi Pinghu dan adalah teman baik kakek anda. Ping Bao sangat pintar dan
berpengetahuan luas, akan tetapi tidak pernah lulus ujian negera.
Dia mempergunakan seluruh waktunya untuk menekuni ajaran Buddha dan Tao.
Suatu hari, ketika dia sedang mengadakan perjalanan ke Danau Liu, dia tiba di
sebuah kampung dan melihat sebuah Vihara usang yang sangat memerlukan
renovasi. Dia melihat rupang Boddhisattva Guan Yin berdiri dalam keadaan
basah kuyup kehujanan karena atap gentengnya retak. Ping mengeluarkan
semua uangnya diberikan kepada Bhiksu pemilik Vihara untuk biaya renovasi
Vihara tersebut. Bhiksu tersebut berkata : "Ini adalah pekerjaan besar, saya
takut uang ini tidak cukup untuk memenuhi keinginan anda". Ping Bao lalu
mengeluarkan semua barang dan pakaian mewah miliknya dan menyerahkan kepada Bhiksu tersebut. Pelayannya coba membujuknya untuk tetap mempertahankan pakaian mahal tersebut, tetapi dia menolak dan berkata : "Itu tidak masalah bagi saya, yang penting rupang Boddhisattva Guan Yin tetap baik, tidak masalah bagi saya bila tidak memakai pakaian ini". Mendengar perkataan Ping Bao, Bhiksu tersebut dengan berlinang air mata berkata : "Memberi uang dan pakaian bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, tetapi ketulusan yang dalam dari Anda sangat berharga dan sulit ditemukan".
Setelah Vihara tersebut selesai direnovasi, Ping Bao membawa ayahnya mengunjungi dan menginap di Vihara tersebut. Malam itu, Ping bermimpi bahwa Satria Pelindung Dharma Vihara yang bernama Chie Lan, mengucapkan terima kasih dengan berkata : "Karena kebajikan anda ini, anak dan keturunan anda akan mendapat jabatan tinggi di pemerintah untuk jangka waktu yang lama". Akhirnya, anak dan cucu kedua-duanya lulus dalam ujian negara dan diangkat sebagai pejabat negara.
Contoh nyata lain adalah seorang yang bernama Li Chi dari propinsi Jian Shu,
ayahnya adalah seorang pegawai di pengadilan propinsi. Suatu ketika, ayah Li
mengetahui bahwa ada seorang tawanan dihukum mati, dia berusaha memohon keringanan hukuman untuk tawanan ini. Ketika tawanan ini mengetahui usaha ayah Li untuknya, dia berkata kepada istrinya : "Saya begitu berhutang budi kepada orang ini, tetapi saya tidak ada cara untuk membalasnya, maukah anda mengundangnya ke rumah dan menikahinya? Mungkin ini akan menyenangkannya dan kesempatan saya untuk hidup lebih besar lagi". Istri tawanan tersebut menangis dan mendengarkan permintaan suaminya, dia tidak ingin melakukannya, tetapi hanya cara inilah dia dapat menolong suaminya pada saat ini. Karena itu, pada saat ayah Li datang berkunjung ke rumahnya pada hari berikutnya, dia
menawarkan minuman arak dan menyampaikan keinginan suaminya. Ayah Li menolak tawarannya untuk menikah, tetapi tetap berusaha keras menjernihkan kasus tersebut. Akhirnya tawanan tersebut dibebaskan, dia bersama istrinya datang ke rumah ayah Li untuk berterima kasih dan berkata : "Kebajikan yang seperti anda lakukan ini adalah sangat sulit ditemukan pada zaman ini, bagaimana saya membalas budi anda? Anda tidak mempunyai anak laki-laki, bagaimana kalau anda menikahi putri saya, hanya inilah cara saya membalas budi anda, terimalah!"
Ayah Li menerimanya dan segera melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi
nama Li Zhi. Li lulus ujian negara tingkat tinggi pada saat dia hanya berumur
dua puluh tahun.
Anak Li yang bernama Gao, cucu dari Lu dan cicitnya Da Wun semua lulus ujian
negara level tinggi dan diangkat sebagai pejabat pemerintah.
Sepuluh contoh di atas semua menceritakan kebajikan yang berbeda dan
dilakukan orang yang berbeda pula. Walaupun perbuatannya berbeda, tetapi
tujuannya sama yaitu "berbuat baik". Bila kita lebih mendalam meneliti
kebajikan, kita akan menemukan banyak perbedaan.
Ada kebajikan yang sejati dan palsu, kebajikan yang lurus dan kebajikan yang
miring, kebajikan yang tersembunyi (Yin) dan kebajikan yang terbuka (Yang),
yang benar dan salah, yang tegak atau yang condong, yang penuh atau
setengah penuh, yang besar atau yang kecil, yang mudah dan yang sulit.
Perbedaan jenis-jenis kebajikan ini masing-masing mempunyai peraturannya
tersendiri yang harus benar-benar dipelajari dan dimengerti. Jikalau tidak,
kadang kala kita mengira telah berbuat kebaikan, tetapi sebaliknya kita malah
berbuat kesalahan. Sekarang saya akan menjelaskan perbedaan jenis-jenis
kebajikan tersebut satu persatu.
Apa yang disebut kebajikan sejati dan palsu? Pada zaman dinasti Yuan,
sekumpulan pelajar mengunjungi guru besar Jung Feng di Gunung Tianmu, satu murid berkata : "Buddha selalu mengajarkan hukum karma, yang baik dan buruk adalah ibarat bayangan badan, akan mengikuti kemana saja kita pergi".
Ini menjelaskan bahwa perbuatan baik selalu mengundang keberuntungan dan berbuat jahat selalu mengundang bencana.
Lalu mengapa ada orang yang berbuat baik, tetapi keluarga dan keturunannya malah hidup menderita, di lain pihak, orang yang selalu banyak membuat kejahatan mendapat kehidupan baik, mana hukum sebab akibatnya? Apakah tidak ada standarnya dalam ajaran Buddha?
Guru Jung Feng berkata : "Manusia umumnya buta oleh kejadian sehari-hari, mereka tidak membersihkan pikiran mereka dari hal-hal yang tidak baik dan salah persepsi, karena itu perbuatan yang baik dianggap salah dan yang salah dianggap betul, ini sudah umum pada zaman sekarang. Lagi pula, orang-orang ini tidak menyalahi diri atas kesalahan persepsi ini, malah menyalahi Yang Kuasa tidak adil atas nasibnya yang jelek ini!"
Murid kedua berkata : "yang baik adalah baik dan yang jelek adalah jelek, bagaimana mereka dapat salah menafsir?" setelah mendengar ini, guru Jung Feng meminta mereka masing-masing mengeluarkan pendapat masing-masing tentang apa yang baik dan apa yang salah. Murid ketiga berkata : "Memarahi dan memukul orang lain adalah salah, menghormati orang lain adalah baik". Guru menjawab : "Belum tentu". Murid keempat berkata : "Tamak dan mengambil uang orang lain adalah salah, mengalah adalah benar". Guru menjawab : "Belum tentu". Murid-murid lain semua mengatakan ini adalah benar, itu adalah salah, akan tetapi guru selalu menjawab : "Belum tentu". Lalu murid-murid bertanya : "Apa yang dianggap baik dan yang salah?"
Guru Jung Feng menjawab : "Berbuat sesuatu untuk kepentingan orang lain adalah baik, untuk kepentingan diri sendiri adalah salah. Bila kita berbuat sesuatu untuk kepentingan orang lain, tidak masalah bila kita memarahi atau memukul orang tersebut, ini adalah tetap dianggap baik. Bila tujuan kita adalah untuk kepentingan diri sendiri, tidak peduli bagaimana kita bersikap mengalah atau sopan santun, tetap dianggap salah".
Karena itu, bila kita berbuat sesuatu hanya untuk kepentingan orang lain, orang
banyak, ini adalah kebajikan sejati. Bilamana berbuat sesuatu hanya untuk
kepentingan diri sendiri, ini adalah kebajikan palsu.
Bila kebajikan tersebut benar-benar bersumber dari hati nurani kita, ini adalah
kebajikan sejati, bila kita berbuat kebaikan hanya karena ini adalah baik, maka
dianggap kebajikan palsu. Sebagai tambahan, bila kita berbuat kebaikan tanpa
mengharapkan balasan, ini adalah kebajikan sejati, kita berbuat baik untuk
tujuan tertentu diri sendiri, ini adalah kebajikan palsu. Orang yang ingin
mempraktekkan kebajikan perlu merenungkan perbedaan ini.
Apa yang dimaksud kebajikan lurus dan miring. Kita sering menganggap orang
yang ramah adalah orang baik, tetapi orang bijak dan orang suci menganggap
orang yang berani berbuat dan bercita-cita tinggi adalah orang baik.
Ini karena orang berani berbuat dan bercita-cita tinggi mudah dididik dan
dibimbing dan mungkin kelak akan berhasil meraih cita-citanya dengan
cemerlang. Sedangkan orang yang terlalu hati-hati dan kaku tidak dapat
berbuat sesuatu yang cemerlang.
Untuk orang yang selalu bertindak kaku dan terlalu hati-hati, mungkin mereka
selalu disenangi semua orang, tetapi karena kepribadiannya yang lemah, mereka sangat mudah terbawa arus, tidak dapat berbuat apa-apa. Orang suci selalu berkata bahwa orang jenis ini adalah pencuri kebajikan. Dari sudut pandang ini, kita dapat melihat bahwa pandangan orang suci adalah sangat berbeda dengan orang awam.
Apa yang dianggap baik oleh orang awam, orang suci menganggap tidak baik, apa yang dianggap tidak baik oleh orang awam, orang suci menganggapnya baik.
Langit, Bumi, Dewa/Dewi, Malaikat mempunyai pandangan yang sama dengan orang suci. Orang baik diberi berkah, orang jahat dihukum. Apapun tanggapan orang suci bahwa suatu hal ini baik, mereka juga beranggapan demikian, mereka tidak menilai sesuatu dari segi pandangan orang awam. Karena itu, seseorang yang ingin mengumpulkan kebajikan jangan tertipu dan terpengaruh oleh hanya untuk memenuhi dan menyesuaikan pandangan dan kebiasaankebiasaan umum manusia di masyarakat. Sebaliknya, mereka harus melatih diri agar selalu jujur dan rendah hati, tidak hanya ingin mencari nama atau
menyenangkan orang dengan tujuan mendapat simpati. Seseorang harus selalu berusaha mempertahankan kemurnian hatinya jangan sampai terjadi penyimpangan.
Kebajikan lurus berasal dari keinginan yang selalu hendak menolong orang lain.
Kebajikan miring timbul atas kerakusan untuk menyenangkan orang lain untuk
mendapat simpati dan selalu berpura-pura. Memberikan kasih sayang kepada
orang lain adalah kebajikan lurus. Iri hati, kemarahan adalah kebajikan miring.
Kebajikan lurus adalah bila seseorang bersikap sopan, kebajikan miring adalah
bila seseorang bersikap tidak tulus.
Apa yang dimaksud dengan kebajikan tersembunyi (Yin) dan kebajikan terbuka (Yang).
Bila seseorang berbuat baik dan orang lain mengetahuinya, ini disebut kebajikan Yang, bila orang berbuat baik dan tidak ada orang yang mengetahuinya, ini yang disebut kebajikan Yin. Kebajikan Yin pasti diketahui Langit/Tuhan dan sudah tentu akan diberi berkah yang berlimpah-limpah, orang yang mempraktekkan kebajikan yang diketahui orang hanya akan menikmati reputasi yang baik.
Reputasi adalah suatu rezeki, tetapi Yang Kuasa menganggap ini adalah suatu pantangan dan tidak memberkahi orang yang mencari reputasi.
Kita dapat melihat, bahwa orang yang mempunyai reputasi tinggi, tetapi tidak
didukung oleh perbuatan kebajikan, lambat laun malah merupakan suatu bencana, karena orang lain iri dan ingin mencelakakannya. Seorang yang benar-benar tidak melakukan kesalahan dan selalu mau menerima fitnahan/caci
maki orang tanpa membalas atau membela diri untuk hal-hal yang tidak dilakukannya, kelak keturunannya akan makmur mendadak dan berhasil.
Dengan ini, kita dapat melihat betapa pentingnya untuk mengerti perbedaan-perbedaan kecil antara kebajikan Yin dan Yang, jangan sampai salah menafsirkannya.
Dalam melaksanakan kebaikan, ada juga yang kadang kita anggap sebagai suatu kebaikan, tetapi nyatanya tidak demikian, dan apa yang kita anggap tidak baik, ternyata adalah baik. Ini adalah kebajikan benar dan salah. Sebagai salah satu contoh, pada zaman Chun Chiu, ada sebuah kerajaan yang bernama Lu, saat itu ada kerajaan lain yang memperbudakkan rakyat kerajaan Lu. Pemerintah kerajaan Lu mengeluarkan peraturan bahwa barang siapa yang menebus kebebasan rakyat kerajaan Lu yang diperbudak tersebut, akan mendapat hadiah dari pemerintah. Saat itu, seorang murid Konghucu yang
bernama Dz Gong membayar uang tebusan membebaskan budak-budak tersebut, tetapi dia tidak mau menerima hadiah yang diberikan pemerintah.
Setelah Konghucu mengetahui hal ini, Beliau sangat tidak senang dan berkata :"Dz Gong, anda telah berbuat kesalahan". Pandangan orang suci/bijak berbeda dengan orang awam, mereka melihat secara keseluruhan pengaruh suatu tindakan terhadap masyarakat banyak, mereka mau mengajarkan rakyat agar membangun suatu kebiasaan baik, suatu
standard sikap yang baik, suatu moralitas. Bukan melakukan suatu tindakan hanya karena keinginan seseorang. Rakyat kerajaan Lu lebih banyak yang miskin, dengan menolak hadiah pemerintah, tindakan Dz Gong telah mempengaruhi pikiran rakyat, bahwa menerima hadiah adalah tamak. Sehingga bagi orang yang tidak mau dikatakan sebagai orang tamak atau berbuat demikian karena hanya menginginkan hadiah pemerintah saja, akan segan/tidak mau menebus budak-budak tersebut. Bila ini terjadi, kelak tidak
akan ada orang yang mau menebus budak-budak rakyat tersebut lagi. Sehingga peraturan yang baik itu tidak berfungsi dan gagal.
Bila ingin memotivasi semua orang untuk berbuat baik, Dz Gong seharusnya menerima hadiah pemerintah ini, bukan untuk keinginan dirinya, tetapi untuk mempengaruhi masyarakat banyak, sehingga mereka juga termotivasi mau menebus budak.
Seorang murid lain Konghucu yang bernama Dz Lu, suatu ketika melihat seorang hanyut di sungai dan menolongnya. Belakangan, orang tersebut memberi Dz Lu seekor kerbau sebagai tanda terima kasih. Dz Lu menerima hadiah itu. Konghucu sangat senang melihat tindakan Dz Lu dan berkata : "Di masa yang akan datang, rakyat kerajaan Lu akan banyak yang menolong orang yang hanyut di sungai daripada menolong orang yang dalam kesusahan".
Menurut pandangan orang awam, pasti menilai bahwa Dz Gong yang tidak menerima hadiah uang adalah baik, Dz Lu yang menerima hadiah kerbau adalah tidak baik. Siapa yang mengetahui bahwa Konghucu malah memuji Dz Lu dan memarahi Dz Gong? Dari ini, kita dapat melihat bahwa orang yang akan berbuat baik janganlah hanya melihat pengaruh masa sekarang saja. Tetapi juga mempertimbangkan pengaruhnya untuk jangka panjang.
Seseorang berbuat baik janganlah hanya melihat untung dan rugi bagi dirinya . . . tetapi lihatlah dampaknya bagi publik, dampak yang positif atau negatif.
Apa yang kita buat sekarang mungkin baik . . . tetapi untuk masa yang akan datang mungkin akan mencelakakan/merugikan orang.
Karena itu, apa yang kelihatan baik mungkin sebenarnya adalah lawannya dan yang lawan ini suatu ketika mungkin menjadi baik.
Ada banyak hal yang selalu dibuat orang, tetapi kadangkala terbukti bahwa hal
tersebut akan lebih baik dibiarkan saja, jangan dilakukan. :Memaafkan" adalah
sebuah sikap kebajikan, tetapi tidak bisa dilaksanakan tanpa suatu alasan dan
kebijaksanaan. Bila kita dengan mudah memaafkan seorang kriminal dan
melepaskannya sebelum dia sadar akan kejahatannya dan mengubah diri. Kita
akan memberikan sebuah ancaman bagi masyarakat, menyebabkan lebih
banyak bahaya daripada kebaikan. Dalam hal ini "memaafkan" adalah tidak
cocok, orang itu lebih baik dibiarkan tetap dipenjara, sehingga tidak
menimbulkan keresahan masyarakat lingkungannya.
Contoh lain "memuji" orang adalah suatu sikap baik, tetapi bila terlalu berlebihan, akan membuat mereka menjadi sombong dan angkuh. "Memegang janji" adalah sikap baik, tetapi bila karena memegang janji secara membabi buta, sehingga menyebabkan bencana besar, karena itu haruslah mempertimbangkan dengan baik dan pikiran yang tenang.
"Kasih sayang" adalah karakter baik, tetapi jikalau karena kasih sayang, sehingga membiarkan orang berbuat seenaknya, kasih sayang kita telah mencelakakan dia, kita membuatnya berani dan bertindak sewenang-wenang, mengakibatkan kekacauan dan bencana yang lebih besar kelak. Ini bukanlah "kasih sayang".
Dahulu ada seorang laki-laki dihukum mati karena merampok dan membunuh, saat detik-detik terakhir ditanya apa permintaan terakhirnya? Dia menjawab bahwa ingin bertemu dengan ibunya. Saat ibunya datang, menangis tersedu-sedu dan memeluknya, tahu-tahu dia menggigit kuping ibunya sampai putus dan berkata : "Sekarang saya dihukum mati karena kesalahan ibu, semasa kecil bila saya mengambil barang-barang kecil teman dan berbuat kesalahan, ibu tidak menegur bahwa itu adalah salah dan tidak melarang saya, sehingga menjadi kebiasaan saya dan makin lama makin menjadi, sehingga jadi perampok ulung dan pembunuh". Ibunya sangat menyesal dan menangis terisak-isak. Akan tetapi sesal kemudian tidak ada gunanya. Hati-hatilah, jangan sampai "kasih sayang" malah mencelakai orang yang kita sayangi. Orang tua-lah yang bertanggung jawab berat atas segala perbuatan baik/buruk anak. Orang tua juga yang akan menerima pahala atas perbuatan baik anak dan menanggung dosa yang dibuat anak.
Demikian juga halnya bagi seorang raja/pimpinan negara, haruslah berperan sebagai seorang pemimpin, orang tua, guru bagi rakyat, sehingga dia harus memikul tanggung jawab yang sangat berat atas segala perbuatan baik dan tidak baik rakyat. Bila seluruh rakyat berbuat kebajikan, maka kebajikan ini adalah karena jasa raja/pimpinan negara dapat memimpin dengan baik, maka pahala raja/pimpinan negara tersebut adalah luar biasa. Akan tetapi bila rakyat berbuat kejahatan, maka dosa yang harus ditanggung raja/pimpinan negara adalah lebih dalam dari lautan.
Yang disebut di atas adalah contoh-contoh yang kelihatannya adalah kebaikan,
tetapi sebenarnya tidak. Ini harus benar-benar direnungkan. Apa yang
dimaksud kebajikan tegak dan condong. Pada zaman dinasti Ming, ada seorang Perdana Menteri yang berwibawa bernama Wen Yi Lyu. Setelah pensiun, Beliau pulang ke kampung halamannya, di sana Beliau sangat dihormati dan disegani. Suatu ketika, seorang pemabuk datang ke rumah dan mencaci makinya. Tuan Lyu tidak marah dan berkata kepada pembantunya : "Orang ini mabuk, biarkan saja". Orang ini semakin lama semakin membuat kejahatan berat, akhirnya ditangkap dan dimasukkan penjara menunggu saat hukuman mati. Setelah mendengar berita ini, Tuan Lyu dengan menyesal berkata : "Dulu saat dia
mabuk mencaci maki saya, jika saya melapor polisi untuk menghukumnya atas kesalahan yang telah dibuatnya, hukuman kecil akan menyadarkannya, agar dapat lebih disiplin, sehingga tidak membuat kejahatan besar, maka sekarang dia tidak dihukum mati. Dulu karena berhati baik dan takut disalah pahami oleh orang2 bahwa mempergunakan kekuasaan menindas rakyat kecil, malah mencelakakan dia, mendapat hukuman mati". Ini adalah sebuah contoh bahwa karena berhati baik malah menjadi sebuah bencana.
Ini adalah contoh bahwa karena berbaik hati, malah membuat kesalahan. Di bawah ini diberi contoh lagi tentang kelihatannya seseorang berbuat tidak baik tetapi sebenarnya berbuat baik.
Suatu ketika ada sebuah daerah karena kekurangan makanan sehingga banyak
orang mengalami kelaparan. Perusuh-perusuh di siang bolong merampok di
mana-mana. Ada satu keluarga kaya melapor kepada polisi, tetapi polisi tidak
menghiraukan, maka para perusuh semakin berani dan situasi bertambah parah dan mencekam. Dalam keadaan terpaksa keluarga kaya itu mengambil tindakan dan menghakimi sendiri dengan menangkap dan menghukum para perampok tersebut. Dengan cara ini, tempat itu menjadi aman dan perusuh-perusuh tidak berani merampok lagi. Sikap ego yang dilakukan keluarga kaya tersebut, akibatnya menguntungkan setiap orang.
Karena itu, kita tahu bahwa berbuat baik adalah tegak dan berbuat salah adalah condong. Bila ada kasus yang perbuatannya berdasarkan maksud baik berakibat buruk dan perbuatan dengan maksud tidak baik tetapi berakibat baik. Ini menjelaskan bahwa walaupun dengan maksud baik berbuat sesuatu berakibat tidak baik,disebut kebajikan condong. Dengan maksud tidak baik tetapi berakibat baik, disebut kebajikan tegak.
Ini adalah pengetahuan yang harus kita tahu agar dapat hidup dengan baik.
Apa yang dimaksud dengan kebajikan penuh dan kebajikan setengah?
Dalam buku I Ching tertulis . . . .
Tidak mengumpulkan kebajikan tidak akan mendapatkan keberuntungan, tidak
mengumpulkan kejahatan tidak akan binasa.
Penentuan masa depan kita adalah tergantung pada pengumpulan kebajikan dan kesalahan kita. Ibarat mengumpulkan barang dalam tong, bila rajin mengumpulkannya akan penuh dan bila malas mengumpulkannya tidak akan penuh.
Suatu ketika ada seorang wanita miskin mengunjungi sebuah Vihara dan ingin menyumbang untuk upacara ritual penyesalan kesalahan/karma buruk yang telah dibuatnya di masa lalu serta memohon berkah di depan Buddha, namun karena sangat miskin, dia hanya dapat menemukan uang 2 sen di kantongnya dan menyumbangkannya. Dia sangat heran, karena ketua Bhiksu tersebut sendiri yang melaksanakan upacara ritual tersebut. Belakangan, wanita ini terpilih sebagai dayang di istana dan membawa ribuan uang emas untuk menyumbang lagi kepada Vihara tersebut, tetapi ketua Bhiksu hanya menyuruh
muridnya melakukan ritual tersebut. Wanita tersebut dengan heran bertanya kepada Bhiksu : "Dulu saya hanya menyumbang 2 sen, Bhiksu sendiri yang memimpin upacara ritual ini, hari ini saya memberi ribuan uang emas, mengapa Bhiksu tidak membantu saya melakukan upacara ini?"
Ketua Bhiksu menjawab : "Walaupun dulu sumbangan Nyonya hanya 2 sen, tetapi ini adalah bersumber dari hati yang tulus, perlu saya sendiri yang melakukan upacara agar dapat membalas ketulusan hati Nyonya, hari ini, walaupun sumbangan Nyonya banyak, tetapi hati Nyonya tidak setulus dulu, karena itu, cukup hanya murid saya yang melakukannya". Sumbangan uang 2 sen adalah yang dimaksud "kebajikan penuh" dan sumbangan ribuan uang mas adalah yang dimaksud "kebajikan setengah". Contoh lain adalah seorang dewa yang bernama Li Jung dari Dinasti Han. Dewa Li mengajak muridnya Dong Bing Lyu suatu ilmu mengubah besi menjadi emas. Mereka akan menggunakan emas
ini untuk menolong yang miskin. Dong Bing bertanya kepada gurunya . . .
Apakah emas ini akan berubah kembali menjadi besi?
Guru menjawab : "Setelah 500 tahun kemudian, emas ini akan berubah kembali
menjadi wujud semula". Dong Bing berkata : "Kalau begitu, saya tidak ingin
mempelajari ilmu ini, karena akan merugikan orang yang memperoleh emas ini
500 tahun kemudian".
Sebenarnya Li Jung hanya ingin menguji hati muridnya dan dengan gembira ia
berkata : "Untuk melatih diri mencapai tingkat dewa, seseorang harus membuat
3.000 jenis kebajikan. Apa yang anda katakan tadi adalah bersumber dari hati
nurani anda yang tulus, 3.000 jenis kebajikan yang harus anda laksanakan
telah terpenuhi".
Contoh lain untuk kebajikan penuh dan setengah. Ketika kita berbuat kebaikan,
sangatlah baik bila kita membuatnya berdasarkan ketulusan yang sangat dalam,
jangan untuk mendapat perhatian atau hadiah dan jangan diingat berapa
banyak saya telah berbuat kebaikan. Dengan demikian, walaupun perbuatan
baik yang sangat kecil akan menghasilkan buah yang baik.
Sebaliknya, bila kita berbuat baik dengan maksud tertentu mengharapkan
balasan, maka walaupun kita rajin berbuat kebajikan, bahkan berbuat baik
seumur hidup kita, kebajikan yang kita buat tersebut hanyalah dinilai kebajikan
setengah.
Sebagai contoh, saat kita menyumbang fakir miskin, kita dapat mempraktekkan
apa yang disebut "sumbangan murni", misalnya : Kita menyumbangkan uang,
dalam pikiran kita jangan terus tertinggal pikiran bahwa "saya yang
menyumbang, barang-barang yang telah disumbangkan, kepada siapa yang
telah saya sumbang", ini yang disebut "tiga perputaran wujud yang kosong", ini
adalah berarti hati yang benar-benar murni dan tulus. Bilamana tidak demikian,
maka kita hanya sekedar memberi dan tidak dengan ketulusan yang dalam. Bila
kita dapat memberi dengan "sumbagan murni", maka satu dou beras yang
disumbangkan akan membawakan keberuntungan tidak terhingga dan satu sen
yang disumbangkan dapat menghapus dosa kita yang telah dibuat ribuan eons
(lamanya waktu yang tidak dapat dihitung dengan angka lagi). Ini adalah
kebajikan penuh.
Bila kita terus mengingat kebaikan yang telah dibuat dan mengharapkan
balasan atas perbuatan kita, maka walaupun menyumbangkan 200 keping
emas bukan merupakan kebajikan penuh.
Apa yang dimaksud kebajikan besar dan kebajikan kecil? Dahulu ada seorang
pejabat yang bernama Jung Da Wei, rohnya dibawa ke akhirat untuk diadili.
Hakim memesan anak buah untuk membawa catatan perbuatan baik dan buruk
semasa hidupnya. Ketika catatan tersebut tiba, Jung Da sangat kaget melihat
catatan perbuatan buruknya banyak sekali memenuhi ruang sidang, sedangkan
catatan perbuatan baiknya hanya satu gulungan kecil. Pegawai pengadilan
diperintahkan untuk menimbang kedua jenis catatan tersebut. Sangat
mengherankan, catatan perbuatan buruk yang banyak tersebut malah lebih
ringan dari catatan perbuatan baik satu gulungan kecil yang hanya setipis
sebuah sumpit. Jung Da bertanya kepada hakim akhirat . . .
Saya baru saja berumur 40 tahun, bagaimana saya dapat berbuat begitu
banyak kesalahan/kejahatan? Hakim menjawab : "Bila timbul satu niat tidak
baik, ini sudah termasuk kesalahan, bukan harus telah berbuat baru dianggap
kesalahan. Sebagai contoh, bila Anda melihat seorang perempuan cakap lalu
timbul niat tidak baik, ini telah dianggap sebagai kesalahan".
Jun Da lalu bertanya apa yang tercatat dalam catatan perbuatan baik tersebut
yang bisa lebih berat dari catatan-catatan perbuatan buruk yang banyak
tersebut. Hakim menjawab . . .
Suatu ketika raja merencanakan membangun sebuah jembatan batu raksasa,
Anda mengajukan usulan untuk tidak dilaksanakan rencana tersebut karena ini
adalah sebagai proyek yang sangat berat dan akan menyengsarakan puluhan
ribu rakyat yang dipekerjakan. Ini adalah salinan dari usulan Anda untuk raja.
Jun Da berkata : "Memang saya membuat usulan tersebut, tetapi usulan
tersebut ditolak, bagaimana dapat bisa lebih berat dari kesalahan-kesalahan
yang banyak itu?"
Hakim menjawab : "Walaupun raja tidak menerima usulan Anda, tetapi niat
Anda yang baik ini untuk menyelamatkan penderitaan puluhan ribu rakyat
adalah sangat besar. Bila raja menerima usulan Anda, kebajikannya akan jauh
lebih besar lagi".
Oleh karena itu, bila seseorang berniat berbuat baik untuk manfaat semua
orang, sebuah perbuatan baik yang kecil merupakan pahala yang tidak
terhingga besarnya. Ini yang disebut kebajikan besar.
Bila seseorang hanya memikirkan keuntungan sendiri saja, maka walaupun dia
banyak membuat hal-hal yang baik, tetapi pahalanya adalah sangat kecil. Ini
adalah kebajikan kecil.
Apa yang dimaksud kebajikan sulit dan kebajikan mudah? Cendekiawan kuno
selalu berkata . . .
Bila seseorang hendak melatih diri agar hidup disiplin diri dan berbuat baik, dia
harus memulai dari perbuatan/kebiasaannya yang paling sulit diatasi, secara
otomatis kebiasaan kecil tidak akan terulang lagi.
Fan Chr, adalah seorang murid Konghucu, suatu ketika bertanya kepada
gurunya bagaimana seseorang dapat melatih diri agar ber-prikemanusiaan yang
sangat dalam. . . . . . ?
Konghucu menjawab : "Mulai dari yang paling sulit dipraktekkan".
Yang dimaksud Konghucu "yang paling sulit" adalah menghapuskan pikiran ego,
seseorang harus mempraktekkan untuk menaklukkan apa yang paling sulit
untuk ditaklukkan. Kita dapat meniru perbuatan seorang guru tua yang
bernama Tuan Su dari daerah Chiang Shi, dia memberikan uang senilai 2 tahun
gajinya kepada sebuah keluarga miskin untuk membayar denda pemerintah,
sehingga keluarga tersebut tidak terpecah, kalau tidak suaminya akan
dipenjarakan dan tidak ada yang mencari nafkah.
Contoh lain adalah Tuan Jang dari daerah Herbei. Tuan Jang melihat seorang
yang sangat miskin yang terpaksa menggadaikan istri dan anaknya karena tidak
memiliki uang untuk membayar utangnya atau istri dan anaknya akan
kehilangan nyawa.
Karena itu, Tuan Jang memberikan tabungan yang ditabungnya selama sepuluh
tahun kepada orang miskin tersebut, sehingga keluarganya dapat berkumpul
kembali.
Contoh seperti Tuan Su dan Tuan Jang adalah sangat sulit ditemukan, mereka
memberikan apa yang paling sulit untuk diberikan, yang orang lain tidak
mungkin korbankan, tetapi mereka memberikan dengan sukarela.
Contoh lain adalah Tuan Jin dari propinsi Chiangsu, dia sudah tua dan tidak
mempunyai anak, tetangganya menawarkan putri bungsunya untuk dinikahkan
dengan Tuan Jin agar mempunyai keturunan. Tetapi Tuan Jin tidak tega
menghancurkan masa depan yang cerah dan panjang putri tetangganya serta
menolak penawaran tersebut dan memulangkan putri tetangganya itu ke
rumahnya kembali.
Ini adalah contoh lain dari dapat menaklukkan apa yang paling sulit untuk
ditaklukkan oleh seseorang. Karena itu Yang Kuasa memberkati ketiga orang ini,
keberuntungan yang luar biasa atas perbuatan istimewa mereka.
Adalah lebih mudah bagi orang yang berkuasa dan kaya untuk mengumpulkan
kebajikan dibandingkan dengan orang yang miskin. Adalah sangat memalukan
bila seseorang menolak untuk berbuat baik walaupun itu adalah hal yang
sangat mudah baginya dan mempunyai banyak kesempatan. Adalah sangat
sulit bagi orang yang miskin dan tidak berkuasa untuk membantu orang lain,
tetapi dalam keadaan yang sulit ini, seseorang tetap berusaha untuk membantu
orang lain, pahalanya adalah tidak terhingga.
Sebagai seorang yang bermoral, pada saat berhubungan dengan orang lain
atau hal, kita membantu, bila ada kesempatan yang datang dengan sendirinya.
Membantu yang lain bukanlah tugas yang mudah tetapi mempunyai banyak
cara untuk melakukannya.
Secara singkat, cara membantu yang lain dapat diringkaskan menjadi 10
kategori, yaitu :
1. Mendukung kebaikan.
Bila kita melihat ada orang mencoba berbuat kebaikan, kita membantunya agar keinginannya tersebut berkembang. Bila kita melihat orang lain ingin berbuat sesuatu yang baik tetapi tidak dapat membuatnya, kita membantunya agar dapat berhasil. Dengan cara ini kita melatih "Mendukung Kebaikan". Sebagai contoh, sewaktu Raja Shwun masih muda, di daerah Santung, beliau sangat sedih melihat orang menangkap ikan, tempat yang dalam dan banyak ikan serta airnya tenang semua direbut oleh pemuda-pemuda yang
kuat, sehingga orang yang tua dan lemah tersingkir di tempat dangkal dan airnya mengalir deras. Beliau juga sengaja turun ke air menangkap ikan, ketika ada orang yang hendak merebut tempatnya, Beliau sengaja mengalah dan tidak mengeluh. Bila ada orang yang memberikannya tempat untuk menangkap ikan, Beliau langsung mengucapkan terima kasih dan memuji sikap baik orang tersebut. Setelah Beliau melakukan hal demikian selama beberapa periode, akhirnya telah menimbulkan suatu suasana keharmonisan, orang-orang semua bersikap hormat dan mau mengalah.
Tindakan Raja Shwun tersebut sesuai dengan apa yang disebut Tuan John Ruskin. Pendidikan bukan berarti mengajarkan orang apa yang mereka tidak tahu, tetapi mengajarkan orang bersikap, bagaimana/sepantasnya mereka bersikap . . .
Ini adalah suatu tugas yang berat, harus terus menerus dan sangat sulit dilaksanakan. Dengan kasih sayang, meneliti, menasehati, membimbing, memuji, tetapi yang terpenting adalah memberi CONTOH. Cerita Raja Shwun adalah hanya sebuah contoh untuk menunjukkan
bagaimana orang mempengaruhi orang lain melalui tingkah laku, bukan melalui pembicaraan/nasehat. Bukannya bermaksud untuk mendukung orang untuk memancing/menangkap ikan, karena memancing adalah suatu perbuatan membunuh. Mohon menghentikan olah raga yang bersifat mengambil jiwa makhluk hidup lain. Seorang yang bijak dan pintar seperti Shwun akan sangat mudah mempengaruhi orang lain dengan beberapa kata nasehat. Mengapa dia tidak hanya menasehati saja daripada menggabungkan diri pada aktivitas tersebut? Shwun tidak menggunakan kata, tetapi lebih memilih memberi contoh kepada orang lain melalui tindakannya. Shwun menginginkan nelayan
tersebut sadar dan merasa malu atas sikap keegoan mereka serta merubah dengan sendirinya. Ini menunjukkan betapa tulusnya keinginan Shwun untuk mempengaruhi orang agar berbuat baik.
Pada zaman sekarang yang moralitasnya rendah, perasaan sosial hancur dan kekurangan rasa kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan, sangat sulit menemukan suatu standar sikap yang baik. Karena itu, bila kita menemukan disekeliling kita mempunyai kekurangan . . . . kita tidak menggunakan kelebihan kita untuk menonjolkan kekurangan orang lain. Bila orang lain tidak berbuat baik, jangan menggunakan kebaikan kita untuk membandingkan atau mengukur dengannya. Bila orang lain tidak semampu kita, jangan sengaja mempermainkannya dengan kemampuan kita. Bahkan bila kita pintar dan tangkas, keunggulan ini haruslah disembunyikan dan tidak perlu dibanggakan. Sebaliknya, kita malah harus lebih merendah dari sebelumnya. Kita menganggap kepintaran dan ketangkasan kita adalah hal yang tidak penting, yang tidak nyata. Bila seseorang berbuat salah, kita sabar dan menyembunyikannya, memberi kesempatan kepadanya untuk merubah, mengoreksi diri tanpa melukai harga dirinya.
Bila kita tetap menjaga harga diri orang, orang ini bahkan akan lebih hati-hati
atas perbuatannya di masa depan. Bila kita melihat kekuatan dan kebaikan orang lain, kita belajar darinya, memujinya dan menyampaikan kebaikannya kepada orang lain. Pada kehidupan sehari-hari, kita selalu menahan diri agar tidak berbicara atau berbuat hal-hal yang hanya mementingkan diri, tetapi selalu berbuat hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat dan publik, mendukung prinsip, peraturan dan ketentuan yang bermanfaat agar selalu ditaati oleh orang.
Ini adalah kualitas dari seorang manusia sejati, selalu memikirkan kesejahteraan, manfaat publik daripada keuntungan diri sendiri.
2. Kasih sayang dan sopan santun.
Mengasihi dan menghormati sesama makhluk hidup lain dan benda. Seperti kata pepatah : Sejenis beras memelihara ratusan jenis manusia", walaupun antara manusia ada yang kaya dan miskin, keluarga dekat dan jauh, kenal dan asing, bodoh dan pintar, bingung dan bijak, tetapi mereka semua adalah sama harus saling hormat menghormati. Sebagai manusia yang berakal budi sepantasnyalah harus menghormati orang lain dan diri sendiri.
Menghormati pekerjaan masing-masing, menyenangi kebersamaan, taat hukum disiplin diri. Kasih sayang dan menghormati makhluk lain seperti hewan, mereka juga mempunyai hak untuk hidup, jangan membunuh atau menyiksanya. Demikian juga terhadap benda, bukannya kita harus bersujud kepada benda, tetapi dengan memelihara jangan sampai rusak, merapikan jangan sampai berserakan, menempatkan di tempat yang sesuai. Dengan
demikian kita telah melakukan kehendak Yang Kuasa.
Kadang kala sangat sulit menilai dari penampilan seseorang, apakah dia adalah seorang manusia sejati atau hanya seorang gadungan/brengsek, karena orang gadungan bisa berpura-pura berlagak sebagai seorang manusia sejati. Perbedaannya adalah terletak pada niatnya. Niat seorang manusia sejati selalu baik sedangkan orang gadungan adalah tidak baik. Ada perbedaan yang sangat besar diantara mereka seperti hitam dan putih.
Mencius berkata . . ."Perbedaan seorang manusia sejati dan manusia gadungan adalah terletak pada niat mereka."
Hati seorang manusia sejati selalu dipenuhi oleh cinta kasih dan hormat kepada yang lain. Manusia di dunia ini bermacam-macam, ada yang dekat dengan kita, ada yang asing, ada yang berjabatan tinggi, ada yang tidak, ada yang pintar ada yang tidak, ada yang bermoral, ada yang bejat, mereka adalah manusia.
Mereka seperti kita, hidup dan mempunyai daging, darah dan perasaan. Tidak ada seorangpun yang harus kita benci atau tidak dihormati. Bila hati kita penuh dengan kasih sayang dan hormat kepada yang lain, maka adalah sama seperti kasih sayang dan hormat kita kepada para orang suci dan bijak. Bilamana kita memahami yang lain, adalah sama seperti kita memahami para orang suci dan bijak. Mengapa? Karena para orang suci dan bijak ingin manusia di dunia ini mendapat kebahagiaan dan kehidupan yang produktif.
Karena itu, bila kita mengasihi dan menghormati orang lain dan membantu mereka mendapatkan kedamaian serta kebahagiaan, kita telah melakukan tugas dari para orang suci dan bijak.
3. Membantu orang mencapai kesuksesan.
Bila kita melihat orang berbuat baik atau tidak, kita membujuknya agar mau
berbuat baik. Bila melihat orang mengalami kesulitan untuk berbuat baik, kita membantunya mengatasi masalahnya dan menuntunnya agar berhasil. Kita jangan cemburu atas keberhasilan mereka atau mencoba menyabotasenya.
Seumpama batu giok, bilamana dibuang begitu saja, maka tidak bernilai seperti batu yang tidak berharga. Tetapi bila kita mengasah dan membentuknya, akan berubah menjadi perhiasan yang berharga. Adalah sama juga seperti manusia, seorang manusia perlu dididik dan dibimbing, persis seperti batu giok yang diasah dan dibentuk. Bila kita
melihat orang yang berpotensial untuk berbuat baik dan bercita-cita luhur, kita dapat mendukung, memuji, membimbing dan memberi semangat agar sukses untuk mencapai cita-cita luhurnya.
Bila orang lain salah menilai mereka, kita berusaha menjernihkan namanya dan membagi bebannya. Ketika kita membantu mereka agar dapat berdiri di atas kaki sendiri dan menjadi bagian dari masyarakat yang baik, kita telah memenuhi tanggung jawab kita dalam membantu orang lain mencapai kesuksesan.
Secara umum, di dalam masyarakat, orang yang berbuat baik lebih sedikit, lebih banyak yang jahat. Manusia biasa lebih banyak yang bersifat buruk seperti membela diri walaupun salah serta menyingkirkan orang yang berlainan pendapat dengannya, sehingga orang baik dalam masyarakat, kecuali dia mempunyai iman dan pendirian yang sangat kuat, dapat dengan gigih melawan segala rintangan dan godaan. Bilamana tidak, maka akan sangat sulit baginya untuk bertahan.
Lebih-lebih orang yang bercita luhur ingin berbuat kebajikan, mempunyai karakter keterbukaan dan rendah diri, berterus terang, tidak licik. Mereka kurang memperhatikan penampilan dan tidak bisa menyanjung-nyanjung orang lain. Sebaliknya orang yang kurang berpendidikan dan tidak berwawasan luas sering menggosip dan menyalahkan mereka, sehingga merupakan sebuah tantangan berat bagi mereka. Seorang yang baik mudah sekali disalahkan secara tidak adil.
Bila ini terjadi, maka para tetua, orang bijak harus selalu berusaha membimbing orang yang salah tersebut ke jalan yang benar, serta melindungi dan mendukung mereka, yang baik supaya tetap berbuat baik. Mereka yang dapat tetap bertahan selalu berbuat kebajikan dan tidak berbuat kejahatan pasti mendapat pahala yang besar sekali.
4. Menasehati orang agar berbuat baik
Bila kita melihat orang berbuat salah, kita harus dan jangan segan menasehati dan menunjukkan bahwa kesalahannya tersebut akan mengundang bencana besar atau menyakiti dirinya sendiri dan harus berupaya untuk tidak berbuat kesalahan tersebut. Mintakan kepada orang yang tidak mau berbuat baik atau mau berbuat sedikit kebaikan saja, bahwa dengan berbuat baik pasti mengundang keberuntungan bagi dirinya. Kebaikan bukan saja hanya harus dilaksanakan, tetapi juga harus dilaksanakan secara spontan dalam skala yang besar. Kita semua mempunyai hati nurani, jati diri yang luhur, tetapi karena terlalu sibuk mengejar kekayaan, reputasi telah membuat kita lupa akan jati diri sendiri. Kita bersedia membungkuk serendah mungkin untuk memperoleh apa yang diinginkan. Ketika seorang teman telah lupa akan jati dirinya sehingga berbuat sesuatu yang tidak baik, kita dapat menasehati dan memperingatinya, agar dia sadar akan tindakannya yang menyimpang. Ibarat kita membangunkan orang yang sedang mengalami mimpi buruk, membantunya menghadapi kenyataan. Bila seseorang mengalami depresi, kita membantu melepasnya dan membuka pikirannya. Kita adalah orang yang berbudi bila dapat memperlakukan teman kita dengan kebaikan tersebut. Seorang bijak yang bernama Han berkata: "Melalui mulut, kita hanya dapat menasehati orang sementara saja, karena mudah dilupakan sejalan dengan berlalunya waktu. Tidak ada orang lagi
yang mendengar apa yang telah kita sebutkan. Bila nasehat kita tertulis dalam buku, maka akan menasehati dan mempengaruhi orang untuk ratusan generasi di seluruh dunia". Karena itu, menulis untuk menasehati orang adalah kebajikan yang baik sekali.
Kita dapat menasehati orang dengan kata-kata atau tulisan untuk menyebarkan kebajikan. Bila dibandingkan dengan kategori sebelumnya "membantu orang untuk mencapai kesuksesan", kategori ini lebih tepat dan jelas. Akan tetapi sejenis penyakit bila diobati dengan obat yang tepat, terbukti mempunyai khasiat, karena itu, tidak boleh menyerah. Sering pula terjadi nasehat baik kita disalahpahami, malah menuduh kita telah menghinanya, kita jangan malah terjebak dalam kemarahan, karena
adalah suatu sifat kelemahan manusia juga selalu mau membela diri walaupun tahu dirinya salah, yang penting kita beritikad baik dan berbuat sesuai suara hati. Kita malah berdosa bila berdiam diri melihat kesalahan orang lain, kita telah membantu menenggelamkan orang.
Penting juga diperhatikan bagaimana kita melakukannya. Misalnya, bila seseorang yang terlalu keras kepala, kita tidak perlu membujuknya dengan kata-kata, karena kata-kata dan energi kita akan sia-sia saja. Bila seseorang tersebut lembut dan mau mendengar, tetapi kita gagal menasehatinya, kita telah kehilangan kesempatan yang baik untuk berbuat baik. Kedua cara tersebut di atas terjadi karena kita kurang arif untuk
mengatakan perbedaannya. Kita harus melihat apa yang salah sehingga kelak kita dapat berbuat dengan tepat dan tidak lagi menyia-nyiakan kata-kata atau kesempatan.
5. Membantu orang yang mengalami musibah/sangat memerlukan.
Kebanyakan orang cenderung memberi kepada orang yang tidak memerlukan dan tidak memberi kepada orang yang sangat memerlukan. Seperti pepatah Tiongkok : "Lebih banyak orang menambah bunga di pot yang sudah penuh kembang, tetapi jarang orang yang memberi arang pemanas untuk orang yang terbelenggu di salju".
Ketika kita menemui orang yang dalam kesulitan besar, darurat atau bahaya,
kita berusaha dengan cara apapun untuk membantu mereka terlepas dari ancaman tersebut. Kebajikan atas perbuatan ini adalah tidak terhingga. Tetapi, seseorang tidak boleh menjadi sombong dan bangga karenanya. Manusia hidup di dunia, selalu mempunyai banyak masalah, bila kita menemui orang yang mengalami penderitaan/bencana, kita berusaha membantu mereka seumpama kita sendiri yang mengalami penderitaan tersebut. Bila seseorang difitnah, kita membantu menjernihkan masalahnya,
memberikan kata-kata yang menyejukkan atau bantuan dengan cara lain.
Seperti kata orang kuno :
"Tidak masalah suatu bantuan itu kecil atau besar, yang penting dapat membantu seseorang pada saat dia sangat memerlukan".
6. Membangun struktur yang bermanfaat besar untuk publik.
Kategori ini biasanya dilakukan oleh orang yang berpengaruh dan berkuasa
besar. Bila seseorang mempunyai kemampuan ini, maka boleh membangun
irigasi, mengunjungi dan membantu orang yang mengalami bencana alam,
membuat jalan, jembatan. Misalnya seseorang melihat ada retak kecil di
tanggul, berusaha menutupi retakan tersebut dengan batu/lumpur untuk
mencegah air sehingga tidak terjadi retakan yang lebih besar yang dapat
mengakibatkan banjir, kelihatannya ini adalah perbuatan kecil, tetapi
akibatnya adalah luar biasa.
Bila kita mempunyai kesempatan, kita membujuk orang lain turut
mengambil bagian. Bahkan bila orang lain mengoceh di belakang kita, kita
jangan putus asa, jangan takut akan omongan orang dan tugas tersebut
sulit. Jangan biarkan kecemburuan dan kemarahan orang lain
menggoyahkan semangat kita untuk berbuat baik.
7. Berdana/memberi.
Manusia yang berada di dunia selalu berusaha mengejar uang bahkan mati
karena uang. Siapa yang benar-benar ingin membantu orang dengan
memberikan uangnya? Ketika kita menyadari kesulitan berdana ini, kita akan
sangat menghargai orang yang suka berdana untuk membantu orang yang
memerlukan, orang ini adalah orang besar di mata para fakir miskin.
Menurut hukum sebab akibat : "Siapa yang memberi akan mendapat, yang
tidak memberi, tidak akan menerima". Bila kita melatih diri dengan berdana,
kita akan menerima keberuntungan, jangan takut bahwa bila saya telah
memberi, tidak ada sisa lagi untuk diri, karena semakin banyak yang
diberikan, semakin banyak yang akan kita dapat.
Dengan berdana, dapat mengumpulkan pahala, dan menghapuskan sifat
jelek seperti ego, rasa mementingkan diri sendiri, kekikiran. Hal ini akan
membantu pelatihan diri untuk membuat kebajikan. Pada permulaan
mungkin akan merasa terpaksa, akan tetapi lama-kelamaan akan merasa
senang, tenang dan bahagia, hal ini akan membersihkan kesalahankesalahan
yang telah kita lakukan.
Dalam ajaran Buddha, memberi adalah praktek kebajikan utama yang harus
dilakukan oleh semua murid Buddha. Bila kita benar-benar mengerti arti dari
memberi dan ingin memberi semua milik duniawinya, bahkan organ
tubuhnya, maka orang ini menjalani jalan Buddha. Orang yang paham
prinsip ini akan memberikan segala sesuatu, termasuk mata, telinga, hidung,
lidah, badan dan pikiran.
Bila kita belum sanggup memberikan segalanya, kita bisa mulai dengan
memberikan uang. Umumnya orang menganggap pakaian dan makanan
adalah hidupnya.
Bila kita dapat memberi dengan tanpa sedikit juga keraguan, kita akan
menghilangkan sifat pelit/kikir disamping itu juga membantu orang yang
memerlukannya.
Bagaimanapun juga, banyak orang yang sulit melakukannya. Memang pada
mulanya sulit dilaksanakan, tetapi akan semakin biasa bila telah sering
melakukannya. Dengan mempraktekkan kebajikan "berdana" ini,
ketenangan pikiran akan diperoleh dan tidak ada yang tidak dapat kita
berikan. Ini adalah cara yang paling baik untuk menghilangkan sifat
mementingkan diri dan sebagai suatu kesempatan untuk merubah sikap kita
terhadap uang dan material duniawi.
8. Membedakan antara ajaran yang benar dan ajaran sesat.
Kita harus dapat membedakan antara ajaran yang benar dan ajaran sesat.
Ajaran sesat sangat membahayakan pikiran dan hati orang, dan seharusnya
berupaya untuk menghindarinya. Sedangkan ajaran yang benar,
kebijaksanaan, pandangan yang baik seperti ajaran Buddha, Konghucu,
sepuluh perintah Allah dan sebagainya, yang mendidik kebaikan, menuntun
masyarakat ke jalan yang tepat dan benar, sehingga mendapat kehidupan
yang baik di dunia maupun akhirat haruslah berupaya dipelihara,
dikembangkan dan dipertahankan jangan sampai lenyap di dunia, jangan
biarkan orang sesat menghancurkannya.
Sejak dahulu kala, ajaran yang benar telah menjadi suatu standar dari
kebenaran dan sebagai pedoman spiritual untuk manusia.
Bila kita tidak mempunyai keyakinan yang kuat, bagaimana kita dapat
berinteraksi dengan Langit dan Bumi? Bagaimana manusia dapat berhasil
mencapai cita-cita luhurnya tanpa suatu standar hidup? Bagaimana kita
dapat terlepas dari kesengsaraan dan cengkraman hidup? Bagaimana kita
membangun dan membentuk nasib dan melampaui siklus hidup dan mati?
Ini semua tergantung pada ajaran baik dan benar sebagai jalan penerangan.
Karena itu, bilamana kita melihat Vihara, tempat-tempat peringatan orang
suci dan bijak atau foto mereka, kitab suci, Sutra Buddha, kita harus
menghormati. Bila perlu diperbaiki, kita harus memperbaiki ke bentuk
semula. Kita membantu menyebarkan ajaran Buddha, ajaran tentang
keadaan sebenarnya dari alam semesta dan lingkungan hidup kita, dengan
demikian kita juga telah menunjukkan hormat dan rasa terima kasih kepada
orang suci dan Buddha. Kita berupaya untuk mencapai tujuan ini.
9. Menghormati tetua.
Yang dimaksud tetua adalah orang tua, kakak, atasan, orang yang
derajatnya lebih tinggi dari kita, yang lebih tua dari kita, yang bereputasi,
yang berkebajikan tinggi, yang terpelajar dan bermoral, yang berjati diri,
pejabat harus dihormati.
Bersikap hormat, sopan, lemah lembut terhadap orang tua, jangan
meninggikan suara kita saat berbicara dengan orang tua atau bila
pembicaraan orang tua tidak dapat kita terima. Bila selalu mempraktekkan
kebajikan ini, kita akan terbiasa dan menjadi bagian yang melekat, akan
mengubah kita menjadi orang yang tenang dan lembut, cara ini akan
menyentuh Langit dan Bumi serta akan mendapat balasan dari mereka.
Bila berhubungan dengan atasan kita dan pejabat pemerintah, kita harus
taat peraturan jangan melanggar. Kita jangan lengah sehingga perbuatan
kita menyimpang, karena menganggap atasan kita tidak mengetahuinya.
Bila kita menemukan seseorang berbuat kejahatan, walaupun kejahatan
yang dibuat tersebut serius atau tidak, kita harus menyelidiki dengan
seksama dan adil. Jangan menyalahgunakan kekuasaan yang telah
diberikan atasan kepada kita.
Bila menghadap raja, seseorang harus bersikap sangat hormat seperti
menghadap Yang Kuasa. Ini adalah sikap yang benar yang harus diturunkan
kepada generasi yang akan datang. Ini mempunyai hubungan yang
langsung dan penting terhadap kebajikan yang tersembunyi dalam diri kita.
Lihatlah keluarga yang mempraktekkan kesetiaan dan kebhaktian,
keturunan mereka hidup makmur sejahtera dari generasi ke generasi.
Karena itu, kita harus mengikuti jejak mereka menghormati tetua.
Banyak orang pada saat berbicara dengan orang tuanya, berbahasa kasar
dan nada yang tinggi, sadarkah Anda bahwa setiap kata yang Anda ucapkan
telah diwariskan kepada anak Anda, anak Anda juga telah belajar setiap
kata ucapan Anda tersebut tanpa ada yang ketinggalan yang akan ditujukan
kepada Anda kelak.
Tidak berbakti kepada orang tua adalah juga telah mendidik anak kita tidak
berbakti kepada kita.
10. Hargailah dan sayangilah makhluk hidup.
Kita harus menghargai jiwa semua makhluk hidup bahkan sekecil seekor
semut, yang juga mengetahui penderitaan dan takut akan kematian.
Bagaimana kita dapat membunuh makhluk lain dan makan dagingnya tanpa
merasa sedikit juga bersalah dan menyesal?
Ada orang mengatakan, makhluk ini memang adalah makanan untuk
manusia . . . . tetapi argumentasi ini tidak logis dan hanya sebuah alasan
bagi orang yang makan daging.
Selain daging, banyak makanan yang boleh dikonsumsi manusia, seperti
buah, sayuran, sehingga tidak perlu membunuh hanya untuk selera mulut.
Kita boleh tidak memakai pakaian yang terbuat dari sutra, kepompong harus
direbus dahulu dan ulat sutra tersebut masih berada di dalamnya, sehingga
berjuta-juta ekor ulat sutra akan terbunuh hanya karena kesombongan dan
kebanggaan manusia.
Bila kita belum dapat putus makan daging, kita berusaha untuk tidak
memakan daging dari binatang "yang dipelihara sendiri, kita menyaksikan
sendiri hewan tersebut dibunuh, kita mendengar langsung suara derita
hewan tersebut saat dibunuh, dibunuh untuk diri kita". Dengan tidak
memakan 4 jenis daging hewan tersebut di atas, akan menumbuhkan welas
asih, menambah keberuntungan dan kebijaksanaan.
Hati yang welas asih membentuk seorang yang baik. Mencius berkata :
"Seseorang yang tidak welas asih bukanlah seorang
manusia".
Seorang yang berkebajikan mau mengampuni dan berhati baik adalah dilihat
dari hatinya yang welas asih. Seorang yang mau mengumpulkan kebajikan
juga harus mempraktekkan welas asih. Seorang yang welas asih adalah
orang yang baik, bermoral, mau mengampuni, sedangkan orang yang tidak
welas asih adalah tidak baik dan tidak bermoral. Ini tertulis dalam buku
"Kode Etik dari Dinasty Chu".
Bulan Januari, induk-induk hewan sedang mengandung dan melahirkan,
maka spesies betina jangan dibunuh. Mencius berkata :
"Seorang manusia yang terpuji, menjauhi dapur".
Ini adalah untuk memelihara hati yang welas asih, karena di dapur dilakukan
pembunuhan hewan untuk santapan manusia.
Menurut Ajaran Buddha, makhluk hidup terlahir sebagai hewan karena telah
membuat karma buruk dan akumulasi banyak karma buruk pada kehidupan
sebelumnya, setelah mereka menerima balasannya/hukumannya, mereka
dapat terlahir sebagai manusia lagi. Bila mereka mau melatih diri bahkan
dapat menjadi Buddha. Daging yang kita makan hari ini mungkin adalah
daging dari Buddha masa depan. Hewan yang kita lihat hari ini adalah
seorang manusia pada kehidupan sebelumnya. Mungkin hewan ini dahulu
adalah orang tua kita, istri, suami, anak, sanak saudara atau teman kita.
Sekarang kita seorang manusia dan mereka adalah hewan. Membunuh dan
memakan mereka akan bermusuhan dengan mereka yang dulu pernah kita
kasihi. Bila kita makan mereka, kelak mereka menjadi manusia dan kita
menjadi hewan karena kesadisan kita telah membunuh mereka sekarang,
sebagai balasannya, kita juga akan mengalami penderitaan yang sama yaitu
dibunuh dan dimakan.
Ketika kita berpikir demikian, bagaimana kita berani membunuh? Bagaimana
kita dapat memakan sepotong juga daging mereka? Di samping itu, bahkan
daging itu rasanya enak, hanya terasa diantara mulut sampai kerongkongan.
Setelah ditelan, tidak ada terasa enaknya lagi. Tidak ada bedanya antara
memakan daging dan sayuran. Mengapa kita harus membunuh bila tidak ada
kebaikannya?
Bila kita tidak dapat segera berhenti memakan daging, kita dapat perlahanlahan
mengurangi daging sampai benar-benar melepaskan daging dan hanya
makan sayuran. Dengan cara ini, kita dapat mencapai tingkat lebih tinggi
dari kewelas asihan dalam hati kita. Juga kita perlu berhenti membunuh
makhluk berjiwa, bahkan serangga.
Ketika sedang mencangkul tanah di sawah, ladang, berapa banyak serangga
yang terbunuh? Kita harus sadar akan biaya yang harus ditanggung untuk
makanan dan pakaian diri sendiri, kita membunuh untuk keperluan sendiri.
Karena itu, kita harus hidup sederhana, menghemat, hati-hati dan menilai
makanan dan pakaian yang kita konsumsi sehari-hari. Hidup memboros
adalah sama dengan melakukan kekerasan pembunuhan.
Berapa seringkah kita secara tidak sadar telah mencelakai dan menginjak
makhluk hidup? Dengan sedikit kesadaran, kita dapat menghindarkan
kejadian ini. Seorang penyair bernama Tung Pwo Su dari Dinasti Sung
menulis . . . . . Menyayangi Tikus, kita tinggalkan sedikit beras untuknya,
mengasihi serangga, kita tidak memasang pelita.
Sebuah kalimat yang sangat baik dan penuh welas asih! Masih banyak jenis
kebajikan yang saya tidak dapat sebutkan semuanya. Sejauh kita dapat
mengembangkan sepuluh kategori yang sangat berharga tersebut di atas,
kita dapat melipatgandakan perbuatan-perbuatan baik dan kebajikan.
Read more
CARA MEMBUAT/MENGUMPULKAN KEBAIKAN
Bab sebelumnya membicarakan tentang cara-cara untuk merubah kesalahan kita pada kehidupan ini, sebenarnya untuk meyakinkan bahwa kehidupan yang baik tidak akan menjadi buruk. Bagaimanapun kita masih tidak sanggup mengubah kehdupan buruk menjadi baik, walaupun kita selalu berbuat baik pada kehidupan ini, kita tidak tahu kejahatan apa yang kita telah lakukan pada kehidupan yang lalu, sehingga balasan atas perbuatan kejahatan tersebut masih berlanjut pada kehidupan ini. Oleh karena itu, untuk mengubah kehidupan buruk menjadi baik, kita tidak hanya mengkoreksi kesalahan kita tetapi juga harus melaksanakan segala jenis kebaikan untuk membangun kebajikan.
Hanya cara ini kita dapat terlepas dari karma buruk kehidupan lalu. Pada saat akumulasi kebaikan kita bertumpuk, kehidupan buruk pasti akan berubah menjadi baik, dengan demikian, praktek kita untuk mengubah nasib dapat terbukti. Seperti tertulis dalam buku I Ching....
"Keluarga yang melakukan banyak kebaikan akan mengakumulasi nasib baik dan bertahan terus dari generasi ke generasi"
Mari saya memberi contoh. Suatu ketika ada satu keluarga yang bernama Yen, sebelum mereka menyetujui lamaran atas putrinya dari seorang laki-laki yang akhirnya menjadi ayah Konghucu, mereka menyelidiki perbuatan masa lalu dari keluarga laki-laki tersebut. Setelah menemukan bahwa keluarganya selalu berbuat baik dan mengumpulkan kebajikan. Keluarga Yen merasa yakin bahwa putrinya akan dinikahkan dengan keluarga yang akan menjadi sebuah keluarga yang kelak keturunannya akan makmur, tidak memperhatikan bahwa sekarang mereka bukan keuarga berada. Benar saja, putri mereka melahirkan "Konghucu".
Suatu ketika Konghucu memuji Shwun, seorang raja pada awal zaman Tiongkok atas kebesaran sifat baktinya kepada orang tuanya, Beliau berkata : "Karena kebesaran sifat bakti Shwun dan leluhurnya, maka keturunan mereka akan terkenal dan dihormati dan bertahan sampai banyak generasi".
Perkataan Konghucu ini terbukti oleh sejarah. Sekarang saya akan menunjukkan beberapa kejadian nyata bahwa kebajikan dapat diperoleh melalui perbuatan baik.
Di Propinsi Fukien, ada seorang terhormat yang bernama Rong Yang yang memegang jabatan pemerintah sebagai guru dari raja. Leluhurnya adalah tukang perahu sungai yang menyeberangkan penumpang di sungai, suatu ketika terjadi banjir raksasa karena angin topan, menghanyutkan penduduk dan harta benda, rumah, hewan dan barang-barang mereka terbawa arus.
Para tukang perahu lain menggunakan kesempatan ini meraih barang-barang yang terapung. Tetapi kakek dan kakek buyut Rong Yang hanya menolong orang yang hanyut dan tidak mengambil satupun barang-barang dari sungai. Tukang perahu lain semua menertawai dan mengatakan bahwa kakek dan kakek buyutnya sangat bodoh. Beberapa saat kemudian, ketika ayah Rong Yang lahir, keluarga Rong Yang lambat laun menjadi kaya. Suatu hari, seorang Malaikat yang menjelma sebagai seorang Bhiksu Tao mendatangi keluarga Yang dan berkata : "Leluhur Anda telah mengumpulkan banyak kebajikan, keturunan anda harus mendapat kekayaan dan reputasi, ada satu tempat khusus untuk membangun kuburan leluhur anda".
Maka mereka mengikuti nasehat Bhiksu tersebut dan tidak lama kemudian, lahirlah Rong Yang. Pada umur 20 tahun, Rong Yang sudah lulus ujian negara dan diangkat sebagai pejabat berpangkat tinggi.
"Raja bahkan menganugrahi kakek dan kakek buyut-nya jabatan honoris.Sampai sekarang keturunannya masih sangat makmur dan ternama".
Contoh lain seperti Zi Cheng dari propinsi Nimpo, Chehkian. Zi Cheng adalah seorang pejabat di pengadilan. Dia adalah seorang yang adil, ramah, rendah hati dan jujur. Suatu saat, hakim pengadilan menghukum seorang kriminal dengan memukulinya sampai darah membasahi lantai, kemarahan hakim masih belum reda dan meneruskan hukuman tersebut. Zi Cheng berlutut dan mohon agar berhenti memukuli tawanan tersebut. Hakim berkata . . . . . .
"Anda memohon keringanan hukumannya, tetapi bagaimana saya tidak marah bahwa orang ini telah melanggar hukum".
Zi Cheng berkata : "Bahkan banyak pemimpin dan penguasa pemerintah korupsi dan tidak mengikuti jalan yang sebenarnya, bagaimana seseorang dapat mengharapkan rakyat biasa untuk mentaati hukum dan peraturan? Tambahan lagi, siksaan berat dapat memaksa tergugat yang sebenarnya tidak bersalah untuk mengakui kesalahan atas kejahatan yang sebenarnya tidak dilakukannya. Untuk kasus demikian, kita harus lebih hati-hati dan mengerti. Walaupun kasus kejahatan ini dapat diungkapkan seharusnya juga jangan
senang, karena adalah suatu aib, mengapa harus marah?"
Hakim tersebut tergugah oleh perkataan Zi Cheng dan berhenti memukul.
Walaupun Zi Cheng berasal dari keluarga yang miskin. Dia tidak pernah dapat disogok. Bila para hukuman kekurangan makanan, dia selalu bawa dari rumah sendiri walaupun dia sendiri yang harus menanggung kelaparan. Kasih sayang demikian selalu dipraktekkannya walaupun dia telah mempunyai 2 orang anak. Anak yang pertama bernama Shou Chen dan yang kedua bernama Shou Zi, kedua-duanya mendapat jabatan tinggi di pemerintah, bahkan keturunannya tetap memperoleh posisi baik di masyarakat untuk jangka waktu panjang.
Ini ada cerita nyata lain yang terjadi pada masa Dinasti Ming. Suatu ketika, ada segerombolan bandit muncul di Propinsi Fukien. Raja memerintahkan Jenderal Hsieh memimpin tentara untuk mengamankan tempat tersebut. Jenderal Hsieh tidak ingin ada penduduk yang tidak berdosa menjadi korban pada saat pelaksanaan misi ini.
Karena itu, dia berusaha mendapatkan daftar nama penjahat tersebut, lalu dengan sangat teliti dan rahasia memberikan bendera putih kecil kepada penduduk untuk dipasang di pintu sebagai tanda bahwa mereka tidak terlibat dan bila tentara masuk ke kota tidak menyerang rumah yang berbendera. Dengan tindakan ini, Jenderal Hsieh dapat menyelamatkan puluhan ribu jiwa rakyat yang tidak berdosa.
Setelah itu, anak Jenderal Hsieh berhasil meraih juara dalam ujian negera tingkat tinggi dan menjadi penasehat raja. Cucunya Pei Hsieh juga meraih juara dalam ujian negara.
Cerita nyata lain adalah keluarga Lin di Fukien. Diantara leluhurnya ada seorang ibu tua yang sangat suka berdana. Setiap hari dia membuat onde beras untuk diberikan kepada fakir miskin dan selalu memberi berapapun yang diminta. Ada seorang Bhiksu Tao setiap hari dan berturut-turut selama tiga tahun setiap kali meminta 6 atau 7 buah onde. Ibu tersebut selalu memenuhi permintaannya dan tidak pernah menunjukkan ketidaksenangan. Bhiksu Tao tersebut, sebenarnya adalah jelmaan seorang Dewa untuk menguji ketulusan dan kebaikan ibu tersebut, menyadari bahwa ibu tersebut benar-benar tulus dan baik lalu berkata : "Saya telah makan onde buatan ibu selama 3 tahun dan saya tidak dapat membalas kebaikan ibu. Mungkin saya dapat membantu anda dengan cara ini " Tanah di belakang rumah ibu, adalah tempat yang sangat baik untuk membangun kuburan leluhur. Bila anda dimakamkan di sana kelak, maka jumlah keturunan anda yang bergelar di pemerintah adalah sebanyak 1 pon biji wijen".
Ketika ibu tua tersebut meninggal, keluarga Lin mengikuti nasehat Bhiksu Tao tersebut dengan menguburkannya di tempat yang ditunjuk. Generasi pertama ibu tersebut, 9 orang lulus ujian negera dan berlanjut terus sampai generasi berikutnya.
Contoh nyata lain adalah ayah dari seorang sejarahwan pemerintah yang bernama Chi Feng. Suatu hari di musim dingin, ayah Chi Feng dalam perjalanan menuju sekolah, ia menjumpai seorang yang telah membeku kedinginan tetapi masih bernafas, dia segera membuka mantelnya dan membalut badan orang tersebut lalu membawanya pulang dan menyelamatkannya. Malam itu dia bermimpi bahwa seorang Dewa berkata kepadanya :"Anda telah menolong seorang yang hampir meninggal dengan ketulusan yang dalam, ini adalah
sebuah kebajikan yang sangat besar. Saya akan mengutus Jenderal Han Chi yang terkenal dari kerajaan Sung untuk dilahirkan sebagai anak anda". Anak tersebut lahir dan diberi nama Chi.
Contoh nyata lain adalah Ta Jo Ying, seorang sekretaris pemerintah yang tinggal di Taichou. Ketika dia masih muda, dia selalu tinggal di sebuah gunung yang jauh. Malam hari, dia selalu mampu mendengar dan mengerti suara-suara hantu dan makhluk halus tetapi dia tidak pernah merasa takut. Suatu hari dia mendengar satu hantu berkata dengan gembiranya kepada hantu yang lain :
"Ha, ha, ha,..., ada seorang wanita kampung yang suaminya telah lama meninggalkan rumah dan tidak kembali. Mertuanya berpikir anak mereka telah meninggal dan memaksanya untuk menikah lagi. Besok malam, dia akan membunuh diri dan akan menggantikan saya, lalu saya dapat reinkarnasi/lahir kembali, ha, ha, ha,..."
Roh dari orang yang membunuh diri harus menunggu orang yang juga membunuh diri di tempat yang sama, agar dapat meninggalkan alam hantu tersebut dan dapat lahir kembali ke alam yang lebih baik/tinggi.
Tuan Ying mendengar ini, segera pulang menjual tanah dan rumahnya, mendapat 4 lian uang perak, dia menulis sepucuk surat atas nama suami wanita kampung tersebut dan dikirim beserta 4 lian uang perak ke rumah wanita tersebut. Mertua wanita itu mendapati bahwa surat itu bukan tulisan anaknya dan menyelidiki uang perak lalu berkata : "Surat mungkin palsu, tetapi perak ini adalah benar. Siapa yang akan mengirim begitu banyak uang? Mungkin anak kita masih hidup, kita tidak boleh memaksa menantu kita menikah lagi".
Karena itu, wanita tersebut tidak jadi membunuh diri dan pada akhirnya suaminya kembali ke rumah. Tuan Ying mendengar hantu berbicara lagi "Hah!
Sebenarnya saya dapat reinkarnasi lagi, tetapi Tuan Ying telah menghancurkan
kesempatan saya!" Hantu yang kedua berkata : "Mengapa tidak anda celakai
dia saja?" Hantu pertama menjawab : "Tidak, saya tidak boleh. Karena Yang Kuasa mengetahui kebajikannya dan telah menunjuknya menjabat posisi penting di alam kita kelak, bagaimana saya berani mencelakainya"
Setelah Tuan Ying mendengar ini, dia menjadi lebih rajin mempraktekkan kebaikan dan mengumpulkan kebajikan. Suatu saat terjadi kelaparan, dia membeli makanan untuk yang miskin dan yang memerlukan, selalu bersemangat membantu orang yang mengalami kesulitan darurat. Bila sesuatu berjalan tidak lancar, dia selalu introspeksi diri daripada berkeluh kesah menyalahi orang lain, bahkan sampai hari ini, keturunannya masih tetap makmur.
Ada seorang yang bernama Feng Chu Hsu yang tinggal di Chanso, Propinsi Chiangsu, ayahnya sangat kaya. Bila ada bencana kelaparan, ayahnya selalu menyumbang padi dan seluruh uang hasil sewa sawah kepada yang miskin. Suatu malam, dia mendengar hantu bernyanyi di luar rumahnya : "Bukan bercanda! Bukan bercanda! Seorang dari keluarga Hsu akan lulus ujian negara!"
Hal ini terjadi beberapa hari dan benar saja, tahun itu anaknya Feng Chu lulus
ujian. Sejak itu, dia lebih rajin dan tekun melakukan kebaikan dan mengumpulkan kebajikan. Dia selalu memperbaiki jembatan-jembatan yang rusak, melayani orang-orang yang sedang berpergian dan Bhiksu-bhiksu. Suatu hari dia mendengar hantu bernyanyi lagi : "Bukan bercanda! Bukan bercanda! seorang dari keluarga Hsu akan lulus level tinggi ujian negara".
Benar, Feng Chu lulus ujian negara tingkat tinggi dan menjadi Gubernur di dua
propinsi.
Contoh cerita nyata lain adalah seorang yang bernama Kung Shi Tu yang tinggal di Chia Shing, propinsi Chehkiang. Tuan Tu bekerja di pengadilan dan selalu bermalam di penjara berbicara dengan para tawanan. Bila dia menemui ada yang tidak bersalah, dia akan menulis surat keterangan untuk menjernihkan perkara terdakwa tersebut dan diserahkan kepada hakim untuk ditindak lanjuti. Hakim akan menyelidiki dan membebaskan dakwaannya.
Karena usaha Tuan Tu ini, sepuluh orang yang benar-benar tidak terlibat dalam
kasus kriminal sesuai yang didakwa kepadanya dapat dibebaskan dan mereka sangat berterima kasih kepada hakim yang bijaksana tersebut. Tuan Tu yang secara diam-diam membiarkan hakim yang menerima jasa atas perbuatannya, juga menulis surat kepada Hakim Agung yang mengatakan : "Bahkan di pengadilan kota banyak tawanan yang sebenarnya tidak bersalah, apalagi di seluruh negeri, saya menyarankan agar hakim agung setiap lima tahun sekali mengutus penyelidik untuk memeriksa kembali kasus kriminal tawanan, hukuman dapat dikurangi atau dibebaskan untuk mencegah tawanan yang
tidak bersalah tetap ditahan di penjara".
Hakim Agung menyampaikan sarannya kepada raja dan disetujui. Tuan Tu diangkat juga sebagai salah seorang penyelidik untuk mengurangi hukuman tawanan yang tidak bersalah. Suatu malam dia bermimpi seorang Malaikat mendatangi dia dan berkata : "Sebenarnya anda tidak berhak untuk mendapat seorang anak pada kehidupan ini, akan tetapi karena tindakan anda untuk mengurangi hukuman tawanan orang yang tidak bersalah adalah sesuai dengan keinginan Yang Kuasa, anda akan dianugrahi tiga anak dan mereka semua akan berpangkat tinggi".
Setelah itu, istrinya hamil dan melahirkan tiga orang anak dan semua menjadi
orang terpandang dalam masyarakat.
Contoh cerita nyata lain adalah Tuan Ping Bao yang tinggal di Chianshing. Ping
adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara dari seorang pejabat di Chichou,
Propinsi Anhui. Dia menikah dengan seorang putri dari keluarga Yuan di
Propinsi Pinghu dan adalah teman baik kakek anda. Ping Bao sangat pintar dan
berpengetahuan luas, akan tetapi tidak pernah lulus ujian negera.
Dia mempergunakan seluruh waktunya untuk menekuni ajaran Buddha dan Tao.
Suatu hari, ketika dia sedang mengadakan perjalanan ke Danau Liu, dia tiba di
sebuah kampung dan melihat sebuah Vihara usang yang sangat memerlukan
renovasi. Dia melihat rupang Boddhisattva Guan Yin berdiri dalam keadaan
basah kuyup kehujanan karena atap gentengnya retak. Ping mengeluarkan
semua uangnya diberikan kepada Bhiksu pemilik Vihara untuk biaya renovasi
Vihara tersebut. Bhiksu tersebut berkata : "Ini adalah pekerjaan besar, saya
takut uang ini tidak cukup untuk memenuhi keinginan anda". Ping Bao lalu
mengeluarkan semua barang dan pakaian mewah miliknya dan menyerahkan kepada Bhiksu tersebut. Pelayannya coba membujuknya untuk tetap mempertahankan pakaian mahal tersebut, tetapi dia menolak dan berkata : "Itu tidak masalah bagi saya, yang penting rupang Boddhisattva Guan Yin tetap baik, tidak masalah bagi saya bila tidak memakai pakaian ini". Mendengar perkataan Ping Bao, Bhiksu tersebut dengan berlinang air mata berkata : "Memberi uang dan pakaian bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan, tetapi ketulusan yang dalam dari Anda sangat berharga dan sulit ditemukan".
Setelah Vihara tersebut selesai direnovasi, Ping Bao membawa ayahnya mengunjungi dan menginap di Vihara tersebut. Malam itu, Ping bermimpi bahwa Satria Pelindung Dharma Vihara yang bernama Chie Lan, mengucapkan terima kasih dengan berkata : "Karena kebajikan anda ini, anak dan keturunan anda akan mendapat jabatan tinggi di pemerintah untuk jangka waktu yang lama". Akhirnya, anak dan cucu kedua-duanya lulus dalam ujian negara dan diangkat sebagai pejabat negara.
Contoh nyata lain adalah seorang yang bernama Li Chi dari propinsi Jian Shu,
ayahnya adalah seorang pegawai di pengadilan propinsi. Suatu ketika, ayah Li
mengetahui bahwa ada seorang tawanan dihukum mati, dia berusaha memohon keringanan hukuman untuk tawanan ini. Ketika tawanan ini mengetahui usaha ayah Li untuknya, dia berkata kepada istrinya : "Saya begitu berhutang budi kepada orang ini, tetapi saya tidak ada cara untuk membalasnya, maukah anda mengundangnya ke rumah dan menikahinya? Mungkin ini akan menyenangkannya dan kesempatan saya untuk hidup lebih besar lagi". Istri tawanan tersebut menangis dan mendengarkan permintaan suaminya, dia tidak ingin melakukannya, tetapi hanya cara inilah dia dapat menolong suaminya pada saat ini. Karena itu, pada saat ayah Li datang berkunjung ke rumahnya pada hari berikutnya, dia
menawarkan minuman arak dan menyampaikan keinginan suaminya. Ayah Li menolak tawarannya untuk menikah, tetapi tetap berusaha keras menjernihkan kasus tersebut. Akhirnya tawanan tersebut dibebaskan, dia bersama istrinya datang ke rumah ayah Li untuk berterima kasih dan berkata : "Kebajikan yang seperti anda lakukan ini adalah sangat sulit ditemukan pada zaman ini, bagaimana saya membalas budi anda? Anda tidak mempunyai anak laki-laki, bagaimana kalau anda menikahi putri saya, hanya inilah cara saya membalas budi anda, terimalah!"
Ayah Li menerimanya dan segera melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi
nama Li Zhi. Li lulus ujian negara tingkat tinggi pada saat dia hanya berumur
dua puluh tahun.
Anak Li yang bernama Gao, cucu dari Lu dan cicitnya Da Wun semua lulus ujian
negara level tinggi dan diangkat sebagai pejabat pemerintah.
Sepuluh contoh di atas semua menceritakan kebajikan yang berbeda dan
dilakukan orang yang berbeda pula. Walaupun perbuatannya berbeda, tetapi
tujuannya sama yaitu "berbuat baik". Bila kita lebih mendalam meneliti
kebajikan, kita akan menemukan banyak perbedaan.
Ada kebajikan yang sejati dan palsu, kebajikan yang lurus dan kebajikan yang
miring, kebajikan yang tersembunyi (Yin) dan kebajikan yang terbuka (Yang),
yang benar dan salah, yang tegak atau yang condong, yang penuh atau
setengah penuh, yang besar atau yang kecil, yang mudah dan yang sulit.
Perbedaan jenis-jenis kebajikan ini masing-masing mempunyai peraturannya
tersendiri yang harus benar-benar dipelajari dan dimengerti. Jikalau tidak,
kadang kala kita mengira telah berbuat kebaikan, tetapi sebaliknya kita malah
berbuat kesalahan. Sekarang saya akan menjelaskan perbedaan jenis-jenis
kebajikan tersebut satu persatu.
Apa yang disebut kebajikan sejati dan palsu? Pada zaman dinasti Yuan,
sekumpulan pelajar mengunjungi guru besar Jung Feng di Gunung Tianmu, satu murid berkata : "Buddha selalu mengajarkan hukum karma, yang baik dan buruk adalah ibarat bayangan badan, akan mengikuti kemana saja kita pergi".
Ini menjelaskan bahwa perbuatan baik selalu mengundang keberuntungan dan berbuat jahat selalu mengundang bencana.
Lalu mengapa ada orang yang berbuat baik, tetapi keluarga dan keturunannya malah hidup menderita, di lain pihak, orang yang selalu banyak membuat kejahatan mendapat kehidupan baik, mana hukum sebab akibatnya? Apakah tidak ada standarnya dalam ajaran Buddha?
Guru Jung Feng berkata : "Manusia umumnya buta oleh kejadian sehari-hari, mereka tidak membersihkan pikiran mereka dari hal-hal yang tidak baik dan salah persepsi, karena itu perbuatan yang baik dianggap salah dan yang salah dianggap betul, ini sudah umum pada zaman sekarang. Lagi pula, orang-orang ini tidak menyalahi diri atas kesalahan persepsi ini, malah menyalahi Yang Kuasa tidak adil atas nasibnya yang jelek ini!"
Murid kedua berkata : "yang baik adalah baik dan yang jelek adalah jelek, bagaimana mereka dapat salah menafsir?" setelah mendengar ini, guru Jung Feng meminta mereka masing-masing mengeluarkan pendapat masing-masing tentang apa yang baik dan apa yang salah. Murid ketiga berkata : "Memarahi dan memukul orang lain adalah salah, menghormati orang lain adalah baik". Guru menjawab : "Belum tentu". Murid keempat berkata : "Tamak dan mengambil uang orang lain adalah salah, mengalah adalah benar". Guru menjawab : "Belum tentu". Murid-murid lain semua mengatakan ini adalah benar, itu adalah salah, akan tetapi guru selalu menjawab : "Belum tentu". Lalu murid-murid bertanya : "Apa yang dianggap baik dan yang salah?"
Guru Jung Feng menjawab : "Berbuat sesuatu untuk kepentingan orang lain adalah baik, untuk kepentingan diri sendiri adalah salah. Bila kita berbuat sesuatu untuk kepentingan orang lain, tidak masalah bila kita memarahi atau memukul orang tersebut, ini adalah tetap dianggap baik. Bila tujuan kita adalah untuk kepentingan diri sendiri, tidak peduli bagaimana kita bersikap mengalah atau sopan santun, tetap dianggap salah".
Karena itu, bila kita berbuat sesuatu hanya untuk kepentingan orang lain, orang
banyak, ini adalah kebajikan sejati. Bilamana berbuat sesuatu hanya untuk
kepentingan diri sendiri, ini adalah kebajikan palsu.
Bila kebajikan tersebut benar-benar bersumber dari hati nurani kita, ini adalah
kebajikan sejati, bila kita berbuat kebaikan hanya karena ini adalah baik, maka
dianggap kebajikan palsu. Sebagai tambahan, bila kita berbuat kebaikan tanpa
mengharapkan balasan, ini adalah kebajikan sejati, kita berbuat baik untuk
tujuan tertentu diri sendiri, ini adalah kebajikan palsu. Orang yang ingin
mempraktekkan kebajikan perlu merenungkan perbedaan ini.
Apa yang dimaksud kebajikan lurus dan miring. Kita sering menganggap orang
yang ramah adalah orang baik, tetapi orang bijak dan orang suci menganggap
orang yang berani berbuat dan bercita-cita tinggi adalah orang baik.
Ini karena orang berani berbuat dan bercita-cita tinggi mudah dididik dan
dibimbing dan mungkin kelak akan berhasil meraih cita-citanya dengan
cemerlang. Sedangkan orang yang terlalu hati-hati dan kaku tidak dapat
berbuat sesuatu yang cemerlang.
Untuk orang yang selalu bertindak kaku dan terlalu hati-hati, mungkin mereka
selalu disenangi semua orang, tetapi karena kepribadiannya yang lemah, mereka sangat mudah terbawa arus, tidak dapat berbuat apa-apa. Orang suci selalu berkata bahwa orang jenis ini adalah pencuri kebajikan. Dari sudut pandang ini, kita dapat melihat bahwa pandangan orang suci adalah sangat berbeda dengan orang awam.
Apa yang dianggap baik oleh orang awam, orang suci menganggap tidak baik, apa yang dianggap tidak baik oleh orang awam, orang suci menganggapnya baik.
Langit, Bumi, Dewa/Dewi, Malaikat mempunyai pandangan yang sama dengan orang suci. Orang baik diberi berkah, orang jahat dihukum. Apapun tanggapan orang suci bahwa suatu hal ini baik, mereka juga beranggapan demikian, mereka tidak menilai sesuatu dari segi pandangan orang awam. Karena itu, seseorang yang ingin mengumpulkan kebajikan jangan tertipu dan terpengaruh oleh hanya untuk memenuhi dan menyesuaikan pandangan dan kebiasaankebiasaan umum manusia di masyarakat. Sebaliknya, mereka harus melatih diri agar selalu jujur dan rendah hati, tidak hanya ingin mencari nama atau
menyenangkan orang dengan tujuan mendapat simpati. Seseorang harus selalu berusaha mempertahankan kemurnian hatinya jangan sampai terjadi penyimpangan.
Kebajikan lurus berasal dari keinginan yang selalu hendak menolong orang lain.
Kebajikan miring timbul atas kerakusan untuk menyenangkan orang lain untuk
mendapat simpati dan selalu berpura-pura. Memberikan kasih sayang kepada
orang lain adalah kebajikan lurus. Iri hati, kemarahan adalah kebajikan miring.
Kebajikan lurus adalah bila seseorang bersikap sopan, kebajikan miring adalah
bila seseorang bersikap tidak tulus.
Apa yang dimaksud dengan kebajikan tersembunyi (Yin) dan kebajikan terbuka (Yang).
Bila seseorang berbuat baik dan orang lain mengetahuinya, ini disebut kebajikan Yang, bila orang berbuat baik dan tidak ada orang yang mengetahuinya, ini yang disebut kebajikan Yin. Kebajikan Yin pasti diketahui Langit/Tuhan dan sudah tentu akan diberi berkah yang berlimpah-limpah, orang yang mempraktekkan kebajikan yang diketahui orang hanya akan menikmati reputasi yang baik.
Reputasi adalah suatu rezeki, tetapi Yang Kuasa menganggap ini adalah suatu pantangan dan tidak memberkahi orang yang mencari reputasi.
Kita dapat melihat, bahwa orang yang mempunyai reputasi tinggi, tetapi tidak
didukung oleh perbuatan kebajikan, lambat laun malah merupakan suatu bencana, karena orang lain iri dan ingin mencelakakannya. Seorang yang benar-benar tidak melakukan kesalahan dan selalu mau menerima fitnahan/caci
maki orang tanpa membalas atau membela diri untuk hal-hal yang tidak dilakukannya, kelak keturunannya akan makmur mendadak dan berhasil.
Dengan ini, kita dapat melihat betapa pentingnya untuk mengerti perbedaan-perbedaan kecil antara kebajikan Yin dan Yang, jangan sampai salah menafsirkannya.
Dalam melaksanakan kebaikan, ada juga yang kadang kita anggap sebagai suatu kebaikan, tetapi nyatanya tidak demikian, dan apa yang kita anggap tidak baik, ternyata adalah baik. Ini adalah kebajikan benar dan salah. Sebagai salah satu contoh, pada zaman Chun Chiu, ada sebuah kerajaan yang bernama Lu, saat itu ada kerajaan lain yang memperbudakkan rakyat kerajaan Lu. Pemerintah kerajaan Lu mengeluarkan peraturan bahwa barang siapa yang menebus kebebasan rakyat kerajaan Lu yang diperbudak tersebut, akan mendapat hadiah dari pemerintah. Saat itu, seorang murid Konghucu yang
bernama Dz Gong membayar uang tebusan membebaskan budak-budak tersebut, tetapi dia tidak mau menerima hadiah yang diberikan pemerintah.
Setelah Konghucu mengetahui hal ini, Beliau sangat tidak senang dan berkata :"Dz Gong, anda telah berbuat kesalahan". Pandangan orang suci/bijak berbeda dengan orang awam, mereka melihat secara keseluruhan pengaruh suatu tindakan terhadap masyarakat banyak, mereka mau mengajarkan rakyat agar membangun suatu kebiasaan baik, suatu
standard sikap yang baik, suatu moralitas. Bukan melakukan suatu tindakan hanya karena keinginan seseorang. Rakyat kerajaan Lu lebih banyak yang miskin, dengan menolak hadiah pemerintah, tindakan Dz Gong telah mempengaruhi pikiran rakyat, bahwa menerima hadiah adalah tamak. Sehingga bagi orang yang tidak mau dikatakan sebagai orang tamak atau berbuat demikian karena hanya menginginkan hadiah pemerintah saja, akan segan/tidak mau menebus budak-budak tersebut. Bila ini terjadi, kelak tidak
akan ada orang yang mau menebus budak-budak rakyat tersebut lagi. Sehingga peraturan yang baik itu tidak berfungsi dan gagal.
Bila ingin memotivasi semua orang untuk berbuat baik, Dz Gong seharusnya menerima hadiah pemerintah ini, bukan untuk keinginan dirinya, tetapi untuk mempengaruhi masyarakat banyak, sehingga mereka juga termotivasi mau menebus budak.
Seorang murid lain Konghucu yang bernama Dz Lu, suatu ketika melihat seorang hanyut di sungai dan menolongnya. Belakangan, orang tersebut memberi Dz Lu seekor kerbau sebagai tanda terima kasih. Dz Lu menerima hadiah itu. Konghucu sangat senang melihat tindakan Dz Lu dan berkata : "Di masa yang akan datang, rakyat kerajaan Lu akan banyak yang menolong orang yang hanyut di sungai daripada menolong orang yang dalam kesusahan".
Menurut pandangan orang awam, pasti menilai bahwa Dz Gong yang tidak menerima hadiah uang adalah baik, Dz Lu yang menerima hadiah kerbau adalah tidak baik. Siapa yang mengetahui bahwa Konghucu malah memuji Dz Lu dan memarahi Dz Gong? Dari ini, kita dapat melihat bahwa orang yang akan berbuat baik janganlah hanya melihat pengaruh masa sekarang saja. Tetapi juga mempertimbangkan pengaruhnya untuk jangka panjang.
Seseorang berbuat baik janganlah hanya melihat untung dan rugi bagi dirinya . . . tetapi lihatlah dampaknya bagi publik, dampak yang positif atau negatif.
Apa yang kita buat sekarang mungkin baik . . . tetapi untuk masa yang akan datang mungkin akan mencelakakan/merugikan orang.
Karena itu, apa yang kelihatan baik mungkin sebenarnya adalah lawannya dan yang lawan ini suatu ketika mungkin menjadi baik.
Ada banyak hal yang selalu dibuat orang, tetapi kadangkala terbukti bahwa hal
tersebut akan lebih baik dibiarkan saja, jangan dilakukan. :Memaafkan" adalah
sebuah sikap kebajikan, tetapi tidak bisa dilaksanakan tanpa suatu alasan dan
kebijaksanaan. Bila kita dengan mudah memaafkan seorang kriminal dan
melepaskannya sebelum dia sadar akan kejahatannya dan mengubah diri. Kita
akan memberikan sebuah ancaman bagi masyarakat, menyebabkan lebih
banyak bahaya daripada kebaikan. Dalam hal ini "memaafkan" adalah tidak
cocok, orang itu lebih baik dibiarkan tetap dipenjara, sehingga tidak
menimbulkan keresahan masyarakat lingkungannya.
Contoh lain "memuji" orang adalah suatu sikap baik, tetapi bila terlalu berlebihan, akan membuat mereka menjadi sombong dan angkuh. "Memegang janji" adalah sikap baik, tetapi bila karena memegang janji secara membabi buta, sehingga menyebabkan bencana besar, karena itu haruslah mempertimbangkan dengan baik dan pikiran yang tenang.
"Kasih sayang" adalah karakter baik, tetapi jikalau karena kasih sayang, sehingga membiarkan orang berbuat seenaknya, kasih sayang kita telah mencelakakan dia, kita membuatnya berani dan bertindak sewenang-wenang, mengakibatkan kekacauan dan bencana yang lebih besar kelak. Ini bukanlah "kasih sayang".
Dahulu ada seorang laki-laki dihukum mati karena merampok dan membunuh, saat detik-detik terakhir ditanya apa permintaan terakhirnya? Dia menjawab bahwa ingin bertemu dengan ibunya. Saat ibunya datang, menangis tersedu-sedu dan memeluknya, tahu-tahu dia menggigit kuping ibunya sampai putus dan berkata : "Sekarang saya dihukum mati karena kesalahan ibu, semasa kecil bila saya mengambil barang-barang kecil teman dan berbuat kesalahan, ibu tidak menegur bahwa itu adalah salah dan tidak melarang saya, sehingga menjadi kebiasaan saya dan makin lama makin menjadi, sehingga jadi perampok ulung dan pembunuh". Ibunya sangat menyesal dan menangis terisak-isak. Akan tetapi sesal kemudian tidak ada gunanya. Hati-hatilah, jangan sampai "kasih sayang" malah mencelakai orang yang kita sayangi. Orang tua-lah yang bertanggung jawab berat atas segala perbuatan baik/buruk anak. Orang tua juga yang akan menerima pahala atas perbuatan baik anak dan menanggung dosa yang dibuat anak.
Demikian juga halnya bagi seorang raja/pimpinan negara, haruslah berperan sebagai seorang pemimpin, orang tua, guru bagi rakyat, sehingga dia harus memikul tanggung jawab yang sangat berat atas segala perbuatan baik dan tidak baik rakyat. Bila seluruh rakyat berbuat kebajikan, maka kebajikan ini adalah karena jasa raja/pimpinan negara dapat memimpin dengan baik, maka pahala raja/pimpinan negara tersebut adalah luar biasa. Akan tetapi bila rakyat berbuat kejahatan, maka dosa yang harus ditanggung raja/pimpinan negara adalah lebih dalam dari lautan.
Yang disebut di atas adalah contoh-contoh yang kelihatannya adalah kebaikan,
tetapi sebenarnya tidak. Ini harus benar-benar direnungkan. Apa yang
dimaksud kebajikan tegak dan condong. Pada zaman dinasti Ming, ada seorang Perdana Menteri yang berwibawa bernama Wen Yi Lyu. Setelah pensiun, Beliau pulang ke kampung halamannya, di sana Beliau sangat dihormati dan disegani. Suatu ketika, seorang pemabuk datang ke rumah dan mencaci makinya. Tuan Lyu tidak marah dan berkata kepada pembantunya : "Orang ini mabuk, biarkan saja". Orang ini semakin lama semakin membuat kejahatan berat, akhirnya ditangkap dan dimasukkan penjara menunggu saat hukuman mati. Setelah mendengar berita ini, Tuan Lyu dengan menyesal berkata : "Dulu saat dia
mabuk mencaci maki saya, jika saya melapor polisi untuk menghukumnya atas kesalahan yang telah dibuatnya, hukuman kecil akan menyadarkannya, agar dapat lebih disiplin, sehingga tidak membuat kejahatan besar, maka sekarang dia tidak dihukum mati. Dulu karena berhati baik dan takut disalah pahami oleh orang2 bahwa mempergunakan kekuasaan menindas rakyat kecil, malah mencelakakan dia, mendapat hukuman mati". Ini adalah sebuah contoh bahwa karena berhati baik malah menjadi sebuah bencana.
Ini adalah contoh bahwa karena berbaik hati, malah membuat kesalahan. Di bawah ini diberi contoh lagi tentang kelihatannya seseorang berbuat tidak baik tetapi sebenarnya berbuat baik.
Suatu ketika ada sebuah daerah karena kekurangan makanan sehingga banyak
orang mengalami kelaparan. Perusuh-perusuh di siang bolong merampok di
mana-mana. Ada satu keluarga kaya melapor kepada polisi, tetapi polisi tidak
menghiraukan, maka para perusuh semakin berani dan situasi bertambah parah dan mencekam. Dalam keadaan terpaksa keluarga kaya itu mengambil tindakan dan menghakimi sendiri dengan menangkap dan menghukum para perampok tersebut. Dengan cara ini, tempat itu menjadi aman dan perusuh-perusuh tidak berani merampok lagi. Sikap ego yang dilakukan keluarga kaya tersebut, akibatnya menguntungkan setiap orang.
Karena itu, kita tahu bahwa berbuat baik adalah tegak dan berbuat salah adalah condong. Bila ada kasus yang perbuatannya berdasarkan maksud baik berakibat buruk dan perbuatan dengan maksud tidak baik tetapi berakibat baik. Ini menjelaskan bahwa walaupun dengan maksud baik berbuat sesuatu berakibat tidak baik,disebut kebajikan condong. Dengan maksud tidak baik tetapi berakibat baik, disebut kebajikan tegak.
Ini adalah pengetahuan yang harus kita tahu agar dapat hidup dengan baik.
Apa yang dimaksud dengan kebajikan penuh dan kebajikan setengah?
Dalam buku I Ching tertulis . . . .
Tidak mengumpulkan kebajikan tidak akan mendapatkan keberuntungan, tidak
mengumpulkan kejahatan tidak akan binasa.
Penentuan masa depan kita adalah tergantung pada pengumpulan kebajikan dan kesalahan kita. Ibarat mengumpulkan barang dalam tong, bila rajin mengumpulkannya akan penuh dan bila malas mengumpulkannya tidak akan penuh.
Suatu ketika ada seorang wanita miskin mengunjungi sebuah Vihara dan ingin menyumbang untuk upacara ritual penyesalan kesalahan/karma buruk yang telah dibuatnya di masa lalu serta memohon berkah di depan Buddha, namun karena sangat miskin, dia hanya dapat menemukan uang 2 sen di kantongnya dan menyumbangkannya. Dia sangat heran, karena ketua Bhiksu tersebut sendiri yang melaksanakan upacara ritual tersebut. Belakangan, wanita ini terpilih sebagai dayang di istana dan membawa ribuan uang emas untuk menyumbang lagi kepada Vihara tersebut, tetapi ketua Bhiksu hanya menyuruh
muridnya melakukan ritual tersebut. Wanita tersebut dengan heran bertanya kepada Bhiksu : "Dulu saya hanya menyumbang 2 sen, Bhiksu sendiri yang memimpin upacara ritual ini, hari ini saya memberi ribuan uang emas, mengapa Bhiksu tidak membantu saya melakukan upacara ini?"
Ketua Bhiksu menjawab : "Walaupun dulu sumbangan Nyonya hanya 2 sen, tetapi ini adalah bersumber dari hati yang tulus, perlu saya sendiri yang melakukan upacara agar dapat membalas ketulusan hati Nyonya, hari ini, walaupun sumbangan Nyonya banyak, tetapi hati Nyonya tidak setulus dulu, karena itu, cukup hanya murid saya yang melakukannya". Sumbangan uang 2 sen adalah yang dimaksud "kebajikan penuh" dan sumbangan ribuan uang mas adalah yang dimaksud "kebajikan setengah". Contoh lain adalah seorang dewa yang bernama Li Jung dari Dinasti Han. Dewa Li mengajak muridnya Dong Bing Lyu suatu ilmu mengubah besi menjadi emas. Mereka akan menggunakan emas
ini untuk menolong yang miskin. Dong Bing bertanya kepada gurunya . . .
Apakah emas ini akan berubah kembali menjadi besi?
Guru menjawab : "Setelah 500 tahun kemudian, emas ini akan berubah kembali
menjadi wujud semula". Dong Bing berkata : "Kalau begitu, saya tidak ingin
mempelajari ilmu ini, karena akan merugikan orang yang memperoleh emas ini
500 tahun kemudian".
Sebenarnya Li Jung hanya ingin menguji hati muridnya dan dengan gembira ia
berkata : "Untuk melatih diri mencapai tingkat dewa, seseorang harus membuat
3.000 jenis kebajikan. Apa yang anda katakan tadi adalah bersumber dari hati
nurani anda yang tulus, 3.000 jenis kebajikan yang harus anda laksanakan
telah terpenuhi".
Contoh lain untuk kebajikan penuh dan setengah. Ketika kita berbuat kebaikan,
sangatlah baik bila kita membuatnya berdasarkan ketulusan yang sangat dalam,
jangan untuk mendapat perhatian atau hadiah dan jangan diingat berapa
banyak saya telah berbuat kebaikan. Dengan demikian, walaupun perbuatan
baik yang sangat kecil akan menghasilkan buah yang baik.
Sebaliknya, bila kita berbuat baik dengan maksud tertentu mengharapkan
balasan, maka walaupun kita rajin berbuat kebajikan, bahkan berbuat baik
seumur hidup kita, kebajikan yang kita buat tersebut hanyalah dinilai kebajikan
setengah.
Sebagai contoh, saat kita menyumbang fakir miskin, kita dapat mempraktekkan
apa yang disebut "sumbangan murni", misalnya : Kita menyumbangkan uang,
dalam pikiran kita jangan terus tertinggal pikiran bahwa "saya yang
menyumbang, barang-barang yang telah disumbangkan, kepada siapa yang
telah saya sumbang", ini yang disebut "tiga perputaran wujud yang kosong", ini
adalah berarti hati yang benar-benar murni dan tulus. Bilamana tidak demikian,
maka kita hanya sekedar memberi dan tidak dengan ketulusan yang dalam. Bila
kita dapat memberi dengan "sumbagan murni", maka satu dou beras yang
disumbangkan akan membawakan keberuntungan tidak terhingga dan satu sen
yang disumbangkan dapat menghapus dosa kita yang telah dibuat ribuan eons
(lamanya waktu yang tidak dapat dihitung dengan angka lagi). Ini adalah
kebajikan penuh.
Bila kita terus mengingat kebaikan yang telah dibuat dan mengharapkan
balasan atas perbuatan kita, maka walaupun menyumbangkan 200 keping
emas bukan merupakan kebajikan penuh.
Apa yang dimaksud kebajikan besar dan kebajikan kecil? Dahulu ada seorang
pejabat yang bernama Jung Da Wei, rohnya dibawa ke akhirat untuk diadili.
Hakim memesan anak buah untuk membawa catatan perbuatan baik dan buruk
semasa hidupnya. Ketika catatan tersebut tiba, Jung Da sangat kaget melihat
catatan perbuatan buruknya banyak sekali memenuhi ruang sidang, sedangkan
catatan perbuatan baiknya hanya satu gulungan kecil. Pegawai pengadilan
diperintahkan untuk menimbang kedua jenis catatan tersebut. Sangat
mengherankan, catatan perbuatan buruk yang banyak tersebut malah lebih
ringan dari catatan perbuatan baik satu gulungan kecil yang hanya setipis
sebuah sumpit. Jung Da bertanya kepada hakim akhirat . . .
Saya baru saja berumur 40 tahun, bagaimana saya dapat berbuat begitu
banyak kesalahan/kejahatan? Hakim menjawab : "Bila timbul satu niat tidak
baik, ini sudah termasuk kesalahan, bukan harus telah berbuat baru dianggap
kesalahan. Sebagai contoh, bila Anda melihat seorang perempuan cakap lalu
timbul niat tidak baik, ini telah dianggap sebagai kesalahan".
Jun Da lalu bertanya apa yang tercatat dalam catatan perbuatan baik tersebut
yang bisa lebih berat dari catatan-catatan perbuatan buruk yang banyak
tersebut. Hakim menjawab . . .
Suatu ketika raja merencanakan membangun sebuah jembatan batu raksasa,
Anda mengajukan usulan untuk tidak dilaksanakan rencana tersebut karena ini
adalah sebagai proyek yang sangat berat dan akan menyengsarakan puluhan
ribu rakyat yang dipekerjakan. Ini adalah salinan dari usulan Anda untuk raja.
Jun Da berkata : "Memang saya membuat usulan tersebut, tetapi usulan
tersebut ditolak, bagaimana dapat bisa lebih berat dari kesalahan-kesalahan
yang banyak itu?"
Hakim menjawab : "Walaupun raja tidak menerima usulan Anda, tetapi niat
Anda yang baik ini untuk menyelamatkan penderitaan puluhan ribu rakyat
adalah sangat besar. Bila raja menerima usulan Anda, kebajikannya akan jauh
lebih besar lagi".
Oleh karena itu, bila seseorang berniat berbuat baik untuk manfaat semua
orang, sebuah perbuatan baik yang kecil merupakan pahala yang tidak
terhingga besarnya. Ini yang disebut kebajikan besar.
Bila seseorang hanya memikirkan keuntungan sendiri saja, maka walaupun dia
banyak membuat hal-hal yang baik, tetapi pahalanya adalah sangat kecil. Ini
adalah kebajikan kecil.
Apa yang dimaksud kebajikan sulit dan kebajikan mudah? Cendekiawan kuno
selalu berkata . . .
Bila seseorang hendak melatih diri agar hidup disiplin diri dan berbuat baik, dia
harus memulai dari perbuatan/kebiasaannya yang paling sulit diatasi, secara
otomatis kebiasaan kecil tidak akan terulang lagi.
Fan Chr, adalah seorang murid Konghucu, suatu ketika bertanya kepada
gurunya bagaimana seseorang dapat melatih diri agar ber-prikemanusiaan yang
sangat dalam. . . . . . ?
Konghucu menjawab : "Mulai dari yang paling sulit dipraktekkan".
Yang dimaksud Konghucu "yang paling sulit" adalah menghapuskan pikiran ego,
seseorang harus mempraktekkan untuk menaklukkan apa yang paling sulit
untuk ditaklukkan. Kita dapat meniru perbuatan seorang guru tua yang
bernama Tuan Su dari daerah Chiang Shi, dia memberikan uang senilai 2 tahun
gajinya kepada sebuah keluarga miskin untuk membayar denda pemerintah,
sehingga keluarga tersebut tidak terpecah, kalau tidak suaminya akan
dipenjarakan dan tidak ada yang mencari nafkah.
Contoh lain adalah Tuan Jang dari daerah Herbei. Tuan Jang melihat seorang
yang sangat miskin yang terpaksa menggadaikan istri dan anaknya karena tidak
memiliki uang untuk membayar utangnya atau istri dan anaknya akan
kehilangan nyawa.
Karena itu, Tuan Jang memberikan tabungan yang ditabungnya selama sepuluh
tahun kepada orang miskin tersebut, sehingga keluarganya dapat berkumpul
kembali.
Contoh seperti Tuan Su dan Tuan Jang adalah sangat sulit ditemukan, mereka
memberikan apa yang paling sulit untuk diberikan, yang orang lain tidak
mungkin korbankan, tetapi mereka memberikan dengan sukarela.
Contoh lain adalah Tuan Jin dari propinsi Chiangsu, dia sudah tua dan tidak
mempunyai anak, tetangganya menawarkan putri bungsunya untuk dinikahkan
dengan Tuan Jin agar mempunyai keturunan. Tetapi Tuan Jin tidak tega
menghancurkan masa depan yang cerah dan panjang putri tetangganya serta
menolak penawaran tersebut dan memulangkan putri tetangganya itu ke
rumahnya kembali.
Ini adalah contoh lain dari dapat menaklukkan apa yang paling sulit untuk
ditaklukkan oleh seseorang. Karena itu Yang Kuasa memberkati ketiga orang ini,
keberuntungan yang luar biasa atas perbuatan istimewa mereka.
Adalah lebih mudah bagi orang yang berkuasa dan kaya untuk mengumpulkan
kebajikan dibandingkan dengan orang yang miskin. Adalah sangat memalukan
bila seseorang menolak untuk berbuat baik walaupun itu adalah hal yang
sangat mudah baginya dan mempunyai banyak kesempatan. Adalah sangat
sulit bagi orang yang miskin dan tidak berkuasa untuk membantu orang lain,
tetapi dalam keadaan yang sulit ini, seseorang tetap berusaha untuk membantu
orang lain, pahalanya adalah tidak terhingga.
Sebagai seorang yang bermoral, pada saat berhubungan dengan orang lain
atau hal, kita membantu, bila ada kesempatan yang datang dengan sendirinya.
Membantu yang lain bukanlah tugas yang mudah tetapi mempunyai banyak
cara untuk melakukannya.
Secara singkat, cara membantu yang lain dapat diringkaskan menjadi 10
kategori, yaitu :
1. Mendukung kebaikan.
Bila kita melihat ada orang mencoba berbuat kebaikan, kita membantunya agar keinginannya tersebut berkembang. Bila kita melihat orang lain ingin berbuat sesuatu yang baik tetapi tidak dapat membuatnya, kita membantunya agar dapat berhasil. Dengan cara ini kita melatih "Mendukung Kebaikan". Sebagai contoh, sewaktu Raja Shwun masih muda, di daerah Santung, beliau sangat sedih melihat orang menangkap ikan, tempat yang dalam dan banyak ikan serta airnya tenang semua direbut oleh pemuda-pemuda yang
kuat, sehingga orang yang tua dan lemah tersingkir di tempat dangkal dan airnya mengalir deras. Beliau juga sengaja turun ke air menangkap ikan, ketika ada orang yang hendak merebut tempatnya, Beliau sengaja mengalah dan tidak mengeluh. Bila ada orang yang memberikannya tempat untuk menangkap ikan, Beliau langsung mengucapkan terima kasih dan memuji sikap baik orang tersebut. Setelah Beliau melakukan hal demikian selama beberapa periode, akhirnya telah menimbulkan suatu suasana keharmonisan, orang-orang semua bersikap hormat dan mau mengalah.
Tindakan Raja Shwun tersebut sesuai dengan apa yang disebut Tuan John Ruskin. Pendidikan bukan berarti mengajarkan orang apa yang mereka tidak tahu, tetapi mengajarkan orang bersikap, bagaimana/sepantasnya mereka bersikap . . .
Ini adalah suatu tugas yang berat, harus terus menerus dan sangat sulit dilaksanakan. Dengan kasih sayang, meneliti, menasehati, membimbing, memuji, tetapi yang terpenting adalah memberi CONTOH. Cerita Raja Shwun adalah hanya sebuah contoh untuk menunjukkan
bagaimana orang mempengaruhi orang lain melalui tingkah laku, bukan melalui pembicaraan/nasehat. Bukannya bermaksud untuk mendukung orang untuk memancing/menangkap ikan, karena memancing adalah suatu perbuatan membunuh. Mohon menghentikan olah raga yang bersifat mengambil jiwa makhluk hidup lain. Seorang yang bijak dan pintar seperti Shwun akan sangat mudah mempengaruhi orang lain dengan beberapa kata nasehat. Mengapa dia tidak hanya menasehati saja daripada menggabungkan diri pada aktivitas tersebut? Shwun tidak menggunakan kata, tetapi lebih memilih memberi contoh kepada orang lain melalui tindakannya. Shwun menginginkan nelayan
tersebut sadar dan merasa malu atas sikap keegoan mereka serta merubah dengan sendirinya. Ini menunjukkan betapa tulusnya keinginan Shwun untuk mempengaruhi orang agar berbuat baik.
Pada zaman sekarang yang moralitasnya rendah, perasaan sosial hancur dan kekurangan rasa kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan, sangat sulit menemukan suatu standar sikap yang baik. Karena itu, bila kita menemukan disekeliling kita mempunyai kekurangan . . . . kita tidak menggunakan kelebihan kita untuk menonjolkan kekurangan orang lain. Bila orang lain tidak berbuat baik, jangan menggunakan kebaikan kita untuk membandingkan atau mengukur dengannya. Bila orang lain tidak semampu kita, jangan sengaja mempermainkannya dengan kemampuan kita. Bahkan bila kita pintar dan tangkas, keunggulan ini haruslah disembunyikan dan tidak perlu dibanggakan. Sebaliknya, kita malah harus lebih merendah dari sebelumnya. Kita menganggap kepintaran dan ketangkasan kita adalah hal yang tidak penting, yang tidak nyata. Bila seseorang berbuat salah, kita sabar dan menyembunyikannya, memberi kesempatan kepadanya untuk merubah, mengoreksi diri tanpa melukai harga dirinya.
Bila kita tetap menjaga harga diri orang, orang ini bahkan akan lebih hati-hati
atas perbuatannya di masa depan. Bila kita melihat kekuatan dan kebaikan orang lain, kita belajar darinya, memujinya dan menyampaikan kebaikannya kepada orang lain. Pada kehidupan sehari-hari, kita selalu menahan diri agar tidak berbicara atau berbuat hal-hal yang hanya mementingkan diri, tetapi selalu berbuat hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat dan publik, mendukung prinsip, peraturan dan ketentuan yang bermanfaat agar selalu ditaati oleh orang.
Ini adalah kualitas dari seorang manusia sejati, selalu memikirkan kesejahteraan, manfaat publik daripada keuntungan diri sendiri.
2. Kasih sayang dan sopan santun.
Mengasihi dan menghormati sesama makhluk hidup lain dan benda. Seperti kata pepatah : Sejenis beras memelihara ratusan jenis manusia", walaupun antara manusia ada yang kaya dan miskin, keluarga dekat dan jauh, kenal dan asing, bodoh dan pintar, bingung dan bijak, tetapi mereka semua adalah sama harus saling hormat menghormati. Sebagai manusia yang berakal budi sepantasnyalah harus menghormati orang lain dan diri sendiri.
Menghormati pekerjaan masing-masing, menyenangi kebersamaan, taat hukum disiplin diri. Kasih sayang dan menghormati makhluk lain seperti hewan, mereka juga mempunyai hak untuk hidup, jangan membunuh atau menyiksanya. Demikian juga terhadap benda, bukannya kita harus bersujud kepada benda, tetapi dengan memelihara jangan sampai rusak, merapikan jangan sampai berserakan, menempatkan di tempat yang sesuai. Dengan
demikian kita telah melakukan kehendak Yang Kuasa.
Kadang kala sangat sulit menilai dari penampilan seseorang, apakah dia adalah seorang manusia sejati atau hanya seorang gadungan/brengsek, karena orang gadungan bisa berpura-pura berlagak sebagai seorang manusia sejati. Perbedaannya adalah terletak pada niatnya. Niat seorang manusia sejati selalu baik sedangkan orang gadungan adalah tidak baik. Ada perbedaan yang sangat besar diantara mereka seperti hitam dan putih.
Mencius berkata . . ."Perbedaan seorang manusia sejati dan manusia gadungan adalah terletak pada niat mereka."
Hati seorang manusia sejati selalu dipenuhi oleh cinta kasih dan hormat kepada yang lain. Manusia di dunia ini bermacam-macam, ada yang dekat dengan kita, ada yang asing, ada yang berjabatan tinggi, ada yang tidak, ada yang pintar ada yang tidak, ada yang bermoral, ada yang bejat, mereka adalah manusia.
Mereka seperti kita, hidup dan mempunyai daging, darah dan perasaan. Tidak ada seorangpun yang harus kita benci atau tidak dihormati. Bila hati kita penuh dengan kasih sayang dan hormat kepada yang lain, maka adalah sama seperti kasih sayang dan hormat kita kepada para orang suci dan bijak. Bilamana kita memahami yang lain, adalah sama seperti kita memahami para orang suci dan bijak. Mengapa? Karena para orang suci dan bijak ingin manusia di dunia ini mendapat kebahagiaan dan kehidupan yang produktif.
Karena itu, bila kita mengasihi dan menghormati orang lain dan membantu mereka mendapatkan kedamaian serta kebahagiaan, kita telah melakukan tugas dari para orang suci dan bijak.
3. Membantu orang mencapai kesuksesan.
Bila kita melihat orang berbuat baik atau tidak, kita membujuknya agar mau
berbuat baik. Bila melihat orang mengalami kesulitan untuk berbuat baik, kita membantunya mengatasi masalahnya dan menuntunnya agar berhasil. Kita jangan cemburu atas keberhasilan mereka atau mencoba menyabotasenya.
Seumpama batu giok, bilamana dibuang begitu saja, maka tidak bernilai seperti batu yang tidak berharga. Tetapi bila kita mengasah dan membentuknya, akan berubah menjadi perhiasan yang berharga. Adalah sama juga seperti manusia, seorang manusia perlu dididik dan dibimbing, persis seperti batu giok yang diasah dan dibentuk. Bila kita
melihat orang yang berpotensial untuk berbuat baik dan bercita-cita luhur, kita dapat mendukung, memuji, membimbing dan memberi semangat agar sukses untuk mencapai cita-cita luhurnya.
Bila orang lain salah menilai mereka, kita berusaha menjernihkan namanya dan membagi bebannya. Ketika kita membantu mereka agar dapat berdiri di atas kaki sendiri dan menjadi bagian dari masyarakat yang baik, kita telah memenuhi tanggung jawab kita dalam membantu orang lain mencapai kesuksesan.
Secara umum, di dalam masyarakat, orang yang berbuat baik lebih sedikit, lebih banyak yang jahat. Manusia biasa lebih banyak yang bersifat buruk seperti membela diri walaupun salah serta menyingkirkan orang yang berlainan pendapat dengannya, sehingga orang baik dalam masyarakat, kecuali dia mempunyai iman dan pendirian yang sangat kuat, dapat dengan gigih melawan segala rintangan dan godaan. Bilamana tidak, maka akan sangat sulit baginya untuk bertahan.
Lebih-lebih orang yang bercita luhur ingin berbuat kebajikan, mempunyai karakter keterbukaan dan rendah diri, berterus terang, tidak licik. Mereka kurang memperhatikan penampilan dan tidak bisa menyanjung-nyanjung orang lain. Sebaliknya orang yang kurang berpendidikan dan tidak berwawasan luas sering menggosip dan menyalahkan mereka, sehingga merupakan sebuah tantangan berat bagi mereka. Seorang yang baik mudah sekali disalahkan secara tidak adil.
Bila ini terjadi, maka para tetua, orang bijak harus selalu berusaha membimbing orang yang salah tersebut ke jalan yang benar, serta melindungi dan mendukung mereka, yang baik supaya tetap berbuat baik. Mereka yang dapat tetap bertahan selalu berbuat kebajikan dan tidak berbuat kejahatan pasti mendapat pahala yang besar sekali.
4. Menasehati orang agar berbuat baik
Bila kita melihat orang berbuat salah, kita harus dan jangan segan menasehati dan menunjukkan bahwa kesalahannya tersebut akan mengundang bencana besar atau menyakiti dirinya sendiri dan harus berupaya untuk tidak berbuat kesalahan tersebut. Mintakan kepada orang yang tidak mau berbuat baik atau mau berbuat sedikit kebaikan saja, bahwa dengan berbuat baik pasti mengundang keberuntungan bagi dirinya. Kebaikan bukan saja hanya harus dilaksanakan, tetapi juga harus dilaksanakan secara spontan dalam skala yang besar. Kita semua mempunyai hati nurani, jati diri yang luhur, tetapi karena terlalu sibuk mengejar kekayaan, reputasi telah membuat kita lupa akan jati diri sendiri. Kita bersedia membungkuk serendah mungkin untuk memperoleh apa yang diinginkan. Ketika seorang teman telah lupa akan jati dirinya sehingga berbuat sesuatu yang tidak baik, kita dapat menasehati dan memperingatinya, agar dia sadar akan tindakannya yang menyimpang. Ibarat kita membangunkan orang yang sedang mengalami mimpi buruk, membantunya menghadapi kenyataan. Bila seseorang mengalami depresi, kita membantu melepasnya dan membuka pikirannya. Kita adalah orang yang berbudi bila dapat memperlakukan teman kita dengan kebaikan tersebut. Seorang bijak yang bernama Han berkata: "Melalui mulut, kita hanya dapat menasehati orang sementara saja, karena mudah dilupakan sejalan dengan berlalunya waktu. Tidak ada orang lagi
yang mendengar apa yang telah kita sebutkan. Bila nasehat kita tertulis dalam buku, maka akan menasehati dan mempengaruhi orang untuk ratusan generasi di seluruh dunia". Karena itu, menulis untuk menasehati orang adalah kebajikan yang baik sekali.
Kita dapat menasehati orang dengan kata-kata atau tulisan untuk menyebarkan kebajikan. Bila dibandingkan dengan kategori sebelumnya "membantu orang untuk mencapai kesuksesan", kategori ini lebih tepat dan jelas. Akan tetapi sejenis penyakit bila diobati dengan obat yang tepat, terbukti mempunyai khasiat, karena itu, tidak boleh menyerah. Sering pula terjadi nasehat baik kita disalahpahami, malah menuduh kita telah menghinanya, kita jangan malah terjebak dalam kemarahan, karena
adalah suatu sifat kelemahan manusia juga selalu mau membela diri walaupun tahu dirinya salah, yang penting kita beritikad baik dan berbuat sesuai suara hati. Kita malah berdosa bila berdiam diri melihat kesalahan orang lain, kita telah membantu menenggelamkan orang.
Penting juga diperhatikan bagaimana kita melakukannya. Misalnya, bila seseorang yang terlalu keras kepala, kita tidak perlu membujuknya dengan kata-kata, karena kata-kata dan energi kita akan sia-sia saja. Bila seseorang tersebut lembut dan mau mendengar, tetapi kita gagal menasehatinya, kita telah kehilangan kesempatan yang baik untuk berbuat baik. Kedua cara tersebut di atas terjadi karena kita kurang arif untuk
mengatakan perbedaannya. Kita harus melihat apa yang salah sehingga kelak kita dapat berbuat dengan tepat dan tidak lagi menyia-nyiakan kata-kata atau kesempatan.
5. Membantu orang yang mengalami musibah/sangat memerlukan.
Kebanyakan orang cenderung memberi kepada orang yang tidak memerlukan dan tidak memberi kepada orang yang sangat memerlukan. Seperti pepatah Tiongkok : "Lebih banyak orang menambah bunga di pot yang sudah penuh kembang, tetapi jarang orang yang memberi arang pemanas untuk orang yang terbelenggu di salju".
Ketika kita menemui orang yang dalam kesulitan besar, darurat atau bahaya,
kita berusaha dengan cara apapun untuk membantu mereka terlepas dari ancaman tersebut. Kebajikan atas perbuatan ini adalah tidak terhingga. Tetapi, seseorang tidak boleh menjadi sombong dan bangga karenanya. Manusia hidup di dunia, selalu mempunyai banyak masalah, bila kita menemui orang yang mengalami penderitaan/bencana, kita berusaha membantu mereka seumpama kita sendiri yang mengalami penderitaan tersebut. Bila seseorang difitnah, kita membantu menjernihkan masalahnya,
memberikan kata-kata yang menyejukkan atau bantuan dengan cara lain.
Seperti kata orang kuno :
"Tidak masalah suatu bantuan itu kecil atau besar, yang penting dapat membantu seseorang pada saat dia sangat memerlukan".
6. Membangun struktur yang bermanfaat besar untuk publik.
Kategori ini biasanya dilakukan oleh orang yang berpengaruh dan berkuasa
besar. Bila seseorang mempunyai kemampuan ini, maka boleh membangun
irigasi, mengunjungi dan membantu orang yang mengalami bencana alam,
membuat jalan, jembatan. Misalnya seseorang melihat ada retak kecil di
tanggul, berusaha menutupi retakan tersebut dengan batu/lumpur untuk
mencegah air sehingga tidak terjadi retakan yang lebih besar yang dapat
mengakibatkan banjir, kelihatannya ini adalah perbuatan kecil, tetapi
akibatnya adalah luar biasa.
Bila kita mempunyai kesempatan, kita membujuk orang lain turut
mengambil bagian. Bahkan bila orang lain mengoceh di belakang kita, kita
jangan putus asa, jangan takut akan omongan orang dan tugas tersebut
sulit. Jangan biarkan kecemburuan dan kemarahan orang lain
menggoyahkan semangat kita untuk berbuat baik.
7. Berdana/memberi.
Manusia yang berada di dunia selalu berusaha mengejar uang bahkan mati
karena uang. Siapa yang benar-benar ingin membantu orang dengan
memberikan uangnya? Ketika kita menyadari kesulitan berdana ini, kita akan
sangat menghargai orang yang suka berdana untuk membantu orang yang
memerlukan, orang ini adalah orang besar di mata para fakir miskin.
Menurut hukum sebab akibat : "Siapa yang memberi akan mendapat, yang
tidak memberi, tidak akan menerima". Bila kita melatih diri dengan berdana,
kita akan menerima keberuntungan, jangan takut bahwa bila saya telah
memberi, tidak ada sisa lagi untuk diri, karena semakin banyak yang
diberikan, semakin banyak yang akan kita dapat.
Dengan berdana, dapat mengumpulkan pahala, dan menghapuskan sifat
jelek seperti ego, rasa mementingkan diri sendiri, kekikiran. Hal ini akan
membantu pelatihan diri untuk membuat kebajikan. Pada permulaan
mungkin akan merasa terpaksa, akan tetapi lama-kelamaan akan merasa
senang, tenang dan bahagia, hal ini akan membersihkan kesalahankesalahan
yang telah kita lakukan.
Dalam ajaran Buddha, memberi adalah praktek kebajikan utama yang harus
dilakukan oleh semua murid Buddha. Bila kita benar-benar mengerti arti dari
memberi dan ingin memberi semua milik duniawinya, bahkan organ
tubuhnya, maka orang ini menjalani jalan Buddha. Orang yang paham
prinsip ini akan memberikan segala sesuatu, termasuk mata, telinga, hidung,
lidah, badan dan pikiran.
Bila kita belum sanggup memberikan segalanya, kita bisa mulai dengan
memberikan uang. Umumnya orang menganggap pakaian dan makanan
adalah hidupnya.
Bila kita dapat memberi dengan tanpa sedikit juga keraguan, kita akan
menghilangkan sifat pelit/kikir disamping itu juga membantu orang yang
memerlukannya.
Bagaimanapun juga, banyak orang yang sulit melakukannya. Memang pada
mulanya sulit dilaksanakan, tetapi akan semakin biasa bila telah sering
melakukannya. Dengan mempraktekkan kebajikan "berdana" ini,
ketenangan pikiran akan diperoleh dan tidak ada yang tidak dapat kita
berikan. Ini adalah cara yang paling baik untuk menghilangkan sifat
mementingkan diri dan sebagai suatu kesempatan untuk merubah sikap kita
terhadap uang dan material duniawi.
8. Membedakan antara ajaran yang benar dan ajaran sesat.
Kita harus dapat membedakan antara ajaran yang benar dan ajaran sesat.
Ajaran sesat sangat membahayakan pikiran dan hati orang, dan seharusnya
berupaya untuk menghindarinya. Sedangkan ajaran yang benar,
kebijaksanaan, pandangan yang baik seperti ajaran Buddha, Konghucu,
sepuluh perintah Allah dan sebagainya, yang mendidik kebaikan, menuntun
masyarakat ke jalan yang tepat dan benar, sehingga mendapat kehidupan
yang baik di dunia maupun akhirat haruslah berupaya dipelihara,
dikembangkan dan dipertahankan jangan sampai lenyap di dunia, jangan
biarkan orang sesat menghancurkannya.
Sejak dahulu kala, ajaran yang benar telah menjadi suatu standar dari
kebenaran dan sebagai pedoman spiritual untuk manusia.
Bila kita tidak mempunyai keyakinan yang kuat, bagaimana kita dapat
berinteraksi dengan Langit dan Bumi? Bagaimana manusia dapat berhasil
mencapai cita-cita luhurnya tanpa suatu standar hidup? Bagaimana kita
dapat terlepas dari kesengsaraan dan cengkraman hidup? Bagaimana kita
membangun dan membentuk nasib dan melampaui siklus hidup dan mati?
Ini semua tergantung pada ajaran baik dan benar sebagai jalan penerangan.
Karena itu, bilamana kita melihat Vihara, tempat-tempat peringatan orang
suci dan bijak atau foto mereka, kitab suci, Sutra Buddha, kita harus
menghormati. Bila perlu diperbaiki, kita harus memperbaiki ke bentuk
semula. Kita membantu menyebarkan ajaran Buddha, ajaran tentang
keadaan sebenarnya dari alam semesta dan lingkungan hidup kita, dengan
demikian kita juga telah menunjukkan hormat dan rasa terima kasih kepada
orang suci dan Buddha. Kita berupaya untuk mencapai tujuan ini.
9. Menghormati tetua.
Yang dimaksud tetua adalah orang tua, kakak, atasan, orang yang
derajatnya lebih tinggi dari kita, yang lebih tua dari kita, yang bereputasi,
yang berkebajikan tinggi, yang terpelajar dan bermoral, yang berjati diri,
pejabat harus dihormati.
Bersikap hormat, sopan, lemah lembut terhadap orang tua, jangan
meninggikan suara kita saat berbicara dengan orang tua atau bila
pembicaraan orang tua tidak dapat kita terima. Bila selalu mempraktekkan
kebajikan ini, kita akan terbiasa dan menjadi bagian yang melekat, akan
mengubah kita menjadi orang yang tenang dan lembut, cara ini akan
menyentuh Langit dan Bumi serta akan mendapat balasan dari mereka.
Bila berhubungan dengan atasan kita dan pejabat pemerintah, kita harus
taat peraturan jangan melanggar. Kita jangan lengah sehingga perbuatan
kita menyimpang, karena menganggap atasan kita tidak mengetahuinya.
Bila kita menemukan seseorang berbuat kejahatan, walaupun kejahatan
yang dibuat tersebut serius atau tidak, kita harus menyelidiki dengan
seksama dan adil. Jangan menyalahgunakan kekuasaan yang telah
diberikan atasan kepada kita.
Bila menghadap raja, seseorang harus bersikap sangat hormat seperti
menghadap Yang Kuasa. Ini adalah sikap yang benar yang harus diturunkan
kepada generasi yang akan datang. Ini mempunyai hubungan yang
langsung dan penting terhadap kebajikan yang tersembunyi dalam diri kita.
Lihatlah keluarga yang mempraktekkan kesetiaan dan kebhaktian,
keturunan mereka hidup makmur sejahtera dari generasi ke generasi.
Karena itu, kita harus mengikuti jejak mereka menghormati tetua.
Banyak orang pada saat berbicara dengan orang tuanya, berbahasa kasar
dan nada yang tinggi, sadarkah Anda bahwa setiap kata yang Anda ucapkan
telah diwariskan kepada anak Anda, anak Anda juga telah belajar setiap
kata ucapan Anda tersebut tanpa ada yang ketinggalan yang akan ditujukan
kepada Anda kelak.
Tidak berbakti kepada orang tua adalah juga telah mendidik anak kita tidak
berbakti kepada kita.
10. Hargailah dan sayangilah makhluk hidup.
Kita harus menghargai jiwa semua makhluk hidup bahkan sekecil seekor
semut, yang juga mengetahui penderitaan dan takut akan kematian.
Bagaimana kita dapat membunuh makhluk lain dan makan dagingnya tanpa
merasa sedikit juga bersalah dan menyesal?
Ada orang mengatakan, makhluk ini memang adalah makanan untuk
manusia . . . . tetapi argumentasi ini tidak logis dan hanya sebuah alasan
bagi orang yang makan daging.
Selain daging, banyak makanan yang boleh dikonsumsi manusia, seperti
buah, sayuran, sehingga tidak perlu membunuh hanya untuk selera mulut.
Kita boleh tidak memakai pakaian yang terbuat dari sutra, kepompong harus
direbus dahulu dan ulat sutra tersebut masih berada di dalamnya, sehingga
berjuta-juta ekor ulat sutra akan terbunuh hanya karena kesombongan dan
kebanggaan manusia.
Bila kita belum dapat putus makan daging, kita berusaha untuk tidak
memakan daging dari binatang "yang dipelihara sendiri, kita menyaksikan
sendiri hewan tersebut dibunuh, kita mendengar langsung suara derita
hewan tersebut saat dibunuh, dibunuh untuk diri kita". Dengan tidak
memakan 4 jenis daging hewan tersebut di atas, akan menumbuhkan welas
asih, menambah keberuntungan dan kebijaksanaan.
Hati yang welas asih membentuk seorang yang baik. Mencius berkata :
"Seseorang yang tidak welas asih bukanlah seorang
manusia".
Seorang yang berkebajikan mau mengampuni dan berhati baik adalah dilihat
dari hatinya yang welas asih. Seorang yang mau mengumpulkan kebajikan
juga harus mempraktekkan welas asih. Seorang yang welas asih adalah
orang yang baik, bermoral, mau mengampuni, sedangkan orang yang tidak
welas asih adalah tidak baik dan tidak bermoral. Ini tertulis dalam buku
"Kode Etik dari Dinasty Chu".
Bulan Januari, induk-induk hewan sedang mengandung dan melahirkan,
maka spesies betina jangan dibunuh. Mencius berkata :
"Seorang manusia yang terpuji, menjauhi dapur".
Ini adalah untuk memelihara hati yang welas asih, karena di dapur dilakukan
pembunuhan hewan untuk santapan manusia.
Menurut Ajaran Buddha, makhluk hidup terlahir sebagai hewan karena telah
membuat karma buruk dan akumulasi banyak karma buruk pada kehidupan
sebelumnya, setelah mereka menerima balasannya/hukumannya, mereka
dapat terlahir sebagai manusia lagi. Bila mereka mau melatih diri bahkan
dapat menjadi Buddha. Daging yang kita makan hari ini mungkin adalah
daging dari Buddha masa depan. Hewan yang kita lihat hari ini adalah
seorang manusia pada kehidupan sebelumnya. Mungkin hewan ini dahulu
adalah orang tua kita, istri, suami, anak, sanak saudara atau teman kita.
Sekarang kita seorang manusia dan mereka adalah hewan. Membunuh dan
memakan mereka akan bermusuhan dengan mereka yang dulu pernah kita
kasihi. Bila kita makan mereka, kelak mereka menjadi manusia dan kita
menjadi hewan karena kesadisan kita telah membunuh mereka sekarang,
sebagai balasannya, kita juga akan mengalami penderitaan yang sama yaitu
dibunuh dan dimakan.
Ketika kita berpikir demikian, bagaimana kita berani membunuh? Bagaimana
kita dapat memakan sepotong juga daging mereka? Di samping itu, bahkan
daging itu rasanya enak, hanya terasa diantara mulut sampai kerongkongan.
Setelah ditelan, tidak ada terasa enaknya lagi. Tidak ada bedanya antara
memakan daging dan sayuran. Mengapa kita harus membunuh bila tidak ada
kebaikannya?
Bila kita tidak dapat segera berhenti memakan daging, kita dapat perlahanlahan
mengurangi daging sampai benar-benar melepaskan daging dan hanya
makan sayuran. Dengan cara ini, kita dapat mencapai tingkat lebih tinggi
dari kewelas asihan dalam hati kita. Juga kita perlu berhenti membunuh
makhluk berjiwa, bahkan serangga.
Ketika sedang mencangkul tanah di sawah, ladang, berapa banyak serangga
yang terbunuh? Kita harus sadar akan biaya yang harus ditanggung untuk
makanan dan pakaian diri sendiri, kita membunuh untuk keperluan sendiri.
Karena itu, kita harus hidup sederhana, menghemat, hati-hati dan menilai
makanan dan pakaian yang kita konsumsi sehari-hari. Hidup memboros
adalah sama dengan melakukan kekerasan pembunuhan.
Berapa seringkah kita secara tidak sadar telah mencelakai dan menginjak
makhluk hidup? Dengan sedikit kesadaran, kita dapat menghindarkan
kejadian ini. Seorang penyair bernama Tung Pwo Su dari Dinasti Sung
menulis . . . . . Menyayangi Tikus, kita tinggalkan sedikit beras untuknya,
mengasihi serangga, kita tidak memasang pelita.
Sebuah kalimat yang sangat baik dan penuh welas asih! Masih banyak jenis
kebajikan yang saya tidak dapat sebutkan semuanya. Sejauh kita dapat
mengembangkan sepuluh kategori yang sangat berharga tersebut di atas,
kita dapat melipatgandakan perbuatan-perbuatan baik dan kebajikan.
Read more
Monday, January 30, 2006
Perjalanan Tjerita Silat di Indonesia - by Hiang Phek Tauwtoo
Tjerita Silat adalah istilah yang pertama kali digunakan oleh seorang mantan wartawan harian Sin Po, Tan Tek Ho. Istilah ini digunakan sebagai nama berkala baru yang didirikannya pada 1932 yang khusus memuat terjemahan cerita silat dari bahasa Cina.
Jenis cerita ini, yang di tempat asalnya dinamai wuxia xiaoshuo atau harafiahnya “roman kependekaran” baru saja tumbuh pada perempat terakhir abad 19, tapi dengan sangat cepat disukai oleh khalayak pembacanya. Roman wuxia (atau boehiap dalam dialek Hokkian) sebenarnya merupakan cabang terujung dari tradisi sastra populer Cina yang berkembang dari kisah-kisah kesejarahan yang menceritakan para bangsawan dengan segala permasalahan, dan baru di awal abad 19, jenis ini berkembang ke kisah-kisah penyidikan kejahatan yang dilakukan oleh para magistrat.
Di penhujung abad 19, ketika kisah-kisah ini sudah jenuh, perhatian dialihkan ke para pembantu magistrat, yaitu para opas dan petugas lapangan lain yang menjalankan tugas dengan benar-benar mempertaruhkan nyawanya. Mereka ini orang-orang yang berasal dari Sungai Telaga, nama bagi satu sub-kultur dalam masyarakat Cina yang mengandalkan hidup mereka pada penguasaan ilmu bela diri.
Dalam tradisi xia atau hiap (dialek Hokkian), mereka menegakkan keadilan dan membela yang lemah. Namun sebagian anggotanya mempunyai minat lain; ada yang menjadi alat negara, pelindung keamanan baik kawasan maupun kiriman barang, lalu terakhir, ya, bergabung dengan “persaudaraan rimba-hijau” atau begal dan bandit. Di luar itu masih ada golongan agamawan, yang biasanya menjadi pendidik dan pelindung para hiap atau pendekar asli.
Di tanah air, sudah sejak akhir abad 19 dimulai penerjemahan karya-karya sastra Cina. Tapi baru pada 1909 muncul terjemahan tjerita silat, yaitu Siauw Ang Djie - Pembalesannja Satoe Nona Moedah oleh Tjie Tjin Koeij (mohon dibaca Ci Cin Kui!), dari Sukabumi.
Namun kemungkinan besar tjersil terjemahan itu pertama kali terbit di harian, karena tradisi mengisi halaman dengan tjerita bersambung sudah ada.
Kita masih harus menunggu peneliti yang mau menggeluti arah itu. Yang jelas cersil bersambung marak pada dasawarsa ketiga abad 20. Semua harian Tionghoa pasti memuat paling tidak satu cersilbung. Bahkan pada 1929 terbit untuk pertama kalinya berkala bulanan yang khusus memuat cersilbung, yaitu Kiam Hiap dari Tasikmalaya.
Sementara itu, di tempat asalnya, wuxia berkembang pesat dan melahirkan penulis-penulis besar. Ada yang bertahan dalam gaya penulisan kuno yang naratif, misalnya Xiang Kairan, Gu Mingdao dan Xi Lingfeng. Ada pula yang menjalin cersil dengan fantasi kultural, Huanzi Laozi yang menulis Shusan Qianxia (Legend of Zhu). Zheng Zhengyin, menyajikan kisah-kisah yang amat pekat dan diperkaya oleh pengalaman pribadi selama mengarungi Sungai Telaga, dalam mahakaryanya, Yingzhuawang (Eng Djiauw Ong).
Wang Dulu menimba pengolahan novel-novel Eropa dan pengamatan psiko-analisis Freud untuk menghasilkan karya-karya cemerlangnya, termasuk Pentalogi yang dipuncaki Wohu Changlong (Go Houw Tjhong Liong atau Crouching Tiger Hidden Dragon).
Karya-karya mereka inilah yang kemudian merajai media Indonesia pasca kemerdekaan. Ketika di pertengahan 1950-an mingguan Star Weekly berhasil mencapai distribusi nasional, maka cersil juga telah dibaca secara nasional, melintasi sekat-sekat etnik.
Dari anak SMP sampai sastrawan nasional dan pejabat negara membaca cersil dan menemukan dunia yang mempesona di dalamnya. Apabila sebelum tahun 1950 kita mengenal nama-nama Tan Tek Ho, Lim Tiang Tjoen, Ho Nai Chuan, Tjan Khim Hiap, Yoe Soen Po dan Oey Kim Tiang sebagai penerjemah-penerjemah handal, maka di masa berikutnya hanya tinggal Oey Kim Tiang yang tersisa sendirian.
Tjan Khim Hiap dan Yoe Soen Po masih berkarya, tapi pamornya sudah jauh menurun. Bintang baru adalah Gan Kok Liang yang memulai kariernya di harian Sin Po pada 1958. Bersamaan dengan itu, di Hongkong muncul tokoh-tokoh baru yang mengangkat cersil mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi. Zha Liangyong dan Chen Wentong sedang menjadikan genre ini sebagai karya sastra yang sebenarnya.
Zha Liangyong atau lebih dikenal dengan Jin Yong (Kim Yong) menulis hanya 15 judul, tetapi ini sudah cukup untuk mengantarkan cersil menjadi warga sastra dunia. Sejak itu Trilogi Rajawali duduk sejajar dengan The Lord of The Rings. Chen Wentong menggunakan nama samaran Liang Yusheng (Liang Ie Shen) menghasilkan puluhan judul.
Siklus Thian San saja meliputi 28 judul yang melingkupi rentang waktu hampir 400 tahun! Tahun ini sutradara Tsui Hark meluncurkan film karyanya, Seven Swords yang dilandaskan pada kisah terawal siklus Thian San (Heavenly Mountain).
Di Indonesia, meskipun pemuatan cersil di media massa dilarang pada 1961, perkembangan penerbitan buku malah semakin ramai. Dominasi dua nama O.K.T. (Oey Kim Tiang) dan Gan K.L. (Gan Kok Liang) nampak jelas. Sayang pada 1965-1966 sentimen anti komunis dibuat bercabang ke anti Tionghoa (peranakan Cina di Indonesia) sehingga penerbitan cersil boleh dibilang mati sama sekali.
Padahal animo terhadap cersil terlanjur meluas, khalayak masih haus akan cersil. Dengan sendirinya, mulai lahir penulis-penulis cersil Indonesia yang dipelopori oleh Kho Ping Hoo, disusul oleh Tjoe Beng Siang, The Eng Gie. Mereka ini lahir di Indonesia dan sama sekali tidak mengenal bahasa Cina. Mereka memperoleh ‘modal” menulis dari buku-buku terjemahan itu saja.
Selain itu lahir juga cersil dengan setting lokal (Jawa, Sunda, Batak, Bugis). Muncullah nama S.H. Mintardja, Widi Widajat, Herman Pratikto yang dengan segera mendapat sambutan hangat. Lahirlah cersil Indonesia! Belakangan, di awal 70-an, beberapa penerjemah mulai berkiprah lagi. Nama- nama yang berkibar justru dari Semarang, yaitu kakak beradik Gan K.L. dan Gan K.H. (Gan Kok Hwie), Tjan I.D. (Tjan ing Djioe) serta S.D. Liong (Sie Djiak Liong).
Kurun ini praktis dikuasai oleh karya-karya Xiong Yaohua atau lebih dikenal dengan nama-penanya Gu Long (Ku Lung). Penulis eksentrik ini menyodorkan gaya penulisan yang baru, cersil yang ditulis dengan gaya pasca modern, ringan, praktis dan puitis. Kalimat-kalimat pendek tetapi sarat makna. Sebagian karena ketiadaan karya baru, sebagian karena perubahan gaya hidup akibat tersedianya media baru, maka pada dasawarsa terakhir abad 20 penerjemahan dan penerbitan cersil bisa dikatakan mati sama sekali.
Generasi baru melahap cersil dalam bentuk yang baru, yaitu film dan video. Dari animo yang tampak, sepertinya khalayak tetap mencintai genre ini, walaupun tidak secara verbal lagi, maunya hanya visual. Beberapa orang die-harder tetap bertahan dengan menyimpan, mengoleksi dan terus membaca cersil sampai akhirnya pada 2 Desember 2002 mereka disatukan dan berkumpul di sebuah komunitas milis jagatawang (cyberspace) beralamat di tjersil@yahoogroups. com.
Dalam waktu dua tahun saja ternyata anggotanya sudah mendekati angka dua ribu anggota, sementara itu beberapa pihak juga mulai menerbitkan kembali buku-buku terjemahan langka yang telah lama hilang dari pasar itu. Tahun ini telah diluncurkan hampir 10 judul! Rupanya kelahiran kembali Tjerita Silat sudah di ufuk fajar.
Notes:
Hiang Phek Tauwtoo
Redaktur Majalah Cersil “Rimba Hijau (http://www.rimbahijau.com)
Dimuat diruang baca koran tempo edisi Oktober 2005 dan di mailist Budaya Tionghoa. Read more
Jenis cerita ini, yang di tempat asalnya dinamai wuxia xiaoshuo atau harafiahnya “roman kependekaran” baru saja tumbuh pada perempat terakhir abad 19, tapi dengan sangat cepat disukai oleh khalayak pembacanya. Roman wuxia (atau boehiap dalam dialek Hokkian) sebenarnya merupakan cabang terujung dari tradisi sastra populer Cina yang berkembang dari kisah-kisah kesejarahan yang menceritakan para bangsawan dengan segala permasalahan, dan baru di awal abad 19, jenis ini berkembang ke kisah-kisah penyidikan kejahatan yang dilakukan oleh para magistrat.
Di penhujung abad 19, ketika kisah-kisah ini sudah jenuh, perhatian dialihkan ke para pembantu magistrat, yaitu para opas dan petugas lapangan lain yang menjalankan tugas dengan benar-benar mempertaruhkan nyawanya. Mereka ini orang-orang yang berasal dari Sungai Telaga, nama bagi satu sub-kultur dalam masyarakat Cina yang mengandalkan hidup mereka pada penguasaan ilmu bela diri.
Dalam tradisi xia atau hiap (dialek Hokkian), mereka menegakkan keadilan dan membela yang lemah. Namun sebagian anggotanya mempunyai minat lain; ada yang menjadi alat negara, pelindung keamanan baik kawasan maupun kiriman barang, lalu terakhir, ya, bergabung dengan “persaudaraan rimba-hijau” atau begal dan bandit. Di luar itu masih ada golongan agamawan, yang biasanya menjadi pendidik dan pelindung para hiap atau pendekar asli.
Di tanah air, sudah sejak akhir abad 19 dimulai penerjemahan karya-karya sastra Cina. Tapi baru pada 1909 muncul terjemahan tjerita silat, yaitu Siauw Ang Djie - Pembalesannja Satoe Nona Moedah oleh Tjie Tjin Koeij (mohon dibaca Ci Cin Kui!), dari Sukabumi.
Namun kemungkinan besar tjersil terjemahan itu pertama kali terbit di harian, karena tradisi mengisi halaman dengan tjerita bersambung sudah ada.
Kita masih harus menunggu peneliti yang mau menggeluti arah itu. Yang jelas cersil bersambung marak pada dasawarsa ketiga abad 20. Semua harian Tionghoa pasti memuat paling tidak satu cersilbung. Bahkan pada 1929 terbit untuk pertama kalinya berkala bulanan yang khusus memuat cersilbung, yaitu Kiam Hiap dari Tasikmalaya.
Sementara itu, di tempat asalnya, wuxia berkembang pesat dan melahirkan penulis-penulis besar. Ada yang bertahan dalam gaya penulisan kuno yang naratif, misalnya Xiang Kairan, Gu Mingdao dan Xi Lingfeng. Ada pula yang menjalin cersil dengan fantasi kultural, Huanzi Laozi yang menulis Shusan Qianxia (Legend of Zhu). Zheng Zhengyin, menyajikan kisah-kisah yang amat pekat dan diperkaya oleh pengalaman pribadi selama mengarungi Sungai Telaga, dalam mahakaryanya, Yingzhuawang (Eng Djiauw Ong).
Wang Dulu menimba pengolahan novel-novel Eropa dan pengamatan psiko-analisis Freud untuk menghasilkan karya-karya cemerlangnya, termasuk Pentalogi yang dipuncaki Wohu Changlong (Go Houw Tjhong Liong atau Crouching Tiger Hidden Dragon).
Karya-karya mereka inilah yang kemudian merajai media Indonesia pasca kemerdekaan. Ketika di pertengahan 1950-an mingguan Star Weekly berhasil mencapai distribusi nasional, maka cersil juga telah dibaca secara nasional, melintasi sekat-sekat etnik.
Dari anak SMP sampai sastrawan nasional dan pejabat negara membaca cersil dan menemukan dunia yang mempesona di dalamnya. Apabila sebelum tahun 1950 kita mengenal nama-nama Tan Tek Ho, Lim Tiang Tjoen, Ho Nai Chuan, Tjan Khim Hiap, Yoe Soen Po dan Oey Kim Tiang sebagai penerjemah-penerjemah handal, maka di masa berikutnya hanya tinggal Oey Kim Tiang yang tersisa sendirian.
Tjan Khim Hiap dan Yoe Soen Po masih berkarya, tapi pamornya sudah jauh menurun. Bintang baru adalah Gan Kok Liang yang memulai kariernya di harian Sin Po pada 1958. Bersamaan dengan itu, di Hongkong muncul tokoh-tokoh baru yang mengangkat cersil mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi. Zha Liangyong dan Chen Wentong sedang menjadikan genre ini sebagai karya sastra yang sebenarnya.
Zha Liangyong atau lebih dikenal dengan Jin Yong (Kim Yong) menulis hanya 15 judul, tetapi ini sudah cukup untuk mengantarkan cersil menjadi warga sastra dunia. Sejak itu Trilogi Rajawali duduk sejajar dengan The Lord of The Rings. Chen Wentong menggunakan nama samaran Liang Yusheng (Liang Ie Shen) menghasilkan puluhan judul.
Siklus Thian San saja meliputi 28 judul yang melingkupi rentang waktu hampir 400 tahun! Tahun ini sutradara Tsui Hark meluncurkan film karyanya, Seven Swords yang dilandaskan pada kisah terawal siklus Thian San (Heavenly Mountain).
Di Indonesia, meskipun pemuatan cersil di media massa dilarang pada 1961, perkembangan penerbitan buku malah semakin ramai. Dominasi dua nama O.K.T. (Oey Kim Tiang) dan Gan K.L. (Gan Kok Liang) nampak jelas. Sayang pada 1965-1966 sentimen anti komunis dibuat bercabang ke anti Tionghoa (peranakan Cina di Indonesia) sehingga penerbitan cersil boleh dibilang mati sama sekali.
Padahal animo terhadap cersil terlanjur meluas, khalayak masih haus akan cersil. Dengan sendirinya, mulai lahir penulis-penulis cersil Indonesia yang dipelopori oleh Kho Ping Hoo, disusul oleh Tjoe Beng Siang, The Eng Gie. Mereka ini lahir di Indonesia dan sama sekali tidak mengenal bahasa Cina. Mereka memperoleh ‘modal” menulis dari buku-buku terjemahan itu saja.
Selain itu lahir juga cersil dengan setting lokal (Jawa, Sunda, Batak, Bugis). Muncullah nama S.H. Mintardja, Widi Widajat, Herman Pratikto yang dengan segera mendapat sambutan hangat. Lahirlah cersil Indonesia! Belakangan, di awal 70-an, beberapa penerjemah mulai berkiprah lagi. Nama- nama yang berkibar justru dari Semarang, yaitu kakak beradik Gan K.L. dan Gan K.H. (Gan Kok Hwie), Tjan I.D. (Tjan ing Djioe) serta S.D. Liong (Sie Djiak Liong).
Kurun ini praktis dikuasai oleh karya-karya Xiong Yaohua atau lebih dikenal dengan nama-penanya Gu Long (Ku Lung). Penulis eksentrik ini menyodorkan gaya penulisan yang baru, cersil yang ditulis dengan gaya pasca modern, ringan, praktis dan puitis. Kalimat-kalimat pendek tetapi sarat makna. Sebagian karena ketiadaan karya baru, sebagian karena perubahan gaya hidup akibat tersedianya media baru, maka pada dasawarsa terakhir abad 20 penerjemahan dan penerbitan cersil bisa dikatakan mati sama sekali.
Generasi baru melahap cersil dalam bentuk yang baru, yaitu film dan video. Dari animo yang tampak, sepertinya khalayak tetap mencintai genre ini, walaupun tidak secara verbal lagi, maunya hanya visual. Beberapa orang die-harder tetap bertahan dengan menyimpan, mengoleksi dan terus membaca cersil sampai akhirnya pada 2 Desember 2002 mereka disatukan dan berkumpul di sebuah komunitas milis jagatawang (cyberspace) beralamat di tjersil@yahoogroups. com.
Dalam waktu dua tahun saja ternyata anggotanya sudah mendekati angka dua ribu anggota, sementara itu beberapa pihak juga mulai menerbitkan kembali buku-buku terjemahan langka yang telah lama hilang dari pasar itu. Tahun ini telah diluncurkan hampir 10 judul! Rupanya kelahiran kembali Tjerita Silat sudah di ufuk fajar.
Notes:
Hiang Phek Tauwtoo
Redaktur Majalah Cersil “Rimba Hijau (http://www.rimbahijau.com)
Dimuat diruang baca koran tempo edisi Oktober 2005 dan di mailist Budaya Tionghoa. Read more
Prinsip-prinsip Hidup oleh Zhu Zi (朱柏盧之治ê )
Zhu BoLu (朱柏盧) dilahirkan pada tahun 1617 di provinsi JiangSu. Beliau dilahirkan dengan nama Zhu YongChun. Pada saat itu dinasti Ming digantikan oleh dinasti Qing. Pada masa hidupnya beliau menolak jabatan dari kekaisaran Qing dan memilih hidup menyepi dan memakai nama samaran Zhu BoLu.
Zhu BoLu atau disebut juga Zhu Zi mencatat gagasan tentang pengembangan karakter dan perilaku sosial dalam bahasa sederhana berbentuk peribahasa, dengan judul prinsip-prinsip Hidup oleh Zhu Zi (朱柏盧之治家格言). Yang berisi 506 kata, yang dimaksudkan sebagai buku petunjuk kepada keturunannya. Tapi karena membentuk prinsip-
prinsip dasar, maka dapat diterima dan tersebar secara luas selama ratusan tahun. Prinsip tersebut sering diulang-ulang, dipelajari, dan menuntun generasi-generasi bangsa dalam tingkah laku mereka. Beliau wafat pada tahun 1688, Kaisar KangXi memberi gelar XiaoDing.
Berikut adalah isinya:
1. Bangunlah pada waktu terbit fajar dan bersihkan halaman
rumah, sehingga rumah menjadi bersih luar dalam. 梨 明 即 起 , �` 掃
庭 、 除 , 要 內 外 整 �" 。
2. Beristirahatlah lebih awal pada malam hari. Periksa sendiri
bahwa semua pintu dan jendela sudah ditutup dengan baik. 既 昏 便
息 。 關 鎖 門 戶 必 自 �'� 典 。
3. Saat anda makan, ingatlah bahwa makanan adalah hasil dari
kerja keras. 一 粥 一 飯 當 思 來 處 不 �" 。
4. Jika anda memakai pakaian, ingatlah bahan-bahan itu tidak
datang dengan sendirinya. 半 絲 半 縷 恆 念 物 力 維 艱 。
5. Kita harus memperbaiki rumah sebelum hujan dan tidak
terlambat menggali sumur saat kita sudah merasa haus. 宜 未 雨 而 綢
繆 。 毌 臨 渴 而 掘 井 。
6. Berhematlah dalam memenuhi kebutuhan anda, tetapi
bersikaplah dermawan jika menerima tamu. 自 奉 必 須 儉 約 。 宴 客 切
勿 留 連 。
7. Peralatan rumah tangga sebaiknya yang sederhana dan bersih.
Perkakas yang terbuat dari tanah lebih baik daripada yang terbuat
dari emas permata. 器 具 質 而 �" , �"� 缶 勝 �` 玉 。
8. Makanan tidak perlu mewah; jika dimasak dengan baik, sayur-
sayuran sederhana akan lebih baik dibandingkan makanan lezat yang
jarang ditemui. 飲 、 食 約 而 精 , �' 菽 愈 珍 羞 。
9. Jangan membangun rumah istana berlebih-lebihan, jangan coba
mengambil tanah pertanian yang subur. 勿 營 華 屋 。 勿 謀 良 �"� 。
10. Mak comblang dan peramal wanita adalah kejahatan. 三 �` 、 六
婆 , 實 淫 、 盜 之 �' 。
11. Pembantu cantik dan istri menarik tidak membawa berkah. 婢
美 、 妾 嬌 非 閨 房 之 福 。
12. Janganlah menilai seorang pembantu dari penampilan fisiknya.
童 僕 勿 �"� 俊 美 。
13. Tidak jadi masalah bagi anda sekalipun istri dan pembantu
anda tampak sederhana tanpa make up. 妻 、 妾 切 忌 艷 妝 。
14. Walaupun nenek moyang kita sudah lama meninggalkan kita,
kita perlu memberi sajian dengan penuh hormat. 祖 宗 雖 遠 , 祭 祀 不
可 不 誠 。
15. Walaupun anak-anakmu lambat dalam berpikir, anda harus tetap
mengajarinya dengan karya klasik KongZi. 子 、 孫 雖 愚 , �" 書 不 可
不 讀 。
16. Berusahalah untuk hidup sederhana dan hemat; melalui contoh
seperti itu anak-anak anda akan belajar prinsip-prinsip hidup. 居 身
務 期 儉 樸 。 教 子 要 有 義 方 。
17. Janganlah tergoda dengan keuntungan yang tak diharapkan;
janganlah minum minuman keras lebih dari yang sanggup anda minum. 勿
貪 意 外 之 財 。 莫 飲 過 量 之 �' 。
18. Jika membeli sesuatu dari pedagang keliling, janganlah
mengambil untung dari mereka. 與 肩 �` 貿 �" 毌 �" 便 宜 。
19. Tunjukkan rasa simpati dan perhatian kepada kerabat atau
tetangga anda yang sedang mengalami kesulitan. 見 貧 、 苦 親 、 鄰 須
多 溫 恤 。
20. Harta yang dikumpulkan dengan cara yang tidak baik tidak
dapat dinikmati dalam waktu yang lama. 刻 簿 成 家 理 無 久 享 。
21. Tindakan melanggar prinsip-prinsip moral akan membawa
kehancuran. 倫 常 乖 舛 立 見 消 亡 。
22. Di antara saudara dan kerabat, orang yang lebih mampu harus
membantu orang yang membutuhkan. 兄 弟 �" 姪 須 分 多 潤 寡 。
23. Di dalam satu keluarga, orangtua, anak-anak, suami, istri,
anak yang lebih tua, dan anak yang lebih muda, harus mengerjakan
tugas mereka masing-masing. Mereka harus mematuhi aturan-aturan
tingkah laku yang baik dan menggunakan bahasa yang pantas. 長 幼 、 內
外 宜 法 肅 辭 嚴 。
24. Seorang ayah yang percaya pada omongan wanita yang suka
memfitnah hingga mau memusuhi darah dagingnya sendiri tidak bisa
disebut pria sejati. 聽 妻 言 乖 骨 肉 豈 是 丈 夫 ?
25. Orang yang menilai uang lebih tinggi daripada orangtuanya
adalah anak tak berbudi. 重 資 財 簿 父 母 不 成 人 子 。
26. Jika menikahkan anak perempuan, pilihlah pasangan hidup yang
berkualitas. Meminta hadiah pertunangan berupa barang-barang mewah
adalah tindakan yang tidak baik. 嫁 女 �"� 佳 婿 , 毌 索 重 聘 。
27. Jika memilih istri untuk anak laki-laki, carilah gadis yang
berbudi luhur dan ramah tamah, bukan gadis yang keluarganya
menawarkan mas kawin yang melimpah ruah. 娶 妻 求 �" 女 , 毌 計 厚 奩
。
28. Orang yang suka menjilat kepada orang kaya dan berkuasa
adalah orang yang tercela. 見 富 貴 而 �"� 諂 容 者 最 可 恥 。
29. Orang yang bertingkah laku arogan terhadap orang miskin
adalah orang yang paling hina. 見 貧 窮 而 作 驕 態 者 賤 莫 �"� 。
30. Hindarilah penyelesaian pertikaian rumah tangga melalui
pengadilan; proses pengadilan sering berakhir dengan hasil yang
mengecewakan. 居 家 �' 爭 訟 , 訟 則 終 凶 。
31. Ketika sedang bercengkrama dengan orang lain, janganlah kita
berbicara terlalu banyak. Orang yang suka berbicara cenderung
mengeluarkan kata-kata yang tidak benar. 處 世 �' 多 言 , 言 多 必 失
。
32. Jangan menggunakan kekuasaan untuk menekan anak yatim dan
janda. 毌 恃 勢 力 �' �" 逼 孤 、 寡 。
33. Kita tidak boleh membunuh binatang ternak secara keji untuk
menuruti nafsu makan. 毌 貪 口 腹 �' 恣 殺 牲 、 禽 。
34. Gaya hidup yang aneh dan penuh kecongkakan sering
menyesatkan orang dan berakibat penyesalan. 乖 僻 、 自 勢 �" 誤 必 多
。
35. Seseorang yang tidak bersemangat dan malas tidak akan
mendapatkan apapun. 頹 惰 自 �"� 家 �" 難 成 。
36. Jika berteman dengan pemuda yang suka hura-hura, akhirnya
seseorang akan menderita karena pemuda tersebut. 狎 暱 惡 �` 久 必 受
其 累 。
37. Orang yang berpengalaman, bertindak hati-hati, dan sederhana
dapat diandalkan dalam kondisi sulit. 屈 志 老 成 急 則 可 相 倚 。
38. Jika mendengar tuduhan, janganlah terburu-buru
mempercayainya. Tetaplah bersikap tenang dan berpikir jernih, karena
tuduhan itu mungkin tidak benar. 輕 聽 發 言 知 非 人 之 讚 愬 ? 當
忍 耐
三 恩 。
39. Jika sedang terlibat dalam suatu perdebatan, seseorang harus
menanyakan pada diri sendiri dengan tenang apakah dia berargumen
dengan benar atau salah. 因 事 相 爭 , 安 知 非 �` 之 不 是 ? 須
平 心 再
想 。
40. Janganlah selalu mengingat bantuan yang telah anda berikan
kepada orang lain, tetapi hendaknya jangan lupa untuk membalas budi
yang telah kamu terima dari orang lain. 施 惠 勿 念 。 受 恩 莫 忘 。
41. Apa pun yang anda lakukan, berusahalah meluangkan waktu
untuk memikirkan kondisi-kondisi yang tak terduga. Jika anda
berhasil dalam suatu usaha, janganlah terlalu mengharapkan
keberhasilan itu akan terulang kembali. 凡 事 當 留 餘 地 。 得 意 不
宜
再 往 。
42. Jangan iri dengan kebahagiaan orang lain. 人 有 喜 慶 , 不 可
�"� �' 忌 心 。
43. Jangan merasa senang dengan kemalangan orang lain. 人 有 禍
患 , 不 可 �"� 喜 幸 心 。
44. Orang yang memamerkan amal baiknya kebada khalayak ramai
bukanlah orang yang suka berbuat baik tanpa pamrih. 善 欲 人 見 , 不
是 真 善 。
45. Orang yang berusaha menyembunyikan kesalahannya benar-benar
telah melakukan perbuatan yang jahat. 惡 恐 人 知 , 便 是 大 惡 。
46. Jika seorang pria berpikiran kotor saat melihat wanita
cantik, maka karma itu akan menimpa istri dan anak perempuannya. 見
色 �' 起 淫 心 , 報 在 妻 女 。
47. Jika seseorang memendam rasa dengki kepada orang lain dan
melepaskan rasa dengki itu dengan cara-cara licik, berarti dia
mengundang kemalangan bagi anak keturunannya. 匿 怨 而 �"� 暗 箭 , 禍
延
子 孫 。
48. Jika sebuah keluarga hidup secara harmonis dan penuh
kedamaian, meski mereka hidup miskin, mereka akan menikmati
kebahagiaan. 家 門 �'� 順 , 雖 �" 飧 不 繼 , 亦 有 餘 歡 。
49. Jika seseorang sudah membayar pajak dan sumbangan-sumbangan,
ia akan merasa sangat puas dan lega walaupun dompetnya kosong. 國 課
早 完 , 即 囊 橐 無 餘 自 得 至 樂 。
50. Seseorang harus belajar dengan harapan menjadi orang yang
bijaksana. 讀 書 志 在 聖 賢 , 非 �' �` 第 。
51. Orang yang mengabdikan diri sebagai pejabat harus
mengutamakan kepentingan negara dan bangsanya. 為 官 心 存 君 、 國 ;
豈 計 身 家 ?
52. Orang harus tetap menekuni kewajibannya dan merasa cukup
terhadap apa yang telah diusahakannya. Dia harus hidup mengikuti
perjalanan waktu dan menyesuaikan dengan hukum alam. 守 分 , 安 �`� 。
順 時 聽 天 。
53. Orang yang hidupnya sesuai dengan prinsip ini akan mencapai
kondisi kehidupan yang sempurna. 為 人 若 此 , 庶 乎 �` 焉 。
by: Stevan Raharjo Read more
Zhu BoLu atau disebut juga Zhu Zi mencatat gagasan tentang pengembangan karakter dan perilaku sosial dalam bahasa sederhana berbentuk peribahasa, dengan judul prinsip-prinsip Hidup oleh Zhu Zi (朱柏盧之治家格言). Yang berisi 506 kata, yang dimaksudkan sebagai buku petunjuk kepada keturunannya. Tapi karena membentuk prinsip-
prinsip dasar, maka dapat diterima dan tersebar secara luas selama ratusan tahun. Prinsip tersebut sering diulang-ulang, dipelajari, dan menuntun generasi-generasi bangsa dalam tingkah laku mereka. Beliau wafat pada tahun 1688, Kaisar KangXi memberi gelar XiaoDing.
Berikut adalah isinya:
1. Bangunlah pada waktu terbit fajar dan bersihkan halaman
rumah, sehingga rumah menjadi bersih luar dalam. 梨 明 即 起 , �` 掃
庭 、 除 , 要 內 外 整 �" 。
2. Beristirahatlah lebih awal pada malam hari. Periksa sendiri
bahwa semua pintu dan jendela sudah ditutup dengan baik. 既 昏 便
息 。 關 鎖 門 戶 必 自 �'� 典 。
3. Saat anda makan, ingatlah bahwa makanan adalah hasil dari
kerja keras. 一 粥 一 飯 當 思 來 處 不 �" 。
4. Jika anda memakai pakaian, ingatlah bahan-bahan itu tidak
datang dengan sendirinya. 半 絲 半 縷 恆 念 物 力 維 艱 。
5. Kita harus memperbaiki rumah sebelum hujan dan tidak
terlambat menggali sumur saat kita sudah merasa haus. 宜 未 雨 而 綢
繆 。 毌 臨 渴 而 掘 井 。
6. Berhematlah dalam memenuhi kebutuhan anda, tetapi
bersikaplah dermawan jika menerima tamu. 自 奉 必 須 儉 約 。 宴 客 切
勿 留 連 。
7. Peralatan rumah tangga sebaiknya yang sederhana dan bersih.
Perkakas yang terbuat dari tanah lebih baik daripada yang terbuat
dari emas permata. 器 具 質 而 �" , �"� 缶 勝 �` 玉 。
8. Makanan tidak perlu mewah; jika dimasak dengan baik, sayur-
sayuran sederhana akan lebih baik dibandingkan makanan lezat yang
jarang ditemui. 飲 、 食 約 而 精 , �' 菽 愈 珍 羞 。
9. Jangan membangun rumah istana berlebih-lebihan, jangan coba
mengambil tanah pertanian yang subur. 勿 營 華 屋 。 勿 謀 良 �"� 。
10. Mak comblang dan peramal wanita adalah kejahatan. 三 �` 、 六
婆 , 實 淫 、 盜 之 �' 。
11. Pembantu cantik dan istri menarik tidak membawa berkah. 婢
美 、 妾 嬌 非 閨 房 之 福 。
12. Janganlah menilai seorang pembantu dari penampilan fisiknya.
童 僕 勿 �"� 俊 美 。
13. Tidak jadi masalah bagi anda sekalipun istri dan pembantu
anda tampak sederhana tanpa make up. 妻 、 妾 切 忌 艷 妝 。
14. Walaupun nenek moyang kita sudah lama meninggalkan kita,
kita perlu memberi sajian dengan penuh hormat. 祖 宗 雖 遠 , 祭 祀 不
可 不 誠 。
15. Walaupun anak-anakmu lambat dalam berpikir, anda harus tetap
mengajarinya dengan karya klasik KongZi. 子 、 孫 雖 愚 , �" 書 不 可
不 讀 。
16. Berusahalah untuk hidup sederhana dan hemat; melalui contoh
seperti itu anak-anak anda akan belajar prinsip-prinsip hidup. 居 身
務 期 儉 樸 。 教 子 要 有 義 方 。
17. Janganlah tergoda dengan keuntungan yang tak diharapkan;
janganlah minum minuman keras lebih dari yang sanggup anda minum. 勿
貪 意 外 之 財 。 莫 飲 過 量 之 �' 。
18. Jika membeli sesuatu dari pedagang keliling, janganlah
mengambil untung dari mereka. 與 肩 �` 貿 �" 毌 �" 便 宜 。
19. Tunjukkan rasa simpati dan perhatian kepada kerabat atau
tetangga anda yang sedang mengalami kesulitan. 見 貧 、 苦 親 、 鄰 須
多 溫 恤 。
20. Harta yang dikumpulkan dengan cara yang tidak baik tidak
dapat dinikmati dalam waktu yang lama. 刻 簿 成 家 理 無 久 享 。
21. Tindakan melanggar prinsip-prinsip moral akan membawa
kehancuran. 倫 常 乖 舛 立 見 消 亡 。
22. Di antara saudara dan kerabat, orang yang lebih mampu harus
membantu orang yang membutuhkan. 兄 弟 �" 姪 須 分 多 潤 寡 。
23. Di dalam satu keluarga, orangtua, anak-anak, suami, istri,
anak yang lebih tua, dan anak yang lebih muda, harus mengerjakan
tugas mereka masing-masing. Mereka harus mematuhi aturan-aturan
tingkah laku yang baik dan menggunakan bahasa yang pantas. 長 幼 、 內
外 宜 法 肅 辭 嚴 。
24. Seorang ayah yang percaya pada omongan wanita yang suka
memfitnah hingga mau memusuhi darah dagingnya sendiri tidak bisa
disebut pria sejati. 聽 妻 言 乖 骨 肉 豈 是 丈 夫 ?
25. Orang yang menilai uang lebih tinggi daripada orangtuanya
adalah anak tak berbudi. 重 資 財 簿 父 母 不 成 人 子 。
26. Jika menikahkan anak perempuan, pilihlah pasangan hidup yang
berkualitas. Meminta hadiah pertunangan berupa barang-barang mewah
adalah tindakan yang tidak baik. 嫁 女 �"� 佳 婿 , 毌 索 重 聘 。
27. Jika memilih istri untuk anak laki-laki, carilah gadis yang
berbudi luhur dan ramah tamah, bukan gadis yang keluarganya
menawarkan mas kawin yang melimpah ruah. 娶 妻 求 �" 女 , 毌 計 厚 奩
。
28. Orang yang suka menjilat kepada orang kaya dan berkuasa
adalah orang yang tercela. 見 富 貴 而 �"� 諂 容 者 最 可 恥 。
29. Orang yang bertingkah laku arogan terhadap orang miskin
adalah orang yang paling hina. 見 貧 窮 而 作 驕 態 者 賤 莫 �"� 。
30. Hindarilah penyelesaian pertikaian rumah tangga melalui
pengadilan; proses pengadilan sering berakhir dengan hasil yang
mengecewakan. 居 家 �' 爭 訟 , 訟 則 終 凶 。
31. Ketika sedang bercengkrama dengan orang lain, janganlah kita
berbicara terlalu banyak. Orang yang suka berbicara cenderung
mengeluarkan kata-kata yang tidak benar. 處 世 �' 多 言 , 言 多 必 失
。
32. Jangan menggunakan kekuasaan untuk menekan anak yatim dan
janda. 毌 恃 勢 力 �' �" 逼 孤 、 寡 。
33. Kita tidak boleh membunuh binatang ternak secara keji untuk
menuruti nafsu makan. 毌 貪 口 腹 �' 恣 殺 牲 、 禽 。
34. Gaya hidup yang aneh dan penuh kecongkakan sering
menyesatkan orang dan berakibat penyesalan. 乖 僻 、 自 勢 �" 誤 必 多
。
35. Seseorang yang tidak bersemangat dan malas tidak akan
mendapatkan apapun. 頹 惰 自 �"� 家 �" 難 成 。
36. Jika berteman dengan pemuda yang suka hura-hura, akhirnya
seseorang akan menderita karena pemuda tersebut. 狎 暱 惡 �` 久 必 受
其 累 。
37. Orang yang berpengalaman, bertindak hati-hati, dan sederhana
dapat diandalkan dalam kondisi sulit. 屈 志 老 成 急 則 可 相 倚 。
38. Jika mendengar tuduhan, janganlah terburu-buru
mempercayainya. Tetaplah bersikap tenang dan berpikir jernih, karena
tuduhan itu mungkin tidak benar. 輕 聽 發 言 知 非 人 之 讚 愬 ? 當
忍 耐
三 恩 。
39. Jika sedang terlibat dalam suatu perdebatan, seseorang harus
menanyakan pada diri sendiri dengan tenang apakah dia berargumen
dengan benar atau salah. 因 事 相 爭 , 安 知 非 �` 之 不 是 ? 須
平 心 再
想 。
40. Janganlah selalu mengingat bantuan yang telah anda berikan
kepada orang lain, tetapi hendaknya jangan lupa untuk membalas budi
yang telah kamu terima dari orang lain. 施 惠 勿 念 。 受 恩 莫 忘 。
41. Apa pun yang anda lakukan, berusahalah meluangkan waktu
untuk memikirkan kondisi-kondisi yang tak terduga. Jika anda
berhasil dalam suatu usaha, janganlah terlalu mengharapkan
keberhasilan itu akan terulang kembali. 凡 事 當 留 餘 地 。 得 意 不
宜
再 往 。
42. Jangan iri dengan kebahagiaan orang lain. 人 有 喜 慶 , 不 可
�"� �' 忌 心 。
43. Jangan merasa senang dengan kemalangan orang lain. 人 有 禍
患 , 不 可 �"� 喜 幸 心 。
44. Orang yang memamerkan amal baiknya kebada khalayak ramai
bukanlah orang yang suka berbuat baik tanpa pamrih. 善 欲 人 見 , 不
是 真 善 。
45. Orang yang berusaha menyembunyikan kesalahannya benar-benar
telah melakukan perbuatan yang jahat. 惡 恐 人 知 , 便 是 大 惡 。
46. Jika seorang pria berpikiran kotor saat melihat wanita
cantik, maka karma itu akan menimpa istri dan anak perempuannya. 見
色 �' 起 淫 心 , 報 在 妻 女 。
47. Jika seseorang memendam rasa dengki kepada orang lain dan
melepaskan rasa dengki itu dengan cara-cara licik, berarti dia
mengundang kemalangan bagi anak keturunannya. 匿 怨 而 �"� 暗 箭 , 禍
延
子 孫 。
48. Jika sebuah keluarga hidup secara harmonis dan penuh
kedamaian, meski mereka hidup miskin, mereka akan menikmati
kebahagiaan. 家 門 �'� 順 , 雖 �" 飧 不 繼 , 亦 有 餘 歡 。
49. Jika seseorang sudah membayar pajak dan sumbangan-sumbangan,
ia akan merasa sangat puas dan lega walaupun dompetnya kosong. 國 課
早 完 , 即 囊 橐 無 餘 自 得 至 樂 。
50. Seseorang harus belajar dengan harapan menjadi orang yang
bijaksana. 讀 書 志 在 聖 賢 , 非 �' �` 第 。
51. Orang yang mengabdikan diri sebagai pejabat harus
mengutamakan kepentingan negara dan bangsanya. 為 官 心 存 君 、 國 ;
豈 計 身 家 ?
52. Orang harus tetap menekuni kewajibannya dan merasa cukup
terhadap apa yang telah diusahakannya. Dia harus hidup mengikuti
perjalanan waktu dan menyesuaikan dengan hukum alam. 守 分 , 安 �`� 。
順 時 聽 天 。
53. Orang yang hidupnya sesuai dengan prinsip ini akan mencapai
kondisi kehidupan yang sempurna. 為 人 若 此 , 庶 乎 �` 焉 。
by: Stevan Raharjo Read more
Tai Jiao (pendidikan janin)
Jauh sebelum orang-orang modern memahami pentingnya pendidikan janin, orang-orang Tiongkok kuno sudah menyusun cara-cara pendidikan janin dan pendidikan bayi.
Istilah Tai Jiao atau pendidikan janin sudah dirangkum dan dicatat dalam buku Fu Ren Liang Fang(terapi bagi ibu) bagian Tai Jiao Men Lun (pembahasan Pendidikan Janin) oleh Chen Zi Ming , seorang tabib terkenal pada masa dinasti Song.
Anjurannya antara lain adalah , ketika ibu sedang mengandung , harus memperhatikan perbuatan baik , berujar yang baik, sering membaca syair-syair yang mengandung isi yang baik , mengenakan batu giok di pinggang agar janin bisa tenang.
Tabib terkenal Sun SeMao dalam buku Qian Jin Fang mengatakan bahwa Yang Tai (memelihara janin) merupakan hal yang penting bagi ibu-ibu yang sedang hamil.
Dalam masa hamil , dianjurkan agar ibu-ibu sering berdoa , membaca buku-buku Confucius dan berujar agar anaknya menjadi orang baik serta sering memainkan alat musik yang bersifat tenang. Dengan musik , dipercaya bahwa nantinya anak yang lahir akan menjadi cerdas.
Musik-musik yang bersifat menggelora dipercaya akan membuat janin menjadi aktif dan bergerak. Musik yang bersifat menggelora biasanya diberikan pada saat bayi tersebut lahir dan masih berusia muda sekali. Bahkan ada yang mengatakan bahwa raja Zhou Wang sudah dididik sejak janin oleh ibunya.
Pendidikan dimulai pada saat umur 3 tahun, biasanya dengan mempelajari buku-buku klasik , permainan menebak lentera , bermain perang-perangan kadang pada kasus tertentu sudah diajarkan rumus matematika Zhou.
Prinsip-prinsip kuno mengenai pendidikan janin dapat kita lihat di etnis Tionghoa. Rata-rata mereka yang hamil menghindari hal-hal yang bisa membangkitkan amarah , belajar bersabar , tidak melihat pembunuhan atau pemotongan binatang , berkata baik. Sayangnya mereka tidak menyadari latar belakang yang menyebabkan timbulnya pantangan terutama wanita hamil.
Saya berpendapat bahwa wanita hamil sebaiknya :
1.mendengar musik yang lembut , menenangkan hati dan untuk bayi bolehlah memberikan musik yang menggelora agar aktif.
2.tidak melihat atau menonton film-film yang bersifat kejam
3.sering berdoa atau membaca buku-buku yang mengajarkan kebaikan
4.sering berkata kepada janinnya agar menjadi orang baik dan berbudi luhur
Selamat mencoba resep kuno ini.
by: XT Read more
Istilah Tai Jiao atau pendidikan janin sudah dirangkum dan dicatat dalam buku Fu Ren Liang Fang(terapi bagi ibu) bagian Tai Jiao Men Lun (pembahasan Pendidikan Janin) oleh Chen Zi Ming , seorang tabib terkenal pada masa dinasti Song.
Anjurannya antara lain adalah , ketika ibu sedang mengandung , harus memperhatikan perbuatan baik , berujar yang baik, sering membaca syair-syair yang mengandung isi yang baik , mengenakan batu giok di pinggang agar janin bisa tenang.
Tabib terkenal Sun SeMao dalam buku Qian Jin Fang mengatakan bahwa Yang Tai (memelihara janin) merupakan hal yang penting bagi ibu-ibu yang sedang hamil.
Dalam masa hamil , dianjurkan agar ibu-ibu sering berdoa , membaca buku-buku Confucius dan berujar agar anaknya menjadi orang baik serta sering memainkan alat musik yang bersifat tenang. Dengan musik , dipercaya bahwa nantinya anak yang lahir akan menjadi cerdas.
Musik-musik yang bersifat menggelora dipercaya akan membuat janin menjadi aktif dan bergerak. Musik yang bersifat menggelora biasanya diberikan pada saat bayi tersebut lahir dan masih berusia muda sekali. Bahkan ada yang mengatakan bahwa raja Zhou Wang sudah dididik sejak janin oleh ibunya.
Pendidikan dimulai pada saat umur 3 tahun, biasanya dengan mempelajari buku-buku klasik , permainan menebak lentera , bermain perang-perangan kadang pada kasus tertentu sudah diajarkan rumus matematika Zhou.
Prinsip-prinsip kuno mengenai pendidikan janin dapat kita lihat di etnis Tionghoa. Rata-rata mereka yang hamil menghindari hal-hal yang bisa membangkitkan amarah , belajar bersabar , tidak melihat pembunuhan atau pemotongan binatang , berkata baik. Sayangnya mereka tidak menyadari latar belakang yang menyebabkan timbulnya pantangan terutama wanita hamil.
Saya berpendapat bahwa wanita hamil sebaiknya :
1.mendengar musik yang lembut , menenangkan hati dan untuk bayi bolehlah memberikan musik yang menggelora agar aktif.
2.tidak melihat atau menonton film-film yang bersifat kejam
3.sering berdoa atau membaca buku-buku yang mengajarkan kebaikan
4.sering berkata kepada janinnya agar menjadi orang baik dan berbudi luhur
Selamat mencoba resep kuno ini.
by: XT Read more
Saturday, January 28, 2006
Mengapa ada tradisi angpao pada tahun baru Imlek - RJ

Tanya:
Asal usul tradisi memberikan angpao sewaktu menyambut tahun baru Imlek.
Jawab:
Sejak lama, warna merah melambangkan kebaikan dan kesejahteraan di dalam kebudayaan Tionghoa. Warna merah menunjukkan kegembiraan, semangat yang pada akhirnya akan membawa nasib baik.
Angpao sendiri adalah dialek Hokkian, arti harfiahnya adalah bungkusan/amplop merah. Sebenarnya, tradisi memberikan angpao sendiri bukan hanya monopoli tahun baru Imlek, melainkan di dalam peristiwa apa saja yang melambangkan kegembiraan seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru dan lain2, angpao juga akan ditemukan.
Angpao pada tahun baru Imlek mempunyai istilah khusus yaitu "Ya Sui", yang artinya hadiah yang diberikan untuk anak2 berkaitan dengan pertambahan umur/pergantian tahun. Di zaman dulu, hadiah ini biasanya berupa manisan, bonbon dan makanan. Untuk selanjutnya, karena perkembangan zaman, orang tua merasa lebih mudah memberikan uang dan membiarkan anak2 memutuskan hadiah apa yang akan mereka beli. Tradisi memberikan uang sebagai hadiah Ya Sui ini muncul sekitar zaman Ming dan Qing. Dalam satu literatur mengenai Ya Sui Qian dituliskan bahwa anak2 menggunakan uang untuk membeli petasan, manisan. Tindakan ini juga meningkatkan peredaran uang dan perputaran roda ekonomi di Tiongkok di zaman tersebut.
Angpao apakah disebut angpao di zaman dulu? Bagaimana bentuknya?
Tidak. Uang kertas pertama kali digunakan di Tiongkok pada zaman Dinasti Song, namun baru benar2 resmi digunakan secara luas di zaman Dinasti Ming. Walaupun telah ada uang kertas, namun karena uang kertas nominalnya biasanya sangat besar sehingga jarang digunakan sebagai hadiah Ya Sui kepada anak2.
Di zaman dulu, karena nominal terkecil uang yang beredar di Tiongkok adalah keping perunggu (wen atau tongbao). Keping perunggu ini biasanya berlubang segi empat di tengahnya. Bagian tengah ini diikatkan menjadi untaian uang dengan tali merah. Keluarga kaya biasanya mengikatkan 100 keping perunggu buat Ya Sui orang tua mereka dengan harapan mereka akan berumur panjang.
Jadi, dari sini dapat kita ketahui bahwa bungkusan kertas merah (angpao) yang berisikan uang belum populer di zaman dulu.
Pemberian angpao apakah punya makna tersendiri?
Orang Tionghoa menitik beratkan banyak masalah pada simbol-simbol, demikian pula halnya dengan tradisi Ya Sui ini. Sui dalam Ya Sui berarti umur, mempunyai lafal yang sama dengan karakter Sui yang lain yang berarti bencana. Jadi, Ya Sui bisa disimbolkan sebagai "mengusir/meminimalkan bencana" dengan harapan anak2 yang mendapat hadiah Ya Sui akan melewati 1 tahun ke depan yang aman tenteram tanpa halangan berarti.
Siapa yang wajib memberikan angpao dan berhak menerima angpao?
Di dalam tradisi Tionghoa, orang yang wajib dan berhak memberikan angpao biasanya adalah orang yang telah menikah, karena pernikahan dianggap merupakan batas antara masa kanak2 dan dewasa. Selain itu, ada anggapan bahwa orang yang telah menikah biasanya telah mapan secara ekonomi. Selain memberikan angpao kepada anak2, mereka juga wajib memberikan angpao kepada yang dituakan.
Bagi yang belum menikah, tetap berhak menerima angpao walaupun secara umur, seseorang itu sudah termasuk dewasa. Ini dilakukan dengan harapan angpao dari orang yang telah menikah akan memberikan nasib baik kepada orang tersebut, dalam hal ini tentunya jodoh. Bila seseorang yang belum menikah ingin memberikan angpao, sebaiknya cuma memberikan uang tanpa amplop merah.
Namun tradisi di atas tidak mengikat. Sekarang ini, pemberikan angpao tentunya lebih didasarkan pada kemapanan secara ekonomi, lagipula makna angpao bukan sekedar terbatas berapa besar uang yang ada di dalamnya melainkan lebih jauh adalah bermakna senasib sepenanggungan, saling mengucapkan dan memberikan harapan baik untuk 1 tahun ke depan kepada orang yang menerima angpao tadi.
Rinto Jiang Read more
Friday, January 27, 2006
4 Nasihat Liao Fan (bag.2)
BAB II
CARA MENGUBAH NASIB
Pada zaman Chun Ciu (tahun 722 SM - 481, zaman musim semi dan rontok) banyak penasehat yang mampu menebak dengan tepat rejeki dan bencana yang akan dialami seseorang, hal ini juga tertulis di buku Cho Chuan dan buku syair lainnya. Pada umumnya, seseorang akan mendapat rejeki atau menanggung bencana pasti ada gejala sebelumnya yang bersumber dari dalam hati dan terekspresi keluar yaitu di wajah atau fisiknya, orang yang bertampang welas asih, jujur, tulus, memegang janji, tingkah laku mantap tidak sembrono, biasanya dapat memperoleh rejeki. Sedang orang yang wajahnya judes, kejam, bertingkah laku sembrono, kebanyakan mendekati bencana, rejeki atau bencana pasti dapat diramalkan sebelumnya.
Niat baik, buruk seseorang pasti akan kontak dengan Yang Kuasa. Keberuntungan akan tiba, dapat ditebak dari sikapnya yang tenang dan mantap, demikian pula bencana yang akan menimpa, dapat ditebak dari sikapnya yang kontradiksi, bengis. Bagi orang yang ingin mendapat rejeki dan menghindari bencana, boleh tidak mengutamakan pelaksanaan kebajikan terlebih dahulu, tetapi gigih berusaha mengoreksi kesalahan diri, pasti akan mendapat keberuntungan.
Tiga faktor utama untuk mengoreksi diri :
1. Faktor pertama "TAHU MALU"
Dahulu kala, banyak orang bijak dapat dikenang orang sepanjang masa, sedangkan kita tidak, malahan bereputasi buruk, dicaci maki orang. Jika seseorang hanya mementingkan kesenangan, reputasi, kekayaan, sehingga membuat hal-hal yang tercela dan sewenang-wenang untuk mendapatkan semua yang diinginkannya, masih membanggakan diri atas perbuatannya dan dikira tidak ada orang yang mengetahui tindakannya tersebut. Orang ini tidak menyadari bahwa lambat laun dia tidak lain tidak bukan hanyalah seekor binatang yang berkedok manusia! Di dunia tidak akan ada lagi kelakuan yang lebih memalukan dan rendah dari ini.
Mencius : Perasaan "Tahu Malu" ini sangat mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu tindakan sepanjang hidupnya. Orang yang "Tahu Malu" adalah orang suci/bijak, orang yang tidak "Tahu Malu" sudah pasti adalah binatang. Kunci utama untuk mengoreksi kesalahan adalah terletak pada sehelai niat "Tahu Malu" ini, manusia berbeda dari binatang, hanyalah karena adanya rasa "Tahu Malu" ini juga.
Sesuai yang dikatakan Mencius di atas, Kunci utama untuk mengoreksi diri adalah sehelai niat "Tahu Malu" ini, orang yang tidak "Tahu Malu" adalah binatang. Renungkanlah selalu : Segala tingkah laku saya sehari-hari memalukankah? Saya adalah seorang bijak atau hanya seekor binatang yang berkulit manusia? Ingatlah! Tingkah laku kita yang memalukan bukan hanya mencoreng nama baik keluarga sendiri, tetapi juga perusahaan tempat kita kerja, lingkungan masyarakat kita, yang lebih berat lagi NEGARA, IBU PERTIWI kita. Ini adalah dosa yang besar sekali, karena seluruh rakyat negara turut menanggung kesalahan yang kita buat.
2. Faktor kedua "RASA TAKUT"
Apa yang kita lakukan? Yang Kuasa, Bumi, Dewa, Malaikat, Makhluk halus berada di sekeliling kita dan selalu memperhatikan seluruh tindakan kita. Mereka berbeda dengan manusia, mereka dapat melihat segala sesuatu tanpa halangan. Sehingga tidak mungkin kita dapat menyembunyikan diri dari mereka.
Walaupun kita berbuat kesalahan di tempat yang tidak ada orang yang menyaksikan, tetapi Yang Kuasa, Bumi, Dewa, Malaikat, Makhluk halus, ibarat sebuah cermin, jelas-jelas mencerminkan semua kesalahan kita. Bila berbuat kejahatan besar, maka semua bencana akan menimpa kita, bila kejahatan ringan, akan mengurangi keberuntungan yang sudah ada. Bagaimana kita tidak takut akan hal ini. Setiap saat, bila kita berada di kamar yang kosong, para Dewa, Malaikat mengawasi kita dengan teliti dan mencatat semuanya. Kita dapat menutupi kesalahan kita dari orang lain . .
Akan tetapi Yang Kuasa, para Dewa, Malaikat, Makhluk halus dapat melihat sampai ke dalam hati kita, karena itu, mereka mengetahui segala niat dan perbuatan kita.
Yang penting kita tidak boleh menipu diri sendiri. Kita akan merasa malu dan tidak jujur jika orang melihat kesalahan kita. Karena itu, bagaimana kita tidak ekstra hati-hati dalam melakukan setiap perbuatan dan takut akan akibat yang akan muncul? Tetapi lebih dari itu! Sepanjang seseorang masih bernafas, dia masih mempunyai kesempatan untuk menyesal, walaupun kesalahan atau kejahatan fatal.
Dahulu kala, ada seseorang yang seumur hidupnya berbuat kejahatan, merasa bersalah dan sangat menyesal lalu bertekad akan membuat suatu kebaikan dan memperoleh akhir ajal yang baik. Ini menjelaskan : bila seseorang dapat berniat baik dan menyesali kesalahannya pada saat yang sangat penting ini, akan membersihkan segala kesalahan yang telah dibuat ratusan tahun. Sama seperti sebuah lampu dapat menerangi lembah yang telah mengalami kegelapan ribuan tahun. Tidak masalah kesalahan yang dibuat besar atau kecil, yang penting adalah bertekad mau mengoreksinya.
Bila berbuat kesalahan, adalah baik untuk mengoreksinya. Akan tetapi jangan ada pikiran untuk membuat kejahatan sekarang karena kita selalu dapat menyesal dan dikoreksi belakangan. Ini sama sekali dilarang. Bila seseorang sengaja berbuat kejahatan, maka balasannya akan jauh lebih berat dari sebelumnya.
Di samping itu, kehidupan manusia tidak kekal, badan kita yang terdiri dari daging dan darah mudah rusak. Bila nafas berhenti, maka badan ini bukan milik kita lagi, tidak ada kesempatan untuk mengoreksi kesalahan tersebut lagi.
Masih seberapa panjangkah umur kita? 100 tahun? 50 tahun? Waspadalah! Panjangnya umur kita hanya diantara nafas, sekali nafas tidak sambung, kita meninggal. Jangan ada pikiran bahwa saya masih muda, masih banyak waktu. Juga bila seseorang meninggal, segala barang duniawi tidak dapat dibawa, hanya karma baik dan buruknya yang mengikuti arwahnya, sebagai dasar untuk diadili di akhirat dan penentuan tempat tujuan arwahnya. Karena itu, bila seseorang berbuat kesalahn, akibatnya adalah menanggung nama buruk sepanjang masa, bahkan anak cucu yang berbakti juga tidak sanggup membersihkan namanya. Di akhirat, dia akan menanggung penderitaan yang tidak dapat diutarakan. Oleh karena itu bagaimana
seseorang tidak merasa takut?
3. Faktor ketiga "TEKAD DAN KEBERANIAN"
Seseorang yang ragu-ragu untuk mengoreksi kesalahannya adalah orang yang benar-benar tidak ingin mengubah, dan puas dengan keadaan yang sedang berlangsung. Karena keinginan mengubah tersebut tidak kuat, membuat kita takut untuk mengoreksi kesalahan kita. Untuk mengubah kesalahan, kita harus berusaha keras untuk segera mengubahnya. Kita tidak boleh ragu-ragu atau tunggu dulu, ditunda sampai besok atau hari berikutnya untuk mengubah kesalahan kita tersebut.
Kesalahan kecil adalah ibarat sebuah duri menusuk daging kita dan harus segera dicabut. Kesalahan besar adalah ibarat jari kita yang digigit ular berbisa yang harus segera dipotong tanpa ragu-ragu untuk menghindari racun tersebut menjalar ke bagian lain dan mematikan. Bila kita mengikuti ketiga cara tersebut di atas untuk mengoreksi diri, sudah pasti kepribadian kita akan berubah. Seumpama matahari melumerkan salju di musim semi. Kesalahan kita akan hilang melalui tiga cara tersebut.
Tiga tahapan dalam mengubah kesalahan:
1. Mengubah kesalahan berdasarkan masalahnya
Misalnya, bila saya membunuh makhluk hidup kemarin, mulai hari ini saya berjanji tidak akan membunuh lagi. Bila saya marah besar, mulai hari ini saya berjanji tidak akan marah lagi. Inilah cara bagaimana seseorang mengubah kesalahan berdasarkan masalahnya dengan berjanji tidak mengulangi lagi kesalahan yang telah dibuat.
Bagaimanapun akan lebih sulit ratusan kali lipat bila kita memaksa diri tidak berbuat sesuatu daripada kita hanya berhenti berbuat sesuatu secara normal. Bila kita tidak mencabut akar kesalahan kita, tetapi hanya menahannya, kesalahan akan muncul lagi bahkan kita kadang-kadang telah berhenti melakukannya. Karena itu, metode mengubah berdasarkan masalahnya tidak dapat membantu kita melepaskan diri dari
perbuatan salah secara permanen.
2. Mengubah berdasarkan peraturannya
Metode ini adalah yang lebih efektif. Kita dapat mengoreksi kesalahan diri dari pengertian terhadap kebenarannya mengapa kita tidak boleh melakukan perbuatan tersebut, misalnya dalam hal membunuh, kita dapat berpikir bahwa . . . . . Mencintai semua makhluk hidup adalah hukum kebenaran alam. Semua makhluk berjiwa ingin hidup dan takut mati. Bagaimana kita boleh membunuhnya untuk menyambung nyawa kita? Kadang kala, hewan dimasak hidup-hidup, seperti ikan atau kepiting, belum dipotong sudah dimasukkan ke dalam periuk. Kesakitannya akan menusuk sampai ke tulang, bagaimana kita dapat sedemikian kejam terhadap hewan?
Bila kita makan, kita menggunakan bahan makanan yang mahal dan enak-enak untuk kesehatan kita, makanan memenuhi seluruh meja. Tetapi setelah dimakan bahkan makanan yang paling enakpun belum tentu dapat diserap oleh badan dan akan dibuang oleh badan juga. Berpikir lagi bahwa hewan mempunyai daging, darah dan perasaan seperti kita. Kita dapat melatih diri dengan membiarkan hewan tetap
hidup di sekitar kita, bagaimana kita terus menerus mencelakakan mereka dan membuatnya membenci kita? Bila kita memikirkannya, secara wajar kita akan merasa kasihan dan tidak tega membunuh dan memasaknya sehingga menghilangkan kebiasaan untuk membunuh. Hal yang sama juga seperti orang yang mudah marah, bahwa semua orang mempunyai kekurangan dan kelebihan, tidak ada yang sempurna, bila ada yang menggangu, itu adalah urusannya, tidak ada urusan dengan saya, tidak ada gunanya saya marah dan merasa tersinggung.Saya juga dapat berpikir . .Orang yang mengira dirinya selalu benar, maunya orang lain yang selalu berbuat begini begitu, tetapi mengapa tidak meminta diri sendiri juga berbuat yang sama? Orang ini adalah orang bodoh. Seseorang yang beretika dan yang selalu melatih diri, pasti selalu rendah hati, koreksi diri dan memperlakukan segala sesuatu dengan sabar. Maka orang yang selalu mengkritik dan mengeluh terhadap orang lain adalah bukan seorang manusia sejati.
Oleh karena itu, bila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita, itu adalah karena kita belum cukup melatih etika dan moral, belum mengumpulkan kebajikan untuk dapat menyentuh hati orang, kita harus selalu introspeksi diri apakah kita sendiri yang telah memperlakukan orang lain dengan tidak baik. Bila kita rajin mempraktekkan cara ini untuk melatih etika maka fitnahan orang lain kepada kita adalah merupakan suatu lapangan latihan kita untuk mengoreksi sifat pemarah, sehingga mencapai tujuan baik. Oleh karena itu, kita harus gembira untuk menerima kritik, caci maki, fitnahan orang. Apa yang perlu kita marah dan kesalkan? Sebagai tambahan pula, tetap tenang dan sabar menghadapi fitnahan orang adalah seumpama membiarkan sebuah obor terbakar di udara, akan padam dengan sendirinya. Bila kita mendengar fitnahan langsung membela diri dan marah, adalah ibarat ulat sutra yang membelenggu diri dengan kepompongnya. Seperti pepatah kuno . . . . .
"Orang yang membelenggu diri dalam kepompong adalah mencari penderitaan sendiri".
Oleh karena itu, bila kita marah, kesal akan menganggu fungsi hati/lever, tidak ada untung malahan rugi. Demikian juga kita memperlakukan kesalahan yang sejenis. Bila kita dapat mengerti dan berpikir dengan baik dan teliti, kesalahan tidak akan terulang lagi.
3. Mengubah berdasarkan hati
Walaupun kesalahan yang dibuat manusia beribu jenis dan juga berbeda-beda, semua itu adalah berasal dari hati/pikiran. Bila tanpa pikiran, maka tidak ada tindakan dan tidak mungkin berbuat kesalahan. Bila hati kita selalu dipenuhi oleh keinginan, nama, untung, sex, kemarahan, kita tidak mungkin dapat terlepas dari perbuatan salah. Kita memerlukan hati yang tulus, baik dan keinginan untuk melakukan perbuatan yang baik. Selama kita selalu berhati baik, sudah tentu tidak akan muncul pikiran kacau.
Semua kesalahan berasal dari hati, maka kita harus mengubah dari hati. Ibarat membuang sebatang pohon beracun, kita harus mencabut sampai ke akar-akarnya agar tidak dapat tumbuh lagi, mengapa mau membuangnya dengan mencabuti daun per daun, cabang per cabang? Cara yang terbaik untuk mengubah kesalahan diri adalah melatih hati kita. Bila kita dengan tulus dan tekun melatih hati kita, maka akan segera menghapus segala kesalahan.
"Karena segala kesalahan adalah bersumber di hati".
Membersihkan hati dapat menghapus pikiran-pikiran yang tidak baik sebelum menjadi perbuatan. Bila hati kita bersih murni, kita dapat segera menghentikan pikiran-pikiran tidak baik yang muncul, ide-ide yang amoral akan segera hilang pada saat kita menyadarinya. Bila kita tidak berhasil mengubah pikiran tidak baik berdasarkan hati, maka kita akan coba pada level mengubah berdasarkan kebenaran, yaitu mengapa kita perlu mengubah. Bila kita tidak berhasil dengan kedua metode ini, maka kita akan mencoba metode mengubah berdasarkan masalah dan memaksa memusnahkan pikiran tersebut. Cara paling baik adalah melatih hati kita dan mengerti alasan untuk mengubah. Cara alternatif lain adalah memaksa diri jangan berbuat salah lagi. Kadang-kadang ke 3 metode tersebut dapat digunakan untuk mencapai hasil yang baik.
"Adalah bodoh bila meninggalkan cara yang terbaik yaitu mengubah kesalahan berdasarkan hati daripada berdasarkan masalah".
Akan tetapi bila seseorang berjanji untuk berubah, memerlukan bantuan teman sejati yang selalu mengingatkan kita dan sebagai saksi atas perbuatan kita sehari-hari. Sedangkan utnuk pikiran yang baik atau tidak baik, kita minta Yang Kuasa, Dewa, Malaikat sebagai saksi. Saya mempraktekkannya dengan menulis semua kesalahan saya dan melaporkan kepada Langit, Bumi, Dewa, Malaikat. Kita juga perlu menyesal dengan tulus dan sepenuh hati dari pagi sampai malam tanpa lengah. Bila kita dapat menyesal dengan tulus dari waktu ke waktu, kita pasti berhasil. Pada saat ini, kita akan merasa berlapang hati, damai, bijak, dalam situasi kacau kita tetap tenang, bertemu musuh/orang yang tidak kita sukai malahan senang, atau bermimpi memuntahkan banyak kotoran hitam, bermimpi para orang suci membimbing kita, bermimpi melayang-layang di angkasa, melihat hal-hal yang menakjubkan, gejala-gejala ini menunjukkan bahwa kita telah berhasil membersihkan kesalahan/karma buruk, akan tetapi jangan bangga dan merasa puas, tetaplah melatih diri sampai akhir hayat kita. Pada zaman Chun Chiu, ada seorang pegawai pemerintah di Wei, bernama Bwo Yu Chu. Ketika berumur 20 tahun, ia sudah menyadari kesalahan yang telah diperbuat pada masa sebelumnya dan berusaha mengkoreksinya, saat berumur 21 tahun, ia merasa masih belum mengkoreksi semua kesalahannya, saat berumur 22 tahun, ia merasa kehidupannya selama 21 tahun yang lalu hanya sebagai mimpi, tanpa ada kemajuan, tahun berlanjut tahun, ia terus menerus mengkoreksi kesalahannya. Ketika berumur 50 tahun, Bwo Yu masih merasa bahwa kehidupannya selama 49 tahun penuh dengan perbuatan tidak baik. Ini adalah cara leluhur kita mengkoreksi dan menyesali kesalahan yang telah dibuat.
Kita semua adalah manusia biasa yang berbuat kesalahan seperti duri landak banyaknya. Kita sering tidak dapat melihat kesalahan yang telah dibuat. Ini adalah karena kelengahan kita tidak dapat mengintrospeksi diri, seperti mata telah ditumbuhi katarak, kita menjadi buta sehingga tidak melihat kesalahan yang kita buat setiap hari. Ini adalah indikasi bahwa manusia telah membuat banyak kesalahan dan kejahatan. Orang yang banyak dosa dan karma buruk, kebanyakan sering bingung, tidak konsentrasi, pelupa, bila bertemu orang suci/bijak, selalu merasa bersalah dan tertekan, tidak senang mendengar ajaran baik, hukum sebab akibat, membalas budi orang dengan kedendaman. Sering bermimpi buruk, selalu mengeluh. Ini adalah gejala bahwa orang tersebut telah banyak berbuat kesalahan dan kejahatan.
Bila kita mempunyai gejala tersebut di atas, kita harus segera mengaku salah dan berusaha keras untuk mengubah kesalahan serta berbuat kebajikan untuk mengubah diri, jangan menunda-nunda lagi.
sumber: Milis Budaya Tionghua Read more
CARA MENGUBAH NASIB
Pada zaman Chun Ciu (tahun 722 SM - 481, zaman musim semi dan rontok) banyak penasehat yang mampu menebak dengan tepat rejeki dan bencana yang akan dialami seseorang, hal ini juga tertulis di buku Cho Chuan dan buku syair lainnya. Pada umumnya, seseorang akan mendapat rejeki atau menanggung bencana pasti ada gejala sebelumnya yang bersumber dari dalam hati dan terekspresi keluar yaitu di wajah atau fisiknya, orang yang bertampang welas asih, jujur, tulus, memegang janji, tingkah laku mantap tidak sembrono, biasanya dapat memperoleh rejeki. Sedang orang yang wajahnya judes, kejam, bertingkah laku sembrono, kebanyakan mendekati bencana, rejeki atau bencana pasti dapat diramalkan sebelumnya.
Niat baik, buruk seseorang pasti akan kontak dengan Yang Kuasa. Keberuntungan akan tiba, dapat ditebak dari sikapnya yang tenang dan mantap, demikian pula bencana yang akan menimpa, dapat ditebak dari sikapnya yang kontradiksi, bengis. Bagi orang yang ingin mendapat rejeki dan menghindari bencana, boleh tidak mengutamakan pelaksanaan kebajikan terlebih dahulu, tetapi gigih berusaha mengoreksi kesalahan diri, pasti akan mendapat keberuntungan.
Tiga faktor utama untuk mengoreksi diri :
1. Faktor pertama "TAHU MALU"
Dahulu kala, banyak orang bijak dapat dikenang orang sepanjang masa, sedangkan kita tidak, malahan bereputasi buruk, dicaci maki orang. Jika seseorang hanya mementingkan kesenangan, reputasi, kekayaan, sehingga membuat hal-hal yang tercela dan sewenang-wenang untuk mendapatkan semua yang diinginkannya, masih membanggakan diri atas perbuatannya dan dikira tidak ada orang yang mengetahui tindakannya tersebut. Orang ini tidak menyadari bahwa lambat laun dia tidak lain tidak bukan hanyalah seekor binatang yang berkedok manusia! Di dunia tidak akan ada lagi kelakuan yang lebih memalukan dan rendah dari ini.
Mencius : Perasaan "Tahu Malu" ini sangat mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu tindakan sepanjang hidupnya. Orang yang "Tahu Malu" adalah orang suci/bijak, orang yang tidak "Tahu Malu" sudah pasti adalah binatang. Kunci utama untuk mengoreksi kesalahan adalah terletak pada sehelai niat "Tahu Malu" ini, manusia berbeda dari binatang, hanyalah karena adanya rasa "Tahu Malu" ini juga.
Sesuai yang dikatakan Mencius di atas, Kunci utama untuk mengoreksi diri adalah sehelai niat "Tahu Malu" ini, orang yang tidak "Tahu Malu" adalah binatang. Renungkanlah selalu : Segala tingkah laku saya sehari-hari memalukankah? Saya adalah seorang bijak atau hanya seekor binatang yang berkulit manusia? Ingatlah! Tingkah laku kita yang memalukan bukan hanya mencoreng nama baik keluarga sendiri, tetapi juga perusahaan tempat kita kerja, lingkungan masyarakat kita, yang lebih berat lagi NEGARA, IBU PERTIWI kita. Ini adalah dosa yang besar sekali, karena seluruh rakyat negara turut menanggung kesalahan yang kita buat.
2. Faktor kedua "RASA TAKUT"
Apa yang kita lakukan? Yang Kuasa, Bumi, Dewa, Malaikat, Makhluk halus berada di sekeliling kita dan selalu memperhatikan seluruh tindakan kita. Mereka berbeda dengan manusia, mereka dapat melihat segala sesuatu tanpa halangan. Sehingga tidak mungkin kita dapat menyembunyikan diri dari mereka.
Walaupun kita berbuat kesalahan di tempat yang tidak ada orang yang menyaksikan, tetapi Yang Kuasa, Bumi, Dewa, Malaikat, Makhluk halus, ibarat sebuah cermin, jelas-jelas mencerminkan semua kesalahan kita. Bila berbuat kejahatan besar, maka semua bencana akan menimpa kita, bila kejahatan ringan, akan mengurangi keberuntungan yang sudah ada. Bagaimana kita tidak takut akan hal ini. Setiap saat, bila kita berada di kamar yang kosong, para Dewa, Malaikat mengawasi kita dengan teliti dan mencatat semuanya. Kita dapat menutupi kesalahan kita dari orang lain . .
Akan tetapi Yang Kuasa, para Dewa, Malaikat, Makhluk halus dapat melihat sampai ke dalam hati kita, karena itu, mereka mengetahui segala niat dan perbuatan kita.
Yang penting kita tidak boleh menipu diri sendiri. Kita akan merasa malu dan tidak jujur jika orang melihat kesalahan kita. Karena itu, bagaimana kita tidak ekstra hati-hati dalam melakukan setiap perbuatan dan takut akan akibat yang akan muncul? Tetapi lebih dari itu! Sepanjang seseorang masih bernafas, dia masih mempunyai kesempatan untuk menyesal, walaupun kesalahan atau kejahatan fatal.
Dahulu kala, ada seseorang yang seumur hidupnya berbuat kejahatan, merasa bersalah dan sangat menyesal lalu bertekad akan membuat suatu kebaikan dan memperoleh akhir ajal yang baik. Ini menjelaskan : bila seseorang dapat berniat baik dan menyesali kesalahannya pada saat yang sangat penting ini, akan membersihkan segala kesalahan yang telah dibuat ratusan tahun. Sama seperti sebuah lampu dapat menerangi lembah yang telah mengalami kegelapan ribuan tahun. Tidak masalah kesalahan yang dibuat besar atau kecil, yang penting adalah bertekad mau mengoreksinya.
Bila berbuat kesalahan, adalah baik untuk mengoreksinya. Akan tetapi jangan ada pikiran untuk membuat kejahatan sekarang karena kita selalu dapat menyesal dan dikoreksi belakangan. Ini sama sekali dilarang. Bila seseorang sengaja berbuat kejahatan, maka balasannya akan jauh lebih berat dari sebelumnya.
Di samping itu, kehidupan manusia tidak kekal, badan kita yang terdiri dari daging dan darah mudah rusak. Bila nafas berhenti, maka badan ini bukan milik kita lagi, tidak ada kesempatan untuk mengoreksi kesalahan tersebut lagi.
Masih seberapa panjangkah umur kita? 100 tahun? 50 tahun? Waspadalah! Panjangnya umur kita hanya diantara nafas, sekali nafas tidak sambung, kita meninggal. Jangan ada pikiran bahwa saya masih muda, masih banyak waktu. Juga bila seseorang meninggal, segala barang duniawi tidak dapat dibawa, hanya karma baik dan buruknya yang mengikuti arwahnya, sebagai dasar untuk diadili di akhirat dan penentuan tempat tujuan arwahnya. Karena itu, bila seseorang berbuat kesalahn, akibatnya adalah menanggung nama buruk sepanjang masa, bahkan anak cucu yang berbakti juga tidak sanggup membersihkan namanya. Di akhirat, dia akan menanggung penderitaan yang tidak dapat diutarakan. Oleh karena itu bagaimana
seseorang tidak merasa takut?
3. Faktor ketiga "TEKAD DAN KEBERANIAN"
Seseorang yang ragu-ragu untuk mengoreksi kesalahannya adalah orang yang benar-benar tidak ingin mengubah, dan puas dengan keadaan yang sedang berlangsung. Karena keinginan mengubah tersebut tidak kuat, membuat kita takut untuk mengoreksi kesalahan kita. Untuk mengubah kesalahan, kita harus berusaha keras untuk segera mengubahnya. Kita tidak boleh ragu-ragu atau tunggu dulu, ditunda sampai besok atau hari berikutnya untuk mengubah kesalahan kita tersebut.
Kesalahan kecil adalah ibarat sebuah duri menusuk daging kita dan harus segera dicabut. Kesalahan besar adalah ibarat jari kita yang digigit ular berbisa yang harus segera dipotong tanpa ragu-ragu untuk menghindari racun tersebut menjalar ke bagian lain dan mematikan. Bila kita mengikuti ketiga cara tersebut di atas untuk mengoreksi diri, sudah pasti kepribadian kita akan berubah. Seumpama matahari melumerkan salju di musim semi. Kesalahan kita akan hilang melalui tiga cara tersebut.
Tiga tahapan dalam mengubah kesalahan:
1. Mengubah kesalahan berdasarkan masalahnya
Misalnya, bila saya membunuh makhluk hidup kemarin, mulai hari ini saya berjanji tidak akan membunuh lagi. Bila saya marah besar, mulai hari ini saya berjanji tidak akan marah lagi. Inilah cara bagaimana seseorang mengubah kesalahan berdasarkan masalahnya dengan berjanji tidak mengulangi lagi kesalahan yang telah dibuat.
Bagaimanapun akan lebih sulit ratusan kali lipat bila kita memaksa diri tidak berbuat sesuatu daripada kita hanya berhenti berbuat sesuatu secara normal. Bila kita tidak mencabut akar kesalahan kita, tetapi hanya menahannya, kesalahan akan muncul lagi bahkan kita kadang-kadang telah berhenti melakukannya. Karena itu, metode mengubah berdasarkan masalahnya tidak dapat membantu kita melepaskan diri dari
perbuatan salah secara permanen.
2. Mengubah berdasarkan peraturannya
Metode ini adalah yang lebih efektif. Kita dapat mengoreksi kesalahan diri dari pengertian terhadap kebenarannya mengapa kita tidak boleh melakukan perbuatan tersebut, misalnya dalam hal membunuh, kita dapat berpikir bahwa . . . . . Mencintai semua makhluk hidup adalah hukum kebenaran alam. Semua makhluk berjiwa ingin hidup dan takut mati. Bagaimana kita boleh membunuhnya untuk menyambung nyawa kita? Kadang kala, hewan dimasak hidup-hidup, seperti ikan atau kepiting, belum dipotong sudah dimasukkan ke dalam periuk. Kesakitannya akan menusuk sampai ke tulang, bagaimana kita dapat sedemikian kejam terhadap hewan?
Bila kita makan, kita menggunakan bahan makanan yang mahal dan enak-enak untuk kesehatan kita, makanan memenuhi seluruh meja. Tetapi setelah dimakan bahkan makanan yang paling enakpun belum tentu dapat diserap oleh badan dan akan dibuang oleh badan juga. Berpikir lagi bahwa hewan mempunyai daging, darah dan perasaan seperti kita. Kita dapat melatih diri dengan membiarkan hewan tetap
hidup di sekitar kita, bagaimana kita terus menerus mencelakakan mereka dan membuatnya membenci kita? Bila kita memikirkannya, secara wajar kita akan merasa kasihan dan tidak tega membunuh dan memasaknya sehingga menghilangkan kebiasaan untuk membunuh. Hal yang sama juga seperti orang yang mudah marah, bahwa semua orang mempunyai kekurangan dan kelebihan, tidak ada yang sempurna, bila ada yang menggangu, itu adalah urusannya, tidak ada urusan dengan saya, tidak ada gunanya saya marah dan merasa tersinggung.Saya juga dapat berpikir . .Orang yang mengira dirinya selalu benar, maunya orang lain yang selalu berbuat begini begitu, tetapi mengapa tidak meminta diri sendiri juga berbuat yang sama? Orang ini adalah orang bodoh. Seseorang yang beretika dan yang selalu melatih diri, pasti selalu rendah hati, koreksi diri dan memperlakukan segala sesuatu dengan sabar. Maka orang yang selalu mengkritik dan mengeluh terhadap orang lain adalah bukan seorang manusia sejati.
Oleh karena itu, bila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita, itu adalah karena kita belum cukup melatih etika dan moral, belum mengumpulkan kebajikan untuk dapat menyentuh hati orang, kita harus selalu introspeksi diri apakah kita sendiri yang telah memperlakukan orang lain dengan tidak baik. Bila kita rajin mempraktekkan cara ini untuk melatih etika maka fitnahan orang lain kepada kita adalah merupakan suatu lapangan latihan kita untuk mengoreksi sifat pemarah, sehingga mencapai tujuan baik. Oleh karena itu, kita harus gembira untuk menerima kritik, caci maki, fitnahan orang. Apa yang perlu kita marah dan kesalkan? Sebagai tambahan pula, tetap tenang dan sabar menghadapi fitnahan orang adalah seumpama membiarkan sebuah obor terbakar di udara, akan padam dengan sendirinya. Bila kita mendengar fitnahan langsung membela diri dan marah, adalah ibarat ulat sutra yang membelenggu diri dengan kepompongnya. Seperti pepatah kuno . . . . .
"Orang yang membelenggu diri dalam kepompong adalah mencari penderitaan sendiri".
Oleh karena itu, bila kita marah, kesal akan menganggu fungsi hati/lever, tidak ada untung malahan rugi. Demikian juga kita memperlakukan kesalahan yang sejenis. Bila kita dapat mengerti dan berpikir dengan baik dan teliti, kesalahan tidak akan terulang lagi.
3. Mengubah berdasarkan hati
Walaupun kesalahan yang dibuat manusia beribu jenis dan juga berbeda-beda, semua itu adalah berasal dari hati/pikiran. Bila tanpa pikiran, maka tidak ada tindakan dan tidak mungkin berbuat kesalahan. Bila hati kita selalu dipenuhi oleh keinginan, nama, untung, sex, kemarahan, kita tidak mungkin dapat terlepas dari perbuatan salah. Kita memerlukan hati yang tulus, baik dan keinginan untuk melakukan perbuatan yang baik. Selama kita selalu berhati baik, sudah tentu tidak akan muncul pikiran kacau.
Semua kesalahan berasal dari hati, maka kita harus mengubah dari hati. Ibarat membuang sebatang pohon beracun, kita harus mencabut sampai ke akar-akarnya agar tidak dapat tumbuh lagi, mengapa mau membuangnya dengan mencabuti daun per daun, cabang per cabang? Cara yang terbaik untuk mengubah kesalahan diri adalah melatih hati kita. Bila kita dengan tulus dan tekun melatih hati kita, maka akan segera menghapus segala kesalahan.
"Karena segala kesalahan adalah bersumber di hati".
Membersihkan hati dapat menghapus pikiran-pikiran yang tidak baik sebelum menjadi perbuatan. Bila hati kita bersih murni, kita dapat segera menghentikan pikiran-pikiran tidak baik yang muncul, ide-ide yang amoral akan segera hilang pada saat kita menyadarinya. Bila kita tidak berhasil mengubah pikiran tidak baik berdasarkan hati, maka kita akan coba pada level mengubah berdasarkan kebenaran, yaitu mengapa kita perlu mengubah. Bila kita tidak berhasil dengan kedua metode ini, maka kita akan mencoba metode mengubah berdasarkan masalah dan memaksa memusnahkan pikiran tersebut. Cara paling baik adalah melatih hati kita dan mengerti alasan untuk mengubah. Cara alternatif lain adalah memaksa diri jangan berbuat salah lagi. Kadang-kadang ke 3 metode tersebut dapat digunakan untuk mencapai hasil yang baik.
"Adalah bodoh bila meninggalkan cara yang terbaik yaitu mengubah kesalahan berdasarkan hati daripada berdasarkan masalah".
Akan tetapi bila seseorang berjanji untuk berubah, memerlukan bantuan teman sejati yang selalu mengingatkan kita dan sebagai saksi atas perbuatan kita sehari-hari. Sedangkan utnuk pikiran yang baik atau tidak baik, kita minta Yang Kuasa, Dewa, Malaikat sebagai saksi. Saya mempraktekkannya dengan menulis semua kesalahan saya dan melaporkan kepada Langit, Bumi, Dewa, Malaikat. Kita juga perlu menyesal dengan tulus dan sepenuh hati dari pagi sampai malam tanpa lengah. Bila kita dapat menyesal dengan tulus dari waktu ke waktu, kita pasti berhasil. Pada saat ini, kita akan merasa berlapang hati, damai, bijak, dalam situasi kacau kita tetap tenang, bertemu musuh/orang yang tidak kita sukai malahan senang, atau bermimpi memuntahkan banyak kotoran hitam, bermimpi para orang suci membimbing kita, bermimpi melayang-layang di angkasa, melihat hal-hal yang menakjubkan, gejala-gejala ini menunjukkan bahwa kita telah berhasil membersihkan kesalahan/karma buruk, akan tetapi jangan bangga dan merasa puas, tetaplah melatih diri sampai akhir hayat kita. Pada zaman Chun Chiu, ada seorang pegawai pemerintah di Wei, bernama Bwo Yu Chu. Ketika berumur 20 tahun, ia sudah menyadari kesalahan yang telah diperbuat pada masa sebelumnya dan berusaha mengkoreksinya, saat berumur 21 tahun, ia merasa masih belum mengkoreksi semua kesalahannya, saat berumur 22 tahun, ia merasa kehidupannya selama 21 tahun yang lalu hanya sebagai mimpi, tanpa ada kemajuan, tahun berlanjut tahun, ia terus menerus mengkoreksi kesalahannya. Ketika berumur 50 tahun, Bwo Yu masih merasa bahwa kehidupannya selama 49 tahun penuh dengan perbuatan tidak baik. Ini adalah cara leluhur kita mengkoreksi dan menyesali kesalahan yang telah dibuat.
Kita semua adalah manusia biasa yang berbuat kesalahan seperti duri landak banyaknya. Kita sering tidak dapat melihat kesalahan yang telah dibuat. Ini adalah karena kelengahan kita tidak dapat mengintrospeksi diri, seperti mata telah ditumbuhi katarak, kita menjadi buta sehingga tidak melihat kesalahan yang kita buat setiap hari. Ini adalah indikasi bahwa manusia telah membuat banyak kesalahan dan kejahatan. Orang yang banyak dosa dan karma buruk, kebanyakan sering bingung, tidak konsentrasi, pelupa, bila bertemu orang suci/bijak, selalu merasa bersalah dan tertekan, tidak senang mendengar ajaran baik, hukum sebab akibat, membalas budi orang dengan kedendaman. Sering bermimpi buruk, selalu mengeluh. Ini adalah gejala bahwa orang tersebut telah banyak berbuat kesalahan dan kejahatan.
Bila kita mempunyai gejala tersebut di atas, kita harus segera mengaku salah dan berusaha keras untuk mengubah kesalahan serta berbuat kebajikan untuk mengubah diri, jangan menunda-nunda lagi.
sumber: Milis Budaya Tionghua Read more